Anda di halaman 1dari 17

PATOLOGI KOMPARATIF

SRI REJEKI PANGGABEAN


(1502101010217)
Kelas : 05, Ruang : VII

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2018
Canine Parvo Virus
ETIOLOGI
ETIOLOGI
Canine Parvovirus (CPV) merupakan penyakit viral
pada anjing yang bersifat sangat menular dan fatal yang
disebabkan oleh infeksi Canine Parvovirus. Virus ini
termasuk ke dalam famili Parvoviridae (Parthiban et al.,
2011).
• Diameter virus : +/- 20 nm
• Virus Single Stranded DNA
• Virion berbentuk partikel ikosahedral dan tidak beramplop
• CPV mempunyai kepadatan gradien 1,43 g/m
• CPV terdiri dari 3 protein virus yaitu VP1, VP2, dan VP3
• Berat molekul 82.500 sampai 63.500 (Sendow, 2003)
Canine Parvovirus (CPV) berkerabat sangat
dekat dengan:
1. Feline Panleukopenia Virus (FPV)
2. Mink Enteritis Virus (MEV)
3. Racoon Parvovirus (RPV) (Nareswari et al., 2016
Canine parvovirus tipe 2 (CPV-2) merupakan
virus paling penting sebagai penyebab enteritis pada
anak anjing umur 2 bulan.
Parvovirus memerlukan sel host ntuk
bereplikasi khususnya pada inti se dan hanya terjadi
pada sel yang membelah dengan cepat seperti pada
sel epitel intestinal, sel sumsum tulang, dan sel
miokardium. Replikasi virus menyebabkan kematian
pada sel akibat kegagalan mitosis (Lamm dan
Rezabek., 2008).
Infeksi CPV, atau yang dikenal dengan
penyakit Muntaber anjing, ditandai dengan
gejala muntah dan mencret berdarah pada
anjing, yang berakhir dengan kematian
dalam waktu kurang dari 3 hari (Sendow
dan Hamid., 2004).
Gejala klinis yang paling khas dari
penyakit ini adalah berak darah (Winaya et
al., 2014)
PATOLOGI ANATOMI
Perubahan patologi anatomis yang
signifikan ditemukan pada :
 Usus halus dengan lesi berupa edema dan
hiperemia pada mukosa, selain itu nekrosis dan
foci hemoragis juga dapat ditemukan.
Perubahan enteritis hemorrhagis et necrotican
dapat ditemukan pada semua anjing penderita
(Winaya et al., 2014).
 Kongesti dan nekrosis ditemukan pada
epikardium jantung. Gambaran anemia
ditemukan pada limpa, ginjal, dan hati.
Kemerahan terlihat pada jaringan paru dan
kekuningan pada hati (Winaya et al., 2014).
 Paru-paru terdapat lobular pneumonia dan
oedema (Sendow dan Hamid., 2004).
PATOLOGI ANATOMI
1. Usus halus dengan lesi berupa
edema dan hiperemia pada
mukosa, selain itu nekrosis dan
foci hemoragis juga dapat
ditemukan. Perubahan enteritis
hemorrhagis et necrotican dapat
ditemukan pada semua anjing
penderita (Winaya et al., 2014).

2. Kongesti dan nekrosis ditemukan


pada epikardium jantung.(Winaya et
al., 2014).

3. Gambaran anemia ditemukan pada limpa,


ginjal, dan hati. Kemerahan terlihat pada
jaringan paru dan kekuningan pada hati
(Winaya et al., 2014).
4. Pada paru-paru terdapat lobular
pneumonia dan oedema. Paru paru
sedikit mengeras, berwarna merah muda
hingga abu-abu yang disertai dengan
perdarahan hingga permukaaan pleura.
Hati tampak agak pucat (Sendow dan
Hamid., 2004).
HISTOPATOLOGI
O Perubahan signifikan ditemukan pada usus halus.
Mukosa usus terlihat hiperemi disertai dengan
infiltrasi limfosit, vili terlihat atropi dan nekrosis
pada kriptus Lieberkuhn.
O Target utama dari CPV adalah epitel usus halus,
infeksi lisis mengakibatkan deskuamasi,
perdarahan dan pemendekan vili duodenum,
yeyenum, dan ileum.
O Kerusakan pada epitel saluran pencernaan dapat
merangsang terjadinya infeksi sekunder oleh
bakteri Escherichia coli.
O Peredaran bakteri dan endotoksinnya pada aliran
darah menimbulkan keadaan yang disebut dengan
coliform septicaemia (Winaya et al., 2014).
HISTOPATOLOGI
HISTOPATOLOGI
O Beberapa kripta mengalami dilatasi dan sebagian sel basal
mengalami nekrosis dan karyoreksis, sedangkan pada daerah lainnya
sel-sel basal mengalami proliferasi, dan pada daerah ini ditemukan sel
basal yang nukleusnya mengalami margination kromatin yang diduga
adalah badan inklusi intra nucleus, walaupun jumlahnya sangat sedikit
(Gambar 2). Pada lamina propria banyak ditemukan sel-sel mitosis,
pembendungan serta perdarahan (Sendow dan Hamid., 2004).
HISTOPATOLOGI
O Nekrosis limfosit pada folikel limfoid limpa yang intensitasnya
semakin berkurang pada daerah parakorteks .
O Adanya limfositolisis yang meluas pada daerah folikel limfoid
limpa merepleksikan kesukaan CPV pada populasi sel yang aktif
membelah (Winaya et al., 2014)
HISTOPATOLOGI

O Kongesti epikardium, nekrosis, dan inclusion bodies


ditemukan umumnya karena anak anjing tidak
memiliki kekebalan bawaan dari induknya (Winaya
et al., 2014)
HISTOPATOLOGI

(Winaya et al., 2014)


DIFFERENSIAL DIAGNOSA

O Gambaran klinis kasus CPV sering dikelirukan


dengan penyakit lainnya seperti :
1. Canine Distemper
2. Infeksi bakteri penyebab enteritis
3. Infeksi parasit cacing
4. Coccidiosis
5. Pankreatitis akut (Sendow., 2003)

Hal ini dikarenakan memiliki gejala klinis


yang sama seperti demam, nafsu makan menurun,
lemas dan diare, bahkan sampai diare yang
berdarah
SPESIMEN YANG DIPERLUKAN

O Darah
Biasanya digunakan untuk Uji Serologis (Uji
Serum Netralisasi, Uji ELISA, Uji Antibodi
Floresen), Uji HA dan HI, PCR
O Feses
Biasanya digunakan untuk Isolasi Canine
Parvo Virus pada Biakan Jaringan Feline
Kidney.
O Saat nekropsi Usus, Jantung, Limpa, dan
organ organ yang mengalami perubahan
lainnya (Sendow dan Hamid., 2004).
PENCEGAHAN & PENGENDALIAN

O Pencegahan infeksi CPV dapat dilakukan dengan


melakukan vaksinasi, dan hal ini telah terbukti
merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah
endemik CPV di banyak negara baik pada anjing dewasa
maupun anjing anakan.
O Karantina anjing yang belum terpapar vaksin.
O Induk anjing sebelum dipacak harus dilengkapi
vaksinasinya, agar anakan mendapat maternal immunity
yang cukup dari air susu induknya.
O Lingkungan tempat tinggal anjing harus selalu dijaga
kebersihannya.
O Nutrisi dan gizi untuk anak anjing harus diperhatikan
untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.
O Anakan anjing berusia di bawah 3 bulan sebaiknya tidak
kontak dengan anjing lain yang belum jelas status
kesehatannya (Sendow dan Hamid., 2004).
DAFTAR PUSTAKA

Lamm, C.G. and G.B. Rezabek. 2008. Parvovirus


infection in domestic companion animal. Vet. Clin.
North Am. Small Anim. Pract. 38(4):837-850.
Parthiban, S., H. K. Mukhopadhyay, D. Paner, P. X.
Antony, R. M. Pillai., 2011. Isolation and Typing of
Canine Parvovirus in CRFK Cell Line in Puducherry,
South India. Indian J. Microbiol. 51(04):456-460.
Sendow, I. 2003. Canine parvovirus pada anjing.
Wartazoa. 13(2):56-64.
Sendow, I. dan H. Hamid. 2004. Isolasi virus penyebab
dan perubahan patologik infeksi canine parvovirus
pada anjing. JITV .9(1): 46-54.
Winaya, I.B. O., I. K. Berata, AAA. M. Adi, I. M. Kardena.,
2016. Aspek Patologis Infeksi Parvovirus pada Anak
Anjing di Kota Denpasar. Jurnal Kedokteran Hewan.
08(02):85-89.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai