Anda di halaman 1dari 23

Vaksinasi

Wawan Hermawan S
RSUD Gunung Jati
Cirebon
Pendahuluan
• Imunisasi  intervensi kesehatan yang sangat
efektif dalam upaya menurunkan angka kematian
bayi dan balita.
• Istilah vaksinasi dan imunisasi seringkali diartikan
sama. Imunisasi = transfer antibodi secara pasif,
vaksinasi= pemberian vaksin/antigen yang
merangsang pembentukan imunitas/ antibodi
(aktif).
• Katz (1999): vaksinasi adalah sumbangan ilmu
pengetahuan terbaik yang pernah diberikan para
ilmuwan didunia.
Pendahuluan
• Edward Yenner (1798): dengan cara vaksinasi
dapat mencegah penyakit cacar.
• Tahun 1972 : Indonesia bebas cacar
• Penurunan penyakit menular secara mencolok
di Indonesia (difteri, pertusis, tetanus, campak
dan polio) pada tahun 1985.
Aspek Imunologi Imunisasi
• Imunisasi/Vaksinasi= cara meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen sehingga bila ia terpajan antigen yang
serupa ,tidak terjadi penyakit.
• Tujuan Imunisasi:
1. Mencegah terjadinya penyakit pada individu
2. Menghilangkan penyakit tertentu pada
sekelompok masyarakat /populasi
3. Menghilangkan penyakit tertentu dari dunia
(seperti cacar variola)
Aspek Imunologi Imunisasi
• Respon Imun= respon tubuh berupa urutan kejadian
yang kompleks terhadap antigen (Ag), untuk
mengeliminasi antigen tersebut.
• Dikenal 2 macam pertahanan tubuh:
1. Nonspesifik/komponen non adaptif/innate: tidak
ditujukan hanya untuk 1 macam Ag tapi untuk berbagai
macam Ag.
2. Spesifik/komponen adaptif: khusus untuk 1 macam
Ag, terbentuk antibodi (Ab) lebih cepat dan lebih
banyak pada pemberian Ag berikutnya disebabkan
terbentuknya sel memori pada pengenalan Ag pertama
kali.
• Respon Imiun ada 2 fase:
1. Fase pengenalan: diperankan oleh APC (Ag presenting cell),
sel limfosit B dan Limfosit T
2. Fase efektor: diperankan Ab , dan limfosit T efektor.

Bila pertahanan non spesifik tidak dapat mengatasi invasi


mikroorganisme imunitas spesifik terangsang.
Mikroorganisme pertama kali dikenali oleh sistem imun akan
dipresentasikan oleh sel makrofag (APC) pada sel T untuk Ag
TD (T dependent), sedangkan TI (T Independent) akan
langsung diproses oleh sel B.
Pertahanan spesifik terdiri dari imunitas seluler dan imunitas
humoral. Imunitas humoral menghasilkan antibodi (Ab).
Semua Ab adalah protein dengan struktur yang sama
disebut Imunoglobuli (Ig), dapat dipindahkan secara pasif
dengan penyuntikan serum.
Imunitas seluler hanya dapat dipindahkan melalui sel.
Keberhasilan Imunisasi
• Tergantung beberapa faktor:
1. Status imun pejamu
2. Faktor genetik pejamu
3. Kualitas dan kuantitas vaksin

1. Status imun pejamu:


Terjadinya Ab spesifik pada pejamu terhadap vaksin yang diberikan akan
mempengaruhi keberhasilan vaksinasi.
Contoh: janin mendapat Ab maternal spesifik terhadap virus campak, bila
vaksinasi campak diberikan pada saat kadar Ab spesifik campak masih
tinggi akan memberikan hasil yang kurang memuaskan
Individu yang mendapat obat imunosupresan, menderita defisiensi imun
kongenital, penyakit keganasan akan pengaruhi keberhasilan vaksinasi.
Keberhasilan Imunisasi
2. Faktor genetik pejamu:
Interaksi antara sel-sel imun dipengaruhi oleh
variabilitas genetik. Secara genetik respons
imun manusia dibagi:
- Resonder baik, cukup dan rendah terhadap
Ag tertentu, tetapi terhadap Ag lain dapat
lebih tinggi  keberhasilan vaksinasi tidak
100%
Keberhasilan Imunisasi
3. Kualitas dan kuantitas vaksin.
Vaksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang
diubah sedemikian rupa sehingga patogenisitas atau
toksisitasnya hilang tapi masih tetap mengandung sifat
antigenisitas.
Beberapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin:
-cara pemberian vaksin
-dosis
-frekuensi pemberian
-ajuvan yang digunakan
-jenis vaksin
Jenis vaksin
1.Vaksin hidup Attenuated (dilemahkan):
- Virus hidup: campak, gondongan (parotitis)
rubela, polio, demam kuning
(yellow fever)
- Bakteri hidup: BCG dan demam tifoid oral
2. Vaksin inactivated: membiakkan bakteri atau virus
dalam media pembiakkan kemudian dibuat tidak aktif
dengan penanaman bahan kimia (biasanya formalin).
Virus inactivated: Vaksin influenza, polio injeksi, rabies,
hepatitis A.
Bakteri inactivated: pertusis, tifoid, kolera, lepra
Vaksin fraksional yang masuk sub-unit:
hepatitis B, influenza, pertusis a-seluler, tifoid
Vi, Lyme disease
Toksoid : difteri, tetanus, botulinum
Polisakharida murni: pneumokokus,,
meningokokus, Haemophillus influenzae tipe B
Gabungan polisakharida: Haemophilus
influenzae tipe B dan pneumokokus
Rantai vaksin
Rantai vaksin: rangkaian proses penyimpanan
dan transportasi vaksin dengan menggunakan
berbagai peralatan sesuai prosedur untuk
menjamin kualitas vaksin sejak dari pabrik
sampai diberikan kepada pasien.
Suhu optimum untuk vaksin hidup: +2° s/d 8°C.
>8°C vaksin hidup akan cepat mati, vaksin polio
bertahan 2 hari, vaksin BCG dan campak
belum dilarutkan mati dalam 7 hari
Lanjutan rantai vaksin
Vaksin hidup potensinya tetap baik pada
suhu<2°C s/d beku. Vaksin oral polio belum
dibuka bertahan lama (2 tahun) pada suhu -25
s/d -15°C, namun hanya bertahan 6 bulan
pada suhu +2 s/d +8°C.
Vaksin BCG dan campak berbeda, walau
disimpan pada suhu -25 s/d -15°C umur vaksin
tidak lebih lama dari suhu +2 s/d+8°C. BCG
tetap 1 tahun dan campak tetap 2 tahun.
Lanjutan Rantai vaksin
Suhu optimum untuk vaksin mati:
Sebaiknya disimpan pada suhu +2 s/d +8°C,
dibawah +2°C vaksin mati cepat rusak. Bila beku
dalam suhu-0,5°C vaksin hepatitis B dan DPT-
hepatitis B (combo) rusak dalam ½ jam, tetapi
dalam suhu>8°C vaksin hepatitis B bertahan
sampai 30 hari, DPT-hepatitis B sampai 14 hari.
Dibekukan dalam suhu -5 s/d-10°C vaksin DPT, DT,
TT rusak dalam , tapi bisa bertahan sampai 14
hari pada suhu>+8°C.
Program Pengembangan Imunisasi
(PPI)
• Program imunisasi nasional dikenal sebagai PPI atau
expanded programe on immunisation (EPI)
dilaksanakan di Indonesia sejak 1977.
• Program PPI  mencapai komitmen internasional yaitu
Universal child imunisation (UCI) pada akhir tahun
1982. Program UCI secara nasional dicapai pada tahun
1990, yaitu cakupan DPT3, polio3 dan campak minimal
80% sebelum umur 1 tahun, sedangkan cakupan DTP1,
polio1 dan BCG minimal 90%.
• Yang termasuk PPI: BCG, Polio, DTP, Campak dan
hepatitis B.
• Tujuan akhir PPI:
1. Eradikasi polio (ERAPO)
2. Eliminasi tetanus maternal dan neonatal
(MNTE)
3. Reduksi campak (RECAM)
4. Peningkatan mutu pelayanan imunisasi
5. Menetapkan standar pemberian suntikan
yang aman
6. keamana pengelolaan limbah tajam
Jadwal Imunisasi
• 1. BCG
Diberikan sebelum 3 bulan, untuk supaya
cakupan > luas Depkes menganjurkan
pemberian imunisasi BCG 0-12 bulan.
Dosis 0,05 ml (<1tahun), dan 0,1 ml (>1 th)
Diberikan secara intrakutan pada insertio
M. deltoideus (anjuran WHO), tidak di
bokong atau paha.
Imunisasi ulangan BCG tidak dianjurkan.
BCG tidak dapat mencegah infeksi TBC tapi dapat
mencegah komplikasinya.
Jadwal Imunisasi
2. Hepatitis B
Diberikan sedini mungkin (12 jam setelah lahir)
 sangat efektif memutuskan rantai penular-
an melalui transmisi dari ibu ke bayi.
Hep.B ke 2 diberikan 1 bulan (4 minggu) dari
Hep.B1 untuk dapat respon imun optimal
Hep.B3 minimal 2 bulan dari Hep.B2, terbaik
5 bulan.
Lanjutan
Depkes mulai 2005 memberikan vaksin combo
DPT+Hep.B pada umur 2,3 dan 4 bulan untk
mempermudah pemberian dan meningkatkan
cakupan hep.B3 yang masih rendah.
Pemberian vaksin hep.B saat lahir dibuat
berdasarkan status HbsAg ibu:
- HbsAg (+)
- HbsAg tidak diketahui
- HBsAg (-)
Lanjutan
Ibu HBsAg (+): Hep.B 0,5 ml Im + HBIg 0,5 ml IM
secara bersamaan (12 jam sete-
lah lahir)
HBsAG tidak diketahui: Hep.B 0,5 ml IM 
umur 1 bln kemudian
umur 3-6 bln.
Bila dalam perjalanan status HBsAG (+) berikan
HBIg 0,5 ml IM sebelum 7 hari.
HBsAg (-): Hep.B 0,5 ml IM (dalam 12 jam)
umur 1 bln umur 3-6 bln.
Jadwal Imunisasi
Vaksin DTwP (DPT whole cell pertusis) dan DTaP
(acellular pertusis) :
Kedua vaksisn dapat dipergunakan secara bersamaan.
Depkes : usia 2,3 dan 4 bulan (combo dengan
Hep.B).
IDAI : mulai usia 2 bulan  interval 4-8 minggu
untuk yang ke 2 dan ke 3. Imunisasi ulang
(ke 4) satu tahun dari imunisasi ke 3, lalu
usia 5 tahun dan usia 10-12 tahun.
Dosis 0,5 ml diberikan IM di paha 1/3 atas anterolateral
Polio
Terdapat2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio 1,2 dan 3.:
OPV (oral polio vaccine): tetes, oral
IPV (inactivated polio vaccine): inaktif, suntik
Jadwal:
Polio-0 saat bayi lahir (berikan saat bayi mau pulang.
Untuk imunisasi dasar selanjtnya usia2,3 dan 4
bulan (bersamaan dengan DPT), untuk jadwal IDAI polio diberikan
bersamaan dengan DPT.
Imunisasi ulangan 1 tahun sejak imunisasi ke 4, dan usia 5-6 tahun.
Dosis oral 2 tetes.
Untuk IPV dalam kemasan 0,5 ml IM atau dalam kombinasi dengan
DTaP/HIB/IPV)
Campak
Diberikan satu dosis 0,5 ml subkutan dalam pada
umur 9 bulan.
Hasil survey: 4 provinsi, 18,6-32,6 anak sekolah
mempunyai kadar campak dibawah batas per-
lindungan, dijumpai kasus campak pada anak usia
sekolah dan beberapa provinsi melaporkan
KLB Depkes merubah strategi disamping usia 9
bln diberikan juga kesempatan ke2 pada 6-59
bulan dan SD kelas 1-6

Anda mungkin juga menyukai