menghubungkan antara kanalis anal ke kulit di sekitar anus (ataupun ke organ lain seperti ke vagina). Pada permukaan kulit bisa terlihat satu atau lebih lubang fistula, dan dari lubang fistula tersebut dapat keluar nanah ataupun kotoran saat buang air besar.
Terdapat berbagai jenis fistula, mulai dari
yang simple hingga fistula kompleks yang bercabang cabang dan melibatkan otot sphincter ani Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua abses menjadi fistula).
Mayoritas penyakit supurativ anorektal terjadi
karena infeksi dari kelenjar anus (cyptoglandular). Fistula ani sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun, berkisar 1-3 kasus tiap 10.000 orang. Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula. Fistula ani juga dapat terjadi pada kondisi inflamasi berkepanjangan pada usus, seperti pada Irritable Bowel Syndrome (IBS), diverticulitis, colitis ulseratif, dan penyakit crohn, kanker Rectum, tuberculosis usus, HIV- AIDS, dan infeksi lain pada daerah ano-rektal. Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang sembuh spontan.
Setelah operasi risiko kekambuhan fistula
termasuk cukup tinggi yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami kekambuhan). Garis imajiner transversal yang melewati anus, membagi perineum menjadi anterior dan posterior Muara eksterna di anterior garis imajiner fistel berjalan lurus, mengarah langsung secara radier ke arah anus bagian anterior. Muara eksterna di posterior garis imajiner fistel melengkung menuju garis tengah posterior kanalis analis Muara eksterna di anterior garis majiner dan lebih dari 3 cm dari anus fistel akan melengkung ke posterior Park Classification 1. Intersphincter fistula in-ano Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna bermuara berdekatan dengan lubang anus. Park Classification 2. Transphincteric Fistula Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna melewati muskulus sfingter eksterna bermuara sepanjang satu atau dua inchi di luar lubang anus Park Classification 3. Suprasphincteric fistula Berawal dari ruangan diantara m. sfingter eksterna, dan interna membelah ke atas muskulus pubrektalis turun di antara puborektal dan m.levator ani muncul satu atau dua inchi di luar anus. Park Classification 4. Extrasphincteric fistula Berawal dari rektum atau colon sigmoid dan memanjang ke bawah melewati muskulus levator ani dan berakhir di sekitar anus. Fistula ini biasa disebabkan oleh abses appendiceal, abses diverticular, atau Crohn’s Disease. Anamnesis ◦ Nyeri, yang bertambah pada saat bergerak, defekasi, dan batuk. ◦ Keluar darah atau nanah dari lubang fistula. ◦ Iritasi atau ulkus di kulit di sekitar lubang fistula. ◦ Gatal sekitar anus dan lubang fistula. ◦ Benjolan (Massa fluktuan) bila masih berbentuk abses. ◦ Demam, dan tanda tanda umum infeksi. ◦ Riwayat abses anorectal Inspeksi ◦ Dapat ditemukan satu atau lebih external opening atau teraba fistula di bawah permukaan ◦ Muara eksterna : papul kemerahan, pus, dapat berupa jaringan granulasi/sikatriks ◦ Ditekan : keluar sekret serosanguinolen/purulen
Palpasi/colok dubur bimanual
◦ Fistel teraba seperti tali ◦ Muara interna : cekungan keras, atau tonjolan jaringan pada dinding kanalis analis Fistulotomi: Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit, dibiarkan terbuka, sembuh per sekundam intentionem.
Fistulektomi: dengan cara eksisi seluruh
jaringan fibrosa dan saluran fistula. Luka juga dibiarkan terbuka Fistulotomy and Fistulectomy Posisi pasien litotomi atau knee chest : 1. Dilakukan anestesi regional atau general 2.Sebelum melakukan operasi sangat penting untuk meraba adanya jaringan fibrotik saluran fistel di daerah perianal maupun dekat linea dentata, sehingga dapat ditentukan asal dari fistel 3. Dengan tuntunan rektoskopi dicari internal opening dengan cara memasukkan methilen blue yang dapat dicampuri perhidrol 4. Bila internal opening belum terlihat dilakukan sondage secara perlahan dengan penggunaan sonde tumpul yang tidak kaku kedalam fistula dan ujung sonde diraba dengan jari tangan operator yang ditempatkan dalam rektum 5. Bila internal opening telah ditemukan, dengan tuntunan sonde, dapat dilakukan fistulotomi yaitu dengan cara insisi fistula searah panjang fistula dan dinding fistula dilakukan curettage untuk pemeriksaan patologi. Hati-hati jangan sampai memotong sfingter eksterna. 6. Luka operasi ditutup dengan tampon. Komplikasi yang dapat timbul berupa perdarahan, inkontinensia fecal, retensio urine, infeksi, serta komplikasi akibat anesthesia. Hari pertama penderita sudah diperbolehkan makan. Antibiotika dan analgetik diberikan selama 3 hari. Pelunak feces dapat diberikan pada penderita dengan riwayat konstipasi sebelumnya. Tampon anus dibuka setelah 2×24 jam atau jika terdapat perdarahan dapat dibuka sebelumnya. Rawat luka dilakukan setiap hari. Setelah penderita mampu mobilisasi, penderita diminta rendam duduk 2x sehari dengan larutan Permanganas Kalikus (KMNO4) selama 20 menit.