Anda di halaman 1dari 43

BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS (BAJAH)

UNTUK DIAGNOSTIK KEGANASAN


GINEKOLOGIK PRE & INTRAOPERATIF

Oleh

Dr. FERDINAL FERRY. SpOG


PERKEMBANGAN BAJAH DALAM
UPAYA DIAGNOSTIK

• Jarum utk pengambilan sampel


jaringan  1950 -1960 di Swedia 
Soderstrom & Franzen  Fine Needle
Aspiration (FNA)
• Awalnya : berukuran besar (core
needles)  kaliber < 21 gauge 
Martin & Ellis (AS, ’70-an)
• Dalam perkembangannya  kaliber
jarum  semakin kecil.
KEUNTUNGAN BAJAH

• tekniknya tidak menyakitkan


• dapat dilakukan di tempat praktek
• hasil cepat
• akurasi diagnostik tinggi
• biaya murah
DALAM BIDANG GINEKOLOGI
• Upaya diagnostik keganasan intra-operasi,
lazimnya dengan menggunakan teknik potong
beku (frozen section).
• Pd tumor ovarium  potong beku baru dapat
dilakukan setelah dilakukan laparotomi 
hasil cukup lama (antara 1 sampai 2 jam)
 Amat penting u/ diagnosis keganasan
secepat mungkin, kalau perlu pre operatif.
• Pengunaan BAJAH sebelum operasi pada
tumor ovarium sangat dimungkinkan dengan
berbagai perkembangan teknik saat ini 
komplikasi rendah
• BAJAH intraoperatif  diagnostik keganasan
atau u/ melihat luasnya penyebaran tumor.
• Penggunaan BAJAH pre operatif pada tumor
ovarium (terutama kistik)  peri & post
menopause tidak dianjurkan  cenderung KI
 kekhawatiran ruptur & penyebaran tumor
ganas iatrogenik  harus dievaluasi secara
bedah
• Sampai saat ini, beberapa ahli menyatakan
bahwa belum ada bukti pasti kejadian
penyebaran sel-sel ganas melalui jalur jarum
BAJAH.
• Tumor ovarium pada usia muda dengan
kemungkinan jinak, BAJAH bisa memberikan
keuntungan diagnostik pre operatif 
meminimalkan undertreatment atau
overtreatment  berpengaruh pd fertilitas
• Pemakaian lain BAJAH dalam bidang
ginekologi : menentukan apakah suatu massa
pelvik merupakan suatu tumor primer atau
merupakan metastasis dari tempat lain
PEMAKAIAN LAIN :
• U/ melihat keberadaan & penyebaran
tumor  misalnya pd limfadenopati
• Evaluasi rekurensi tumor pasca tindakan
• Menegakkan D/ histologis untuk memulai
kemoterapi dengan pilihan yang tepat.
• Contoh klasik : Ca Serviks sel skuamous
stadium IIIB yang akan mendapatkan
radioterapi pelvik primer.
• Pada kehamilan : dgn panduan USG
 BAJAH aman u/ diagnostik
keganasan kista ovarium
• Aspirat bisa u/
– sitologi
– analisa DNA
– deteksi reseptor estrogen
– pemeriksaan hormonal lainnya
PERTIMBANGAN ANATOMIS

• BAJAH aman krn jarum kecil (22-25


gauge)
• Pd pelvis  pengumpulan sampel
melalui rute perkutaneus anterior,
perkutaneus posterior, transvaginal &
transrektal.
Rute BAJAH dg Pembuluh Darah &
Nervus yg berisiko trauma

Rute BAJAH Pembuluh Darah yang berisiko Nervus yang berisiko


Perkutaneus anterior Iliaka eksterna, femoralis Femoralis
(lipat paha)
Perkutaneus posterior Iliaka interna pars posterior Isciatika
Transvaginal Iliaka interna, pars anterior Obturator, pudendal
Transrektal Iliaka interna, pars anterior Pudendal
KONTRAINDIKASI

• Mutlak : tidak ada


• Pd koagulopati  BAJAH dilakukan setelah
koreksi  perdarahan adalah salah satu
komplikasi BAJAH.
• Pasien gelisah dan ketakutan  sebaiknya
BAJAH tidak dilakukan dengan anestesi lokal
di poliklinik  di OK dengan anestesi umum
atau regional.
PROSEDUR BAJAH
Peralatan
1. Jarum
• jarum dengan kaliber kecil (< 0,7 mm atau
antara 22-25 gauge).
• Jarum paling kecil (25 G)  anak.
• Panjang jarum bervariasi dari 3 cm sampai 20
cm (tergantung lokasi)
Alat semprit (syringe)
Sempritan plastik standar 10 – 20 ml.
Syaratnya : kuat dan dapat menghasilkan
tekanan negatif yang baik.
Pemegang sempritan (syringe holder =
pistol grip)

Franzen

Cameco

dibuat sendiri
4. Slide kaca (=object glass)
 bersih, kering dan bebas dari minyak
5. Bahan fiksasi
– Fiksasi basah  etanol 70-90%
– Fiksasi kering  hair spray
Langkah-langkah BAJAH
Urutan : anestesi, insersi, aspirasi dan
pembuatan apusan
• BJH (tanpa aspirasi)  Zajdela (1987)  tanpa
aspirasi  cukup efek kapiler jarum.
• Banyaknya spesimen  hampir sama

– merasakan
konsistensi
jaringan lebih baik
– kontaminasi darah
dapat dikurangi
MEMBUAT SEDIAAN APUSAN (SMEAR)

• Aspirat : “kering” dan “basah”


– Aspirat kering  memiliki suspensi sel
yang relatif banyak dibanding jumlah
cairan jaringan dan memiliki konsistensi
seperti krim
– Aspirat basah  jika jumlah sel sedikit
dalam cairan atau darah (misalnya
cairan kista atau asites)
Atas : apusan untuk aspirat kering,
bawah : aspirat basah
• Untuk aspirat kering  lebih baik agak
tebal  jika tekanan apusan terlalu kuat
 artefak jaringan yang hancur
• Dipakai : kaca penutup 0,4 mm atau
slide kaca biasa dengan tekanan ringan
untuk mendapatkan apusan dengan
ketebalan secukupnya dan merata
• Apusan untuk aspirat basah : 2 langkah
– membuat apusan dg pinggir slide lain
sampai pertengahan
– diteruskan dengan permukaan datar
seperti pada pembuatan apusan aspirat
kering.
FIKSASI
• Teknik fiksasi yang banyak fiksasi basah
dengan alkohol 95% dan fiksasi kering
dengan hair spray.
• Prinsip fiksasi adalah memfiksasi
sediaan secepat mungkin dengan
memasukkan segera sediaan ke dalam
cairan fiksasi atau menyemprot dengan
hair spray sewaktu spesimen masih
segar.
Langkah-langkah fiksasi basah

• Saat sediaan masih segar, masukkan ke


dalam alkohol 95%.
• Biarkan 30 menit
• Sediaan diangkat dan dikeringkan
• Sediaan dapat dikirimkan dalam
keadaan kering terfiksasi dalam amplop
atau dalam keadaan terendam cairan
fiksasi di botol.
Langkah-langkah fiksasi kering

• Waktu sekret masih segar, semprot


dengan hair spray pada jarak + 10-15
cm dari kaca obyek
• Lakukan 2 – 4 kali semprotan
• Keringkan di udara
• Kirimkan dalam amplop
PEWARNAAN
2 Metode utama :
1.Fiksasi kering dengan pewarnaan
Giemsa atau Diff-Quik
2.Fiksasi alkohol dengan pewarnaan Pap
atau H & E.
Langkah-langkah pewarnaan Pap
• Celupkan sediaan yang sudah terfiksasi ke dalam seri
alkohol yang kadarnya menurun secara bertingkat :
80%, 70% dan 50%
• Bilas dalam air mengalir
• Celupkan dalam Harris hematoxylin 3 menit
• Bilas dalam air mengalir
• Celupkan dalam air HCl 0,25% 2-3 celup
• Bilas dalam air mengalir
• Celupkan dalam alkohol amoniak 1% sebanyak 1-2
celup
• Bilas di air mengalir selama 5 menit
• Celupkan dalam seri alkohol yang kadarnya
naik secara bertingkat, yaitu 50%, 70% dan
80%.
• Celupkan dalam dua bak alkohol 95% agar
dehidrasi sempurna
• Celupkan dalam Orange-G (OG 6) selama 5
menit
• Bilas dalam 3 bak alkohol 95%
• Celupkan dalam polychrom (EA 50)
selama 5 menit
• Bilas dalam 3 bak alkohol 95% dan dua
bak alkohol absolut
• Celupkan dalam satu bak cairan alkohol
absolut-xylol
• Celupkan dalam tiga bak xylol
• Angkat sediaan dan tutup dengan perekat
Canada Balsam atau Entellan (hindari
terjadi gelembung udara)
HASIL PEWARNAAN :

• Biru gelap atau hitam gelap  inti sel epitel


• Merah  nukleoli
• Merah muda (eosinofil) atau hijau kebiruan
 sitoplasma sel epitel
• Merah terang  sel darah merah.
• Sel lekosit  biru muda dengan inti
berwarna biru hitam.
• Pada keganasan, inti terlihat membesar,
pleimorfik dan hiperkromatik.
tumor ganas ovarium jenis sel epitel
BANTUAN PENCITRAAN UNTUK
BAJAH PADA TUMOR OVARIUM
• Dengan kemajuan teknik pencitraan 
BAJAH dapat dilakukan pada hampir
semua lokasi lesi intraabdomen
• Pemanduan : CT scan, USG, MRI
• Ahli radiologi cenderung menggunakan
CT scan untuk pemanduan  resolusi
gambar yang baik
• Ahli obstetri  USG.
• USG 3D dan 4D  pencitraan lesi dapat
dilakukan seperti layaknya CT scan
• USG 4D : dapat diambil potongan gambar dari
semua sisi secara real time  akurasi tinggi &
komplikasi minimal
• USG : mobilisasi tinggi
Metoda Keuntungan Kelemahan
Fluoroskopi Cepat Paparan radiasi
Fleksibel Sulit visualisasi lesi
Mobil Sulit memperlihatkan
Jarum jelas terlihat kedalaman
USG Cepat Jarum kurang jelas
Fleksibel Terganggu oleh gas atau
Relatif murah tulang
Mobil
Pencitraan real time
CT scan Jarum sangat jelas terlihat Lebih mahal
Lokalisasi lesi akurat Relatif lambat
Cocok untuk lesi dalam/kecil Risiko paparan radiasi
MRI Cocok untuk lesi yang tak Sangat lambat
terlihat dengan teknik lain Paling mahal
Membutuhkan jarum
khusus
• BAJAH transvaginal harus didahului
pemeriksaan dalam  sifat2 & lokasi tumor
• Biasanya pool bawah tumor dapat teraba
dengan jelas.
• Anestesi lokal biasanya tidak diperlukan,
tetapi pemberian sedatif oral ringan dapat
menurunkan tingkat ansietas pasien.
• Transduser endovaginal yang dilapisi kondom
• Jarum Chiba sepanjang 20 cm
• Ditusukkan dengan cepat
jarum di dalam kista
ovarium yang
diduga jinak
• Setelah BAJAH u/ sitologi  beberapa ahli
 aspirasi lanjutan u/ terapi kista yg diduga
jinak  tidak perlu laparotomi
• Laparotomi jika : kista rekuren atau persisten
• Troiano dan Taylor (1998) meneliti 32
kista ovarium dengan dugaan jinak
yang menjalani aspirasi transvaginal.
• Semua kasus  jinak
• Penatalaksanaan kista jinak rekuren
 perdebatan  reaspirasi atau
laparotomi terbuka
KESIMPULAN

• BAJAH  teknik pemeriksaan sitologi


yang relatif aman, mudah dilakukan,
berbiaya murah dan cepat
• Ginekologi  BAJAH dapat digunakan
pada pre dan intraoperatif
• Pada tumor jinak ovarium kistik,
aspirasi cairan seluruhnya dapat
langsung menjadi terapi sehingga tidak
diperlukan laparotomi
SARAN
• BAJAH  diagnostik pre dan intra
operatif pada tumor-tumor ginekologik
di Bagian Obstetri dan Ginekologi FK
UNAND/RS Dr M Djamil Padang
• Aspirasi cairan kista pada kista yang
diduga jinak dengan seleksi pasien
yang ketat dapat menjadi salah satu
alternatif terapi di samping laparotomi.

Anda mungkin juga menyukai