Anda di halaman 1dari 40

SPMF SF

UJI STERILITAS
Pendahuluan

 Salahsatu persyaratan produk-produk untuk


injeksi (Parenteral) yaitu harus bebas dari
kontaminasi mikroorganisme.
 Tujuan utama pembuatan sediaan steril adalah
mutlak tidak adanya kontaminasi mikroba. Tidak
seperti syarat banyak sediaan yang lain, syarat
sterilitas adalah nilai yang mutlak.
 Mikroorganisme kontaminan umumnya
dieliminasi dengan Cara sterilisasi.
Produk Farmasi Steril

Untuk produk parenteral, sediaan


obat mata, termasuk larutan lensa
kontak , dan produk-produk yang
diberikan pada luka terbuka atau
untuk proses irigasi rongga tubuh
serta sediaan radiofarmasi
Uji sterilitas perlu dilakukan 
mutlak
Syarat Steril:
 Sterility Assurance Level dengan probabilitas sama
atau lebih baik dari 10-6, artinya dalam satu juta
sediaan steril hanya boleh maksimum 1 yang tidak
steril.
 Produk dinyatakan steril jika memenuhi persyaratan
uji sterilitas
 Hasil positif dapat terjadi karena teknik yang salah
atau karena kontaminasi lingkungan pada waktu
pengujian
Tujuan :
 Digunakan untuk menetapkan apakah bahan atau produk
farmasi yang harus steril memenuhi syarat berkenaan
dengan uji sterilitas seperti yang tertera pada masing-
masing monografi bahan atau produk.
 Mengingat kemungkinan hasil positif pada suatu produk
dapat disebabkan oleh pengerjaan yang salah (teknik yang
salah) atau kontaminasi lingkungan pada waktu pengujian,
diberlakukan pengujian 2 tahap seperti yang tertera pada
bagian : Penafsiran Hasil Uji Sterilitas
Ketentuan Hasil Uji sterilitas
 Jikaterdapat kontaminasi mikroba dengan
menggunakan prosedur farmakope indonesia, maka
dinyatakan bahwa bahan tersebut tidak memenuhi
syarat
 Dansebaliknya jika tidak terdapat kontaminan
mikroba maka akan dinyatakan memenuhi syarat.
Analisis : berdasarkan tidak adanya pertumbuhan
mikroba pada media Fluid Thioglycollate (FTM) dan
Soyabean Casein Digest (SCD)
Media uji sterilitas
 mediayang digunakan harus mampu untuk
merangsang pertumbuhan mikroba
Fluid Thioglycollate (FTM) / alternative
thioglycolat medium (ATM)  cocok untuk
pertumbuhan bakteri anaerob tapi jg dapat
aerob, pada suhu inkubasi suhu 30-35°C
Soyabean Casein Digest (SCD)  untuk
pertumbuhan bakteri aerob, pada suhu 30-35°C
(bakteri) dan 20-25°C (fungi) selama 7 dan 14
hari.
Fluid Thioglycollate Medium

 L-Cystine 0.5 g
 Sodium chloride 2.5 g
 Dextrose Monohydrate/anhydrous 5.5/5.0
 Granulated agar 0.75 g
 Yeast Extract (water-soluble) 5.0 g
 Pancreatic Digest of casein 15.0 g
 Sodium thioglycolic Acid 0.5 g
 Or Thioglycolic Acid 0.3 mL
 Resazurin Sodium Solution (1 in 1000),freshly prepared 1.0 mL
 Purified Water 1000mL
 pH setelah sterilisasi 7,1
Soybean-Casein digest Medium
 Pancreatic Digest Of Casein 17.0 g
 Papaic Digest of Soybean Meal 3.0 g
 Sodium Chloride 5.0 g
 Dibasic Potassium Phosphate 2.5 g
 Dextrose Monohydrate/Anhydrous 2.5/2.3 g
 Purified Water 1000 mL
Prosedur Metode uji
Prosedur pengujian:
 inokulasi langsung ke dalam media uji (Direct inoculation
of culture medium )
 sesuai untuk sampel dengan volume kecil
 volume produk tidak lebih dari 10% dari volume medium
 Sesuaiuntuk sampel : aqueous solutions, oily liquids,
ointments and creams
 Direct inoculation of the culture medium suitable
quantity of the preparation to be examined is
transferred directly into the appropriate culture
medium & incubate for not less than 14 days.
 Metode langsung umumnya digunakan untuk :
Cairan
Salep dan minyak
Zat padat
Kapas murni
Benang bedah, perban, pembalut, dan
sejenisnya serta jarum,
Alkes dan alat suntik steril
Ketentuan Penambahan atau pengurangan
dalam menentukan perbandingan bahan dan
media
 Jika sejumlah tertentu bahan dalam 250mL masih mempunyai
daya bakteriostatik atau bakterisida, kurangi jumlah bahan
hingga diperoleh jumlah maksimum yang tidak menghambat
pertumbuhan uji dalam 250mL media.
 Untuk cairan dan suspensi yang jumlahnya kurang dari 1mL,
perbesar jumlah media hingga cukup untuk mengencerkan dan
mencegah hambatan pertumbuhan.
 Untuk bahan padat yang tidak segera larut atau dapat
terdispersi, jika jumlahnya kurang dari 50mg, perbesar jumlah
media hingga cukup untuk mengencerkan untuk mencegah
hambatan pertumbuhan.
Perlakuan sampel awal
 Cairan
 Dapat dipindahkan langsung dengan pipet steril atau jarum
suntik dalam volume tertentu dalam tabung atau wadah steril
 Padat
 Ambil sejumlah tertentu produk dalam bentuk serbuk kering,
tidak kurang dr 300 mg tiap wadah atau seluruh isi wadah jika
volume kurang dr 300 mg
 Inokulasikan masing masing dalam tidak kurang dr 40 ml FTM
 Salep atau minyak yang tidak larut dalam isoprpil miristat
 Pilih 20 wadah yang tiap wadah mewakili sampel, di bagi jadi 2 klpk @
10 wadah
 Secara aseptik pindahkan dari 100 mg tiap wadah (10 wadah)
ke labu berisi 100 ml pembawa steril untuk mendispersi
homogen bahan uji ke seluruh campuran cairan
 Dari masing2 10 ml campuran cairan + 80 ml media
 Alat alat kesehatan
 Uji sterilitas dipilih alat (bentuk dan ukuran)
yang memungkinkan untuk dicelupkan dalam
secara keseluruhan dalam media yang tidak
kurang dari 1000 ml
 Kapas
Tiap kemasan masing masing secara aseptik
diambil 2 bagian atau 200 – 500 mg dr bagian
dalam ke dalam tiap wadah
Masukan media kedalam masing wadah
Prinsipnya :
 Bahan yang akan diuji disiapkan  masukkan dalam
media yang sesuai.
 Bahan uji + media dalam suatu erlenmeyer steril 
diinkubasi dalam inkubator minimal 14 hari dengan
pengamatan pada setiap hari mulai hari ke 3 hingga hari
terakhir pengamatan. Dapat juga diberi jarak waktu
tertentu
 Untuk perlakuan awal sampel, preparasi dapat berbeda
beda
 Umumnya sampel berbentuk larutan. Cairan digunakan
untuk mendispersi atau membilas.
Teknik penyaringan membran
teknik penyaringan membran.
Penyaringan membran berguna:
 untuk cairan dan serbuk yang dapat larut yang
bukan bersifat bakteriostatik atau fungistatik,
untuk memisahkan mikroba kontaminan dari
penghambat pertumbuhan.
 untuk bahan seperti minyak, salep/krim yang
dapat melarut ke dalam larutan pengencer
bukan bakteriostatik atau bukan fungistatik.
 Teknik penyaringan membran dapat juga
digunakan untuk uji sterilitas permukaan atau
lumen kritis alat-alat kesehatan (FI IV, 1995).
FI V
 Sediaan mengandung air dan dapat disaring
 Sediaan yang mengandung alkohol atau minyak dan
sediaan yang dapat dicampur dengan atau yang larut
dalam pelarut air atau minyak
 Dengan ketentuan bahwa pelarut tidak memiliki efek
antimikroba pada kondisi pengujian
Alat :
 Filtrasi
Membran Digunakan membran filter
dengan ukuran pori tidak lebih besar dari 0,45
µm yang terbukti efektif menghambat mikroba
 Misalnya Filtrat Cellulose nitrate yang digunakan
untuk sampel larutan, minyak,dan larutan kadar
alkohol lemah
 FiltratCellulose acetate yang digunakan untuk
larutan dengan kadar alkohol tinggi
 untuk antibiotik menggunakan penyaring khusus
Tabel Jumlah Untuk Bahan Cair

Isi Wadah (ml) Volume Vol. minimum untuk media Jumlah Wadah
minimum (ml) Untuk inokulasi Untuk membran Permedia
langsung

<1 Semua 15 100 20


< 10 1 15 100 20
10 - 50 5 40 100 20
50 - <100 10 80 100 20
50-<100 (I.V) Semua - 100 10
100 – 500 Semua - 100 10
> 500 Semua - 100 10
Prosedur untuk:
Salep dan minyak yang larut dalam isopropil miristat

1. Larutkan tidak kurang dari 100mg dari tiap isi wadah, tidak kurang dari
20 wadah dalam tidak kurang dari 100mL isopropil miristat dengan pH
ekstrak air tidak kurang dari 6,5.
2. Goyang labu untuk melarutkan salep atau minyak .
3. Saring segera salep yang dilarutkan.
4. Secara aseptis pindahkan campuran ke dalam 1 atau 2 corong
penyaring membran dengan bantuan pompa vakum atau tekanan.
5. Setelah penyaringan spesimen, bilas membran 2 kali dengan 200mL
cairan D, kemudian cuci dengan 100mL cairan A.
6. Secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang, potong
membran menjadi setengah bagian (jika digunakan hanya 1), celupkan
membran atau setengah bagian membran, ke dalam 100mL SCDM dan
inkubasi pada suhu 20o-25o dan ke dalam FTM dengan suhu inkubasi
30o-35o selama min.7hari.
Jika zat yang diuji mengandung petrolatum,
gunakan cairan K. Basahi membran dengan ±200µL
media pembilas sebelum penyaringan dimulai.
Setelah penyaringan spesimen, bilas membran 3
kali, tiap kali dengan 100mL media pembilas.

Catatan: Untuk salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropil
miristat lakukan penetapan seperti tertera pada salep dan minyak
tidak larut dalam isopropil miristat dalam prosedur uji inokulasi
langsung ke dalam media uji.
Prosedur untuk:
Zat padat yang tak
dapat disaring
Tidak dianjurkan dengan menggunakan teknik
penyaringan membran kecuali telah terbukti bahwa
tidak terjadi penyumbatan pada filter.
Prosedur untuk: Alat Kesehatan

1. Secara aseptik alirkan volume tertentu cairan D melalui tiap lumen


tidak kurang dari 20 alat hingga diperoleh 100mL dari tiap alat.
2. Kumpulkan cairan dalam wadah aseptik dan saring seluruh
volume melalui penyaring membran.
3. Secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang, potong
membran menjadi setengah bagian (jika digunakan hanya 1),
celupkan membran atau setengah bagian membran, ke dalam 100mL
SCDM dan inkubasi pada suhu 20o-25o dan ke dalam FTM dengan
suhu inkubasi 30o-35o selama min.7hari.

Jika ukuran alat besar, dan ukuran lot kecil, lakukan uji sejumlah unit
yang sesuai seperti yang tertera pada kasus serupa dalam alat
kesehatan pada prosedur uji inokulasi langsung ke dalam media uji.
selesai
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai