Anda di halaman 1dari 65

Dwi Widyastuti (150432601424)

Friska Mey Surya P. (150432601871)


Friska Verdiyana (150432602450)
Iftia Atriani (1504326021 16)
OUTLINE

• Kajian Teori Ekonomi Kreatif


• Strategi dan Kebijakan Pemerintah
• Data Statistik Ekonomi Kreatif
Indonesia
• Studi kasus “Inovasi Model
Pengembangan Kebijakan Ekonomi
Kreatif Provinsi Banten
AWAL MULA EKONOMI KREATIF

Ekonomi kreatif digagas pertama kali di Inggris oleh John Howkins (2001)
melalui bukunya"Creative Economy, How People Make Money fromIdeas".

Ide Howkins diinspirasi oleh pemikiran Robert Lucas bahwa


pertumbuhanekonomi suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat
produktivitas dan keberadaan orang-orangkreatif yang memiliki talenta
khusus dengankemampuan mengaplikasikan ilmu pengetahuan untuk
menciptakan suatu inovasi.

Menurut Howkins,“Ekonomi Kreatif” merupakan aktivitasperekonomian


yang lebih mengandalkan ide atau gagasan (kreatif) untuk mengelola material
yangbersumber dari lingkungan di sekitarnya menjadibernilai tambah
ekonomi.

Selanjutnya, konsepekonomi kreatif tersebut dikembangkan oleh


Floridamelalui kedua karyanya, yakni: “The Rise ofCreative Class” dan
“Cities and the Creative Class”.
DEFINISI EKONOMI KREATIF
Menurut Jhon Howkins
(2001) dalam makalah Mengutip dari M. Saputra
Usman, (2008)

Ekonomi kreatif sebagai Endustri kreatif adalah industri yang berasal


ekonomi yang menjadikan dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan
kreativitas, budaya, warisan serta bakat individu untuk menciptakan
budaya, danlingkungan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan
sebagai tumpuan masa dengan menghasilkan dan mengeksploitasi
depan, mengingat manusia daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
senantiasa hidup dalamkreasi
untuk mencipta melalui
pengembangan ide-ide
kreatif hingga melahirkan Ekonomi kreatif didefinisikan sebagai sistem
suatumekanisme budaya kegiatan manusia yang berkaitan dengan
yang hadir dalam kelompok produksi, distribusi, pertukaran serta
manusia yang memiliki ide- konsumsi barang dan jasa yang bernilai
ide,pandangan ini tidak kultural, artistik dan hiburan. Masih menurut
terlepas dari indikator Saputra, ekonomi kreatif bersumber pada
penciptaan kebudayaan. kegiatan ekonomi dari industri kreatif.
EVOLUSI EKONOMI KREATIF
Visi Dan Misi Ekonomi Kreatif Indonesia
Hingga Tahun 2025
• Visi:“Bangsa Indonesia yang berkualitas hidup dan bercitra kreatif
di mata dunia”

• Misi: “Memberdayakan Sumber Daya Insani Indonesia Sebagai


Modal Utama Pembangunan Nasional” untuk:
1. Peningkatan kontribusi industri kreatif terhadap
pendapatan domestik bruto Indonesia,
2. Peningkatan ekspor nasional dari produk/jasa berbasis
kreativitas anak bangsa yang mengusung muatan lokal
dengan semangat kontemporer
3. Peningkatan penyerapan tenaga kerja sebagai dampak
terbukanya lapangan kerja baru di industri kreatif,
PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF

Pondasi industri
kreatif adalah
sumber daya insani
(People) Indonesia
yang merupakan
elemen terpenting
dalam industri
kreatif.
Pondasi Model Pengembangan
Ekonomi Kreatif
 Menurut Richard Florida, individu‐individu kreatif
memiliki strata yang disebut sebagaistrata kreatif
(creative class). Individu‐individu pada strata kreatif ini
terlibat dalam pekerjaanyang memiliki fungsi untuk
“menciptakan bentuk baru yang memiliki arti”.

 Dalam buku “The Rise of Creative Class”, Richard Florid


menyatakan bahwa strata kreatif ini terdiri dari 2
komponen utama:
 Inti Super Kreatif (Super Creative Core).
 Pekerja Kreatif Profesional (Creative Professional).
Industri merupakan bagian dari kegiatan masyarakat
yang terkait dengan produksi, distribusi, pertukaran serta
Industry konsumsi produk atau jasa dari sebuah negaraatau area
tertentu

Richard Florida (Florida, 2003) mengatakan ada tiga


modul utama membangun ekonomiberbasis kreativitas
Technology yaitu (1) Talenta Sumber daya insani, (2) Teknologi, (3)
dan ToleransiSosial.

Lima Dalam membangunindustri kreatif berbasis produk


Pilar Resources fisikal, harus juga disertai dengan pola pikir ramah
Ekonomi lingkungan.
Kreatif
Sebagai tatanan sosial dimana termasuk di dalamnya
adalah kebiasaan, norma, adat,aturan, serta hukum yang
Institution berlaku. Tatanan sosial ini bisa yang bersifat informal –
sepertisistem nilai, adat istiadat, atu norma ‐ maupun
formal dalam bentuk peraturanperundang‐undangan

Lembaga yang beperanmenyalurkan pendanaan kepada


Financial pelaku industri yang membutuhkan, baik dalambentuk
Intermediary modal/ekuitas mapun pinjaman/kredit
PERAN DAN POLA INTERAKSI TRIPLE HELIX

Peran Cendikiawan
• Peran pendidikan Peran Peran
• Peran penelitian Bisnis Pemerintah
• Peran pengabdian
masyarakat
Pola Interaksi Triple Helix
Ruang Interaksi Yang Dapat Dianalisa Akibat
Dari Perputaran Pusaran Triple Helix
Ruang Ilmu
Ruang Konsensus Ruang Inovasi
Pengetahuan

Disini inovasi tercipta telah


Disini individu‐individu dari terformalisasi dan
berbagai disiplin ilmumulai Disini mulai terjadi bertransformasi menjadi
terkonsentrasi dan bentukan‐bentukan knowledge capital, berupa
berpartisipasi dalam komitmen yangmengarah munculnya realisasi bisnis,
pertukaran informasi, pada inisiatif tertentu dan realisasi produk baru,partisipasi
ide‐ide dan gagasan‐ project‐project, dari institusi finansial, Angel
gagasan. Wacana‐wacana pembentukan Capital, VentureCapital), dan
dan konsepsi tumbuh perusahaan‐perusahaan dukungan pemerintah berupa
subur dan senantiasa baru. terhadap konsensus. insentif, penegakan hukum yang
dimantapkan. tegasterhadap HKI dan
sebagainya
RUANG LINGKUP EKONOMI KREATIF
Lingkup Industri Kreatif
Mencakup 14 Subsektor (2006)
1. Periklanan (Advertising)
2. Arsitektur
3. Pasar Barang Seni
4. Kerajinan (Craft)
5. Desain
6. Fesyen (Fashion)
7. Video, Film Dan Fotografi
8. Permainan Interaktif (Game)
9. Musik
10. Seni Pertunjukkan (Showbiz)
11. Penerbitan Dan Percetakan
12. Layanan Komputer Dan Piranti Lunak
13. Televisi & Radio (Broadcasting)
14. Riset Dan Pengembangan (R&D)
Di dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015, produk-produk ekonomi kreatif
diklasifikasikan kedalam 16 subsektor yang oleh Badan Pusat Statistik (BPS) kemudian dirinci
kedalam 206 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 5 digit. Rincian keenam belas
subsektor ekonomi kreatif berturut-turut sesuai dengan urutan KBLI adalah sebagai berikut:
VERSI PEMBAGIAN SUBSEKTOR INDUSTRI
KREATIF MENURUT NEGARA
PERLUNYA PENGEMBANGAN INDUSTRI
KREATIF DI INDONESIA

Agumentasi Perlunya Pengembangan


Industri Kreatifdi Indonesia
Anggraini (2008: 150-151)

Dari sisi
Dari sisi “Citra
“Kontribusi Dari sisi Dari sisi “Dampak
Dari sisi “Iklim dan Identitas
Ekonomi”, “Sumberdaya Dari sisi “Inovasi Sosial”,
Bisnis”, Bangsa”,meningk
menciptakan Terbarukan”, dan Kreativitas”, meningkatkan
menciptakan atkan turisme,
lapangan kerja, berbasis memberikanide, kualitas hidup,
lapangan usaha, ikon nasional,
meningkatkan pengetahuan, gagasan, dan pemerataan
dampak bagi membangun
produk kreativitas, dan penciptaan nilai; kesejahteraan,
sektor lain, dan budaya, warisan
domestikbruto membangunkom dan danpeningkatan
pemasaran; budaya, dan
(PDB), dan unitas hijau; toleransi sosial.
nilailokal;
ekspor;
Alasan Industri Kreatif Perlu Dikembangkan
(Menurut Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu)

Kehadiran industri kreatif mampu memberikan kontribusi ekonomi


yang signifikan (PDB, menciptakan lapangan kerja, ekspor)

Menciptakan iklim bisnis yang positif (menciptakan lapangan usaha,


pemasaran)

Membangun citra dan identitas bangsa (tourisme, ikon nasional,


membangun budaya, warisan budaya dan nilai lokal)

Berbasis pada sumberdaya yang terbarukan (berbasis pengetahuan,


kreatifitas, green community)

Menciptakan inovasi dan kreatifitas yang merupakan keunggulan


kompetitif suatu bangsa (lewat ide dan gagasan, penciptaan nilai)

Memberikan dampak sosial yang positif (kualitas hidup, pemerataan


kesejahteraan, peningkatan toleransi)
Langkah Terobosan Mengembangkan
Ekonomi Kreatif
Menyiapkan insentif untuk
memacu pertumbuhan industri
kreatif berbasis budaya.
Pemerintah akan membentuk Mebuat roadmap industri
Indonesian Creative council yang kreatif yang melibatkan
akan menjadi jembatan untuk berbagai departemen dan
menyediakan fasilitas bagi para kalangan.
pelaku industri kreatif.

Membuat program
Memberikan komprehensif untuk
perlindungan hukum menggerakkan industri kreatif
dan insentif bagi melalui pendidikan,
karya industri kreatif. pengembangan SDM, desain,
mutu dan pengembangan pasar.
TANTANGAN EKONOMI KREATIF DAN
INDUSTRI KREATIF

Ditinjau dari aspek budaya

Dikaitkan dengan kearifan lokal


masyarakat di tanah air

Diperlukan kebijakan Pemerintah


yang bersifat komprehensif dan
terintegrasi
PERMASALAHAN UTAMA DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF
 Kuantitas dan kualitas sumberdaya insani sebagai pelaku
dalam industri kreatif perlu diperbaiki dan dikembangkan.
 Iklim kondusif untuk memulai dan menjalankan usaha di
industri kreatif.
 Penghargaan/apresiasi terhadap insan kreatif dan karya
kreatif yang dihasilkan.
 Percepatan tumbuhnya teknologi informasi dan komunikasi.
 Lembaga pembiayaan yang mendukung pelaku industri
kreatif.
KEUNTUNGAN MENINGKATKAN
INDUSTRI KREATIF

Bisnis Usaha Kecil


Menengah (UKM)
Makin Berkembang
Mengurangi Mengurangi
Dan Perlu Diketahui
Tingkat Tingkat
Bahwa Sebagian
Kemiskinan. Pengangguran
Besar UKM Bergerak
Di Bidang Industri
Kreatif.
DIMENSI AKTOR
• Penyediaan • Rasio komunitasa
suprastruktur • Umur komunitas
• Penyediaan • Produk
infrastruktur • Afiliasi
• Kelembagaan • Kegiatan (event)
• Sinergi antaraktor • Sinergi antaraktor
PEMERINTAH KOMUNITAS

BISNIS
(PELAKU AKADEMISI
BISNIS)

• Rasio pelaku bisnis • Akademisi


• Kontribusi ekonomi • Perguruan Tinggi
• Rasio perusahaan bisnis kreatif • Sinergi antaraktor
• Sinergi antaraktor
TAHAPAN PROSES
• Sumber daya manusia • Sumber daya manusia • Sumber daya manusia
• Pengetahuan • Bahan baku • Moda distribusi
• Inovasi • Standar dan sertifikasi, Pengendalian • Delivery Produk
• Teknologi • Teknologi dan manajemen • Teknologi
• Infrastruktur dan Keterampilan • Sarana dan Prasarana • Infrastruktur
• Pembiayaan • Pembiayaan • Pembiayaan
• Network • Network • Network
• Kemasan dan labelling • Pergudangan atau Penyimpanan

KREASI PRODUKSI DISTRIBUSI

• Konsumen • Sumber daya manusia


• Pengetahuan • Pengetahuan tentang konservasi
• Utilitas • Keberlanjutan kreasi/utilitas
• Teknologi • Teknologi dan Pengelolaan
• Infrastruktur dan Sarana • Insfrastrukur, Sarana dan Prasarana Media
• Pembiayaan • Pembiayaan
• Network • Network
• Pemasaran • Diseminasi sebagai cikal bakal (seed) inovasi

KONSUMSI KONSERVASI
DIMENSI DAYA UNGKIT
Forward linkage
• Infrastruktur
• Aktivitas/Program
• Linkage system
• Sistem distribusi
• Replikasi dan duplikasi
• Inovasi
• Nilai ekonomi
• Insentif (fasilitasi dan
• kemudahan berusaha)

Backward linkage
• Infrastruktur
• Aktivitas/Program
• Linkage system
• Sistem distribusi
• Replikasi dan duplikasi
• Inovasi
• Nilai ekonomi
• Insentif (fasilitasi dan kemudahan berusaha)
ASPEK PENDUKUNG EKONOMI KREATIF
Perkembangan Kelembagaan Ekonomi Kreatif
PENJABARAN SASARAN PERTUMBUHAN EKRAF
Peta Strategi Secara Makro
SASARAN STRATEGIS EKONOMI KREATIF
ARAH PENGEMBANGAN USAHA KREATIF
STRATEGI
DEPUTI EKONOMI KREATIF
• Kedeputian Riset, Edukasi, dan Pengembangan merancang
berbagai macam program yang menjadi prioritas utama dengan tiga
branding utama: (1) Coding Mum; (2) IKKON; dan (3) BISMA.
• Kedeputian AKSES PERMODALAN

•Kedeputian Infrastruktur

•Kedeputian Pemasaran
•Kedeputian Fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual Dan
Harmonisasi Regulasi
STATISTIK EKONOMI KREATIF DI
INDONESIA
STUDI KASUS
“INOVASI MODEL PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN
EKONOMI KREATIF PROVINSI BANTEN”
OUTLINE :
o Mendeskripsikan potensi ekonomi kreatif Provinsi
Banten terutama dari aspek ekspor produk-produk
ekonomi kreatif
o Meskripsi peluang dan tantangan ekonomi kreatif di
Banten
o Studi analisis model kebijakan inovasi
pengembangan ekonomi kreatif Provinsi Banten.
LATAR BELAKANG

Adanya permasalahan
PDRB Perkapita Provinsi
pembangunan di Provinsi
Banten masih berada di bawah
Banten diantaranya
rata-rata tingkat nasional.
pertumbuhan ekonomi yang
relatif konstan atau bahkan
cenderung rendah,
Permasalahan tingkat kemiskinan yang tinggi di Banten sebesar 5,75%
pada tahun 2015 dan 5,36% pada tahun 2016, kemudian dengan tingkat
pengangguran terbuka di Provinsi Banten pada tahun 2015 sebesar
9,55% dan pada tahun 2016 sebesar 8,92%
Selain itu penyebab belum
LATAR BELAKANG
berkembangnya potensi dan sumber daya
ekonomi kreatif di Provinsi Banten adalah
karena
 belum terbangunnya struktur industri Pengembangan
yang menopang pengembangan ekonomi kreatif
ekonomi kreatif menjadi salah
satu upaya
 belum tersedianya skema pembiayaan dalam
bagi pelaku industri ekonomi kreatif mendorong daya
 terbatasnya akses pemasaran ekonomi saing
kreatif perekonomian
 belum optimalnya support yang
kelembagaan ekonomi kreatif berkelanjutan.
(sinergitas pemerintah, komunitas
kreatif, dunia usaha dan akademisi)
Analisis Potensi Ekonomi Kreatif
Provinsi Banten berdasarkan Ekspor
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2015, kegiatan
ekonomi kreatif mencakup 16 subsektor, yaitu: arsitektur; desain interior; desain
komunikasi visual; desain produk; film, animasi dan video; fotografi; kriya; kuliner;
musik; fashion; aplikasi dan game developer; penerbitan; periklanan; televisi dan radio;
seni pertunjukan; dan seni rupa. .
a. ) Nilai FOB, Peranan dan perubahan Ekspor Ekonomi Kreatif
menurut Provinsi Asal (2012-2015).
Data ekspor ekonomi kreatif dibandingan dengan provinsi lain bertujuan untuk
menilai sejauhmana Provinsi Banten dapat berkompetisi dengan Provinsi lain di
Indonesia.
b) Nilai FOB Ekspor Ekonomi Kreatif Subsektor Kriya menurut Provinsi
Asal (2010-2015)

c) Nilai FOB Ekspor Ekonomi Kreatif Subsektor Kuliner menurut Provinsi


asal (2010-2015)
d) Nilai FOB Ekspor Ekonomi Kreatif Subsektor Fashion menurut
Provinsi asal (2010-2015)

d) Nilai FOB Ekspor Ekonomi Kreatif Subsektor Penerbitan menurut


Provinsi asal (2010-2015)
e) Persentase Ekonomi Kreatif Provinsi Banten berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin laki-laki adalah faktor terbesar penyumblebih


banyak melakukan aktivitas pada sektor ekonomi di Bnanten
sedangakan kesempatan bagi perempuan untuk
mendapatkan akses pada ekonomi kreatif belum merata

f) Persentase Usaha Ekonomi Kreatif berdasarkan Status Badan Usaha, 2016


g) Persentase Usaha Ekonomi Kreatif berdasarkan Status
Penanaman Modal

h) Persentase ekonomi kreatif berdasarkan Sumber


dana
Peluang dan Tantangan Ekonomi
Kreatif Provinsi Banten
PELUANG EKONOMI KREATIF PROV.BANTEN

• Perkembangan ekonomi Kreatif Provinsi Banten cukup menjanjikan yang


mana peran ekraf terhadap ekspor sebesar 15,66% (ketiga seluruh
Indonesia)
• Banten sebagai pintu gerbang pulau Jawa dan Sumatera serta berbatasan
langsung dengan Ibukota Negara RI dapat menjadi pendorong
pengembangan ekonomi kreatif.
• Potensi sumberdaya manusia pendukung pengembangan ekonomi kreatif
• Tersedianya fasilitas website pemerintah Provinsi Banten dan web resmi
sebagai wadah promosi potensi ekonomi kreatif Provinsi Banten
• Terdapat beberapa perguruan tinggi yang dapat mendukung bagi
pengembangan produk Ilmu Pengetahuan teknologi kreatif di Provinsi
Banten
• Adanya event atau kegiatan masyarakat yang dapat menjadi media atau
forum bagi pengembangan ekonomi kreatif
• Terdapat beberapa sarana, jalur jalan dan gedung pertemuan umum yang
dapat dioptimalkan fungsinya menjadi pusat aktivitas ekonomi kreatif
TANTANGAN EKONOMI KREATIF PROVINSI BANTEN

 Belum optimalnya fasilitasi dan kesadaran tentang Hak Kekayaan


Intelektual (HAKI) terhadap produk Asli Provinsi Banten.
 Masih minimnya program dan kegiatan pemerintah daerah yang
memfasilitasi penguatan sumberdaya kreatif
 Belum optimalnya pengembangan sentra dan cluster industri kreatif
Provinsi Banten
 Belum termanfaatkannya arena, gedung kesenian atau art centre yang
representatif dan dapat menjadi pusat aktivitas dan kegiatan
pengembangan ekonomi kreatif di Provinsi Banten
Bring the attention of your audience
 Masuknya produk-produk kreatif
over a key berharga
concept murah
using iconsdari
or luar negeri
(Jepang, China, Korea dan Taiwan)
illustrations
 Masuknya produk kerajinan dan fesyen sejenis dari daerah lain dengan
kualitas yang lebih baik
 Masuknya produk-produk yang memperoleh dukungan perusahaan
multi nasional (multinational corporation), seperti Mc Donald, Giant,
Carefour, dan lain-lain.
Inovasi Model Kebijakan
Pengembangan Ekonomi Kreatif

Inovasi modal
kebijakan
ekonomi kreatif
di Banten adalah
jejaring kebijakan
dengan
menekankan
pada sinergitas
stakeholder.

Anda mungkin juga menyukai