Kejang Demam
Kejang Demam
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz & Sowden,
2002).
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Jadi, kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi
otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan
berupa kejang.
ETIOLOGI
Etiologi dari kejang demam masih tidak diketahui. Namun pada sebagian besar anak
dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kecepatan peningkatan suhu tubuh. Biasanya suhu demam
diatas 38,8º C dan terjadi disaat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan
suhu tubuh (Dona Wong L, 2008).
Jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam yang
dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam
adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis akut,
bronchitis, dan infeksi saluran kemih ( Soetomenggolo,2000).
ETIOLOGI
Menurut Mansjoer, dkk (2000:) Lumban Tobing (1995) dan Whaley and Wong (1995)
yang dikutip dalam Abdul Hamid, dkk (2011)
• Demam itu sendiri
• Efek produk toksik daripada mikroorganisme
• Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi
• Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
• Ensefalitis viral yang ringan
KLASIFIKASI
Gambaran klinis yang secara umum dapat dijumpai pada pasien dengan kejang demam
diantaranya:
1. Suhu tubuh mencapai >38⁰C,
2. Anak sering hilang kesadaran saat kejang,
3. Mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak berguncang (gejala kejang
bergantung pada jenis kejang),
4. Kulit pucat dan membiru,
5. Akral dingin (Dewanto, 2009).
PATOFISIOLOGI
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1ºC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10 - 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak yang berumur 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang
hanya mencapai 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium, ion natrium
melalui membran tersebut dengan akibat terjadi pelepasan listrik. Lepasnya muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya
dengan bantuan bahan yang disebut “Neurotransmitter” dan terjadilah kejang.
PATOFISIOLOGI
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38o C dan anak
dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40o C atau lebih, kejang yang
berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak
teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya
menyebabkan metabolisme otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran
darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul
oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
PENATALAKSANAAN
Hipertermi
• Riwayat keperawatan
• Pengkajian fisik
• Riwayat psikososial atau perkembangan
• Pengetahuan keluarga
• Pengkajian neurologik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doengoes, dkk (1999), Angram (1999) dan carpenito (2000 ), diagnosa yang
mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam
• Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang
• Hipertermi bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
• Perfusi jaringan cerebral tidak efektif bd reduksi aliran darah ke otak
• Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan
kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi
INTERVENSI
Dx 1: Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan aktivitas kejang
Tujuan NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Pengendalian Resiko: Mencegah jatuh:
keperawatan selama 1x24 jam -Pengetahuan tentang resiko -Identifikasi faktor kognitif atau
diharapkan resiko cedera dapat -Monitor lingkungan yang dapat psikis dari pasien yang dapat
dihindari menjadi resiko menjadikan potensial jatuh dalam
-Kembangkan strategi efektif setiap keadan
pengendalian resiko -Identifikasi karakteristik dari
-Penggunaan sumber daya lingkungan yang dapat menjadikan
masyarakat untuk pengendalian potensial jatuh
resiko -Monitor cara berjalan,
keseimbangan dan tingkat
kelelahan dengan ambulasi
-Instruksikan pada pasien untuk
memanggil asisten jika ingin
bergerak
INTERVENSI
Dx 2: Hipertermi berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
Tujuan NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Thermoregulasi: Temperatur regulasi:
keperawatan selama 1x24 jam -Suhu tubuh dalam rentang normal -Monitor suhu minimal tiap 2 jam
diharapkan suhu tubuh dalam -Nadi dan RR dalam rentang -Rencanakan monitor suhu secara
rentang normal normal kontinyu
-Tidak ada perubahan warna kulit -Monitor tanda-tanda hipertensi
dan tidak pusing -Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
-Monitor nadi dan RR
INTERVENSI
Dx 3: Gangguan perfusi jaringan berhubugan dengan reduksi aliran darah ke otak
Tujuan NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Status sirkulasi: Monitor TTV:
keperawatan selama 1x24 jam -TD sistolik dalam batas normal -Monitor TD, nadi, suhu, RR
diharapkan suplai darah ke otak -TD diastole dalam batas normal -Catat adanya fluktuasi TD
dapat kembali normal -Kekuatan nadi dalam batas -Monitor jumlah dan irama jantung
normal -Monitor bunyi jantung
-Tekanan vena sentral dalam batas -Monitor TD saat klien berbaring,
normal duduk, berdiri
-Rata-rata TD dalam batas normal
Status neurologia:
-Monitor tingkat kesadaran
-Monitor tingkat orientasi
-Monitor TTV
-Monitor GCS
INTERVENSI
Dx 4: Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Knowledge: disease proses Teaching: disease proses
keperawatan selama 1x24 jam -Keluarga menyatakan pemahaman -Berikan penilaian tentang
diharapkan keluarga mengerti tentang penyakit kondisi prognosis pengetahuan pasien tentang
tentang kondisi pasien dan program pengobatan proses penyakit yag spesifik
-Keluarga mampu melaksanakan -Jelaskan patofisiolgi dari penyakit
prosedur yang dijalskan secara dan bagaimana hal ini berhubungan
benar dnegan anatomi fisiologi dengan
-Keluarga mampu menjelaskan cara yang tepat
kembali apa yang dijelaskan -Gambarkan tanda dan gejala yang
perawat/tim kesehatan lainnya biasa muncul pada penyakit dengan
cara yang tepat
-Identifikasikan kemungkinan
dengan cara yang tepat
TERIMA K ASIH
DAFTAR PUSTAKA
• Hamid, A. dkk. (2011). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam. Politeknik
Kesehatan Surakarta.
• http://repository.unimus.ac.id/940/3/Bab%202.pdf
• http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/48116/Chapter%20II.pdf;sequence=4
• http://eprints.ums.ac.id/16764/2/BAB_I.pdf
• Putri, Desi Regina. 2017. Asuhan Keperawatan pada An.R dan An.A dengan Kejang Demam di Ruang
Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/DESI_REGINA_PUTRI.pdf