COMA
TIME is LIFE
PATOFISIOLOGI
Struktur anatomi yang mempengaruhi derajat
kesadaran:
• Hemisfer otak bilateral
• ARAS (Ascending Reticular Activating System)
Koma Diensefalik
2. MS (+) & dengan / tanpa
(Lesi otak)
lateralisasi
SAH * Supra Tentorial
Infeksi SSP * Infra Tentorial
V-askular S-irkulasi
I-nfeksi I-nfeksi
T-rauma M-etabolik
A-utoimun E-lektrolit
M-etabolik N-eoplasma
I-diopatik T-rauma
N-eoplasma E-pilepsi
S-eizure (kejang) D-rugs
D-rugs (intoksikasi)
Diagnosis Banding
1. Psikogenik unresponsiveness
• Dx eksklusi
2. Vegetatif state
• Alertness tapi tidak awareness
• Buka mata – tidak ada respon thd stimulus eksternal
• Siklus bangun tidur baik
3. Locked-in syndrome
• Tetraplegi & mutism
• EEG & gerakan bola mata NORMAL
4. Brain death
• Aktifitas otak berhenti irreversible refleks batang otak (-)
TATALAKSANA
UMUM KHUSUS
Breathing (& airway) Sesuai dengan etiologi DOC
• Oksigenasi
Blood (circulation)
• Pasang IV line
• Ambil Blood sample:
Glucosa Stick D40%
Brain
• Cegah TIK meningkat
farmakologis (anti edema)
non farmakologis (head up 30˚)
• Tangani nyeri, kejang & demam
Bladder
• Pasang DC & catat residual &
produksi urine
Bowel
• Pasang NGT & pantau
perdarahan sal cerna
Brain Death
Mati Batang Otak (MBO)
Definisi
Etiologi
Diagnosis
• Pemeriksaan fisik
Kriteria Diagnosis
Brain Death
Mati Batang Otak (MBO)
Mati Klinis (Cardiac Death) terhentinya
sistem kardio-respirasi secara irreversibel
• Kemajuan tehnologi kedokteran telah mampu
menggantikan sistem kardio-respirasi
(ventilator)
Tes Apneu
Coma
• Deep Coma (koma dalam)
Tidak berespon terhadap stimulus dari luar
Pada umumnya, pada beberapa pasien
didapatkan disfungsi cerebrum, tetapi batang
otak masih berfungsi sehingga masih terdapat
nafas spontan dan detak jantung.
Coma
Tidak ada respon pada rangsang
nyeri
Sternal Rub
Respon Occulo-Cephalic
“Doll’s Eyes Maneuver”
Pergerakan Bola Mata
Oculo-Vestibular Response
“Cold Caloric Testing”
Sensasi Fasial dan Respon
Motorik
Corneal Reflex
Jaw Reflex
• Meringis saat penekanan pada daerah
supraorbital atau daerah temporo-mandibular
Refleks Faring dan Trakea
Refleks muntah dan refleks batuk
tidak terdapat pada pasien dengan
mati otak
• Refleks muntah dievaluasi dengan stimulasi
pada daerah faring posterior dengan spatel
lidah, tapi hasilnya sulit dievaluasi pada
pasien yang menggunakan intubasi oral
• Refleks batuk dapat dievaluasi dengan
menggunakan ETT
Test Apnea
Prasyarat
PCO2 normal
Test Apnea
1. Pre-Oksigenasi
100% Oksigen via kanul trakea
PO2 = 200 mmHg
2. Monitor PCO2 dan PO2 dengan pulse
oksimetri
3. Lepas ventilator
4. Observasi gerakan pernafasan hingga
PCO2 = 60 mm Hg
5. Hentikan tes jika TD < 90 mmHg, saturasi
PO2 berkurang, dan terjadi disritmia jantung.
Kondisi – kondisi yang Memerlukan Tes
Konfirmasi
Trauma Fasial
Abnormalitas Pupil
Penggunaan obat sedatif dan bloker
neuromuskular
Gagal Hati
Penyakit Paru
Manifestasi yang Tampak dan Tidak Boleh
Diinterpretasikan Sebagai Bukti Fungsi Batang Otak
Normal Electrocerebral
Test Konfirmasi
Cerebral
Angiography
Normal No Intracranial
Test Konfirmasi
Technetium-99 Isotope Brain Scan
Test Konfirmasi
MR- Angiography
Confirmatory Testing
Transcranial Ultrasonography
Confirmatory Testing
Somato-Sensory Evoked Potentials
(SSEP)
TERIMA KASIH