DAN
INDUSTRI
SEKTOR PERTANIAN
Tanaman pangan
Perkebunan
Kehutanan
Peternakan
Perikanan
Sumber data didapat dari :
BPS
Departemen Pertanian
Departemen Kehutanan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN
Beberapa masalah dalam produksi palawija :
Rendahnya tingkat penggunaan lahan.
Rendahnya produktivitas lahan.
Benih atau bibit masih bersifat lokal.
Pengelolaan yang masih tradisional.
Tingginya tingkat susutan pasca panen.
Produksi tanaman pangan dapat ditingkatkan melalui :
Perluasan areal (ekstensifikasi).
Peningkatan produktivitas (intensifikasi).
Perburuan
Hutan berdasarkan tata guna :
Hutan lindung.
Suaka alam dan hutan wisata.
Hutan produksi terbatas.
Hutan produksi tetap.
Hutan produksi yang dapat dikonversi.
SUB SEKTOR PETERNAKAN
Meliputi :
BPS dalam melakukan perhitungan produksi pada sektor ini didasarkan pada :
Data pemotongan.
Selisih stok atau perubahan populasi.
Ekspor netto.
Karakteristik peternakan rakyat :
Skala usaha kecil dan modal terbatas.
Tekonologi sederhana dan pengelolaan tradisional.
Padat karya dan berbasis keluarga serumah.
Produktivitas dan mutu produk rendah serta tidak baku.
Usaha peningkatan produksi dilakukan dengan :
Intensifikasi.
Ekstensifikasi
Diversifikasi
Perbaikan mutu
Secara umum keberhasilan pembangunan ini dapat dilihat dari :
Meningkatnya populasi dan produksi ternak serta hasil-hasil ternak.
Pemenuhan gizi hewani yang semakin baik bagi masyarakat.
Bertambahnya kontribusi pendapatan sub sektor peternakan dalam pendapatan sektor
pertanian.
Program dan pola dalam mengindustrikan usaha peternakan rakyat dengan perusahaan
peternakan besar dilakukan dengan jalan :
1. PIR Sapi Potong
PIR Pengggemukan
PIR Pakan
PIR Sapi Bakalan
PIR Saham
2. Sapi Perah
Pola Koperasi
Pola PIR
Pola Gaduhan
3. Ayam Ras
KINAK (Kawasan Industri Peternakan) ayam ras dikembangkan dengan mengaitkan industri
hulu dengan industri hilir dalam bisnis ayam ras.
Industri hulu ayam ras :
Sisi penawaran
2. Pada negara agraris (seperti Indonesia),
pertanian berperan sebagai sumber penting bagi
pertumbuhan permintaan domestic bagi produk-
produk dari sector ekonomi lainnya. Kuznets
menyebutnya sebagai kontribusi pasar.
3. Sebagai suatu sumber modal untuk investasi
pada sector-sektor ekonomi lainnya. Selain itu
menurut teori penawaran tenaga kerja (L) tak
terbatas dari Arthur Lewis, dan dalam proses
pembangunan ekonomi, terjadi transfer surplus
tenaga kerja dari pertanian (pedesaan) ke
industri dan sector-sektor perkotaan lainnya.
Kuznets menyebutnya sebagai kontribusi factor-
faktor produksi.
4. Sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (sumber devisa),
melalui ekspor hasil-hasil pertanian atau pun dengan peningkatan produksi
pertanian dalam negeri menggantikan impor (substitusi impor). Kuznets
menyebutnya sebagai kontribusi devisa.
Perkembangan sektor pertanian di negara lain ditempuh melalui tiga kemungkinan pola atau
jalur yaitu :
Jalur kapitalistik
Jalur sosialistik
Syarat pelancar.
KEBIJAKSANAAN PERTANIAN
DI INDONEESIA
BIMAS dan INMAS
KEBIJAKSANAAN KREDIT PERTANIAN
KEBIJAKSANAAN HARGA DASAR dan HARGA TERTINGGI
SEKTOR INDUSTRI
Argumentasi Industrialisasi.
a. Argumentasi Keunggulan Komparatif (comparative advantage).
Argumentasi Keterkaitan Industrial (industrial linkage).
Argumentasi Penciptaan Kesempatan Kerja (employment creation).
Argumentasi Loncatan Teknologi (technology jump).
STRATEGI INDUSTRIALISASI
Pola substitusi impor (import substitution).
Herfindahl Index.
DAYA SAING KOMODITAS
INDUSTRI
DI PASAR DUNIA
Constant Market Shares (CMS).