Anda di halaman 1dari 15

Kelompok 4

Komang Agus Wiranata P07120216013


Made Ayu Ryas Prihantini P07120216014
Ni Luh Ade Seriasih P07120216015
Ni Made Rasita Puspitaswari P07120216016
PENGERTIAN KEARIFAN LOKAL
3

 Secara etimologis, kearifan (wisdom) berarti kemampuan seseorang dalam


.
menggunakan akal pikirannya untuk menyikapi sesuatu kejadian, obyek atau situasi.

 Sedangkan lokal, menunjukkan ruang interaksi di mana peristiwa atau situasi


tersebut terjadi.

Jadi kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan martabat
manusia dalam komunitasnya (Geertz, 2007)
B. KLASIFIKASI KEARIFAN LOKAL
Klasifikasi Kearifan Lokal
Klasifikasi kearifan lokal meliputi :

a. Tata Kelola
- Umumnya setiap daerah terdapat suatu sistem kemasyarakatan yang mengatur tentang
struktur sosial dan keterkaitan antara kelompok komunitas yang ada , seperti Dalian Natolu
di Sumatera Utara, Nagari di Sumatera Barat, Kesultanan dan Kasunanan di Jawa dan
Banjar di Bali.

- Contoh lain tata kelola : Masyarakat Toraja memiliki lembaga dan organisasi sosial yang
mengelola kehidupan di lingkungan perdesaan.

- Selain itu, terdapat pula pembagian tugas dan fungsi dalam suatu kelompok masyarakat
adat misalnya Kepatihan (patih), Kauman (santri) di perkampungan sekitar Keraton di
Jawa.
b. Sistem Nilai
- Sistem nilai merupakan tata nilai yang dikembangkan oleh suatu
komunitas masyarakat tradisional yang mengatur tentang etika penilaian baik-buruk
serta benar atau salah. Sebagai
- Contoh : Di Bali, terdapat sistem nilai Tri Hita Karana yang mengaitkan dengan nilai-
nilai kehidupan masyarakat dalam hubungannya dengan Tuhan, alamsemesta, dan
manusia.
c. Tata Cara atau Prosedur
- Merupakan beberapa aturan adat di daerah memiliki ketentuan mengenai waktu yang
tepat untuk bercocok tanam serta sistem penanggalan tradisional yang
dapat memperkirakan kesesuaian musim untuk berbagai kegiatan pertanian.
- Contoh : Pranoto Mongso (jadwal dan ketentuan waktu bercocok tanam berdasarkan
kalender tradisional Jawa) di masyarakat Jawa atau sistem Subak di Bali.

6
C. CIRI-CIRI KEARIFAN LOKAL

 Kearifan Lokal secara umum diartikan sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai,


pandangan-pandangan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

 Ciri-cirinya adalah:

 Mampu bertahan terhadap budaya luar


 Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar
 Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya
asli
 Mempunyai kemampuan mengendalikan
 Mampu memberi arah pada perkembangan budaya
D. BAGAIMANA MENGGALI KEARIFAN
LOKAL

Pada penggalian kearifan lokal perlu dipahami beberapa hal agar kearifan
tersebut dapat diterima dan ditaati yaitu :

 Kearifan tersebut masih ada.


 Kearifan tersebut sesuai dengan perkembangan masyarakat.
 Kearifan tersebut sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
 Kearifan tersebut diatur dengan Undang-undang.
E. FUNGSI KEARIFAN LOKAL

Sirtha (2003) sebagaimana dikutip oleh


Sartini (2004), menjelaskan bahwa bentuk-
bentuk kearifan lokal yang ada dalam
masyarakat dapat berupa: nilai, norma,
kepercayaan, dan aturan-aturan khusus
Bentuk yang bermacam-macam mengakibatkan fungsi kearifan lokal
menjadi bermacam-macam pula fungsi tersebut antara lain adalah:

 Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian


sumberdaya alam.
 Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya
manusia.
 Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
 Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

10
Dalam tulisan “Pola Perilaku Orang Bali Merujuk Unsur Tradisi”, antara lain memberikan
informasi tentang beberapa fungsi dan makna kearifan lokal, yaitu:

- Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.


- Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia
- Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
- Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
- Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat.
- Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian.
- Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh
leluhur.

11
F. WUJUD KEARIFAN LOKAL

Jim Ife (2002) menyatakan bahwa kearifan lokal terdiri dari lima
dimensi yaitu :

 Pengetahuan Lokal.
 Nilai Lokal.
 Keterampilan Lokal.
 Sumber daya Lokal.
 Mekanisme Pengambilan Keputusan Lokal.

12
Pendapat lain menyatakan bahwa bentuk kearifan lokal dapat dikategorikan ke
dalam dua aspek, yaitu :

A. Berwujud Nyata (Tangible)


Bentuk kearifan lokal yang berwujud nyata meliputi beberapa aspek berikut :

1. Tekstual
2. Bangunan/Arsitektural
3. Benda Cagar Budaya/Tradisional (Karya Seni)

B. Tidak Berwujud (Intangible)


Kearifan lokal yang tidak berwujud seperti petuah yang disampaikan secara
verbal dan turun temurun yang dapat berupa nyanyian dan kidung yang
mengandung nilai-nilai ajaran tradisional.

13
Contoh Kearifan Lokal Masyarakat

Elly Burhainy Faizal mencontohkan beberapa kekayaan budaya, kearifan lokal di


Nusantara yang terkait dengan pemanfaatan alam yang pantas digali lebih lanjut
makna dan fungsinya serta kondisinya sekarang dan yang akan datang. Kearifan
lokal terdapat di beberapa daerah:

a. Papua, terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah aku).


b. Serawai, Bengkulu, terdapat keyakinan celako kumali.
c. Dayak Kenyah, Kalimantan Timur, terdapat tradisi tana‘ ulen
d. Masyarakat Undau Mau, Kalimantan Barat
e. Masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan, Kampung Dukuh Jawa Barat
f. Bali dan Lombok, masyarakat mempunyai awig-awig.

14
ANY QUESTIONS?

Anda mungkin juga menyukai