Anda di halaman 1dari 133

 Trauma mayor yang sangat umum

 4 juta kasus/tahun
› Cedera kepala berat merupakan
penyebab kematian yang paling
sering dari seluruh kematian karena
trauma.
 Kelompok risiko tinggi:
› Laki-laki usia 15-24 tahun
› Bayi/balita
› Anak-anak
› Lanjut usia
Volume Intracranial
• Otak
• LCS
• Pembuluh Darah
 Dilatasi karena
peningkatan pCO2
 Vasokonstriksi akibat
penurunan pCO2
 Sedikit Efek
terhadap volume
 Volume intrakranial tetap
 80% = Cerebrum, cerebellum &
brainstem
 12% = Darah dan pembuluh darah
 8% = LCS
› Peningkatan salah satu komponen
akan menurunkan komponen lain
 Ketidakmampuan menyesuaikan
 meningkatkan TIK
 Kompensasi terhadap tekanan
› Kompresi pembuluh darah vena
› Pengurangan CSF
› Kompresi ke arah Medulla spinalis.
 Dekompensasi terhadap tekanan
› Peningkatan tekanan intrakranial
› Peningkatan tekanan darah sistemik untuk
perfusi otak
  selanjutnya akan meningkatkan ICP
ICP BP
 Konstriksi pembuluh darah
 Edema Cerebri
 Tekanan darah Sistolik
› Low BP = Poor Cerebral Perfusion
› High BP = Increased ICP
 Karbon Dioksida
 Penurunan efisiensi respirasi
 Peran Karbon Dioksida
› Peningkatan kadar CO2 dalam
LCS
 Vasodilatasi Cerebral
 Meningkatkan aliran
darah
 Menurunkan hypercarbia
 Menurunkan hypoxia
› Berperan dalam  ICP
› Penurunan kadar CO2 dalam
LCS
 Vasokonstriksi Cerebral
  cerebral anoxia
 Peningkatan Tekanan
› Kompresi jaringan otak
› Herniasi batang otak
 Mempengaruhi aliran darah
 Tanda & Gejala
 Batang otak atas
 Muntah
 Perubahan status mental
 Dilatasi Pupil
 Medulla Oblongata
 Respirasi
 Kardiovaskular
 Gangguan tekanan darah
 Kompresi Batang otak atas
› Peningkatan tekanan darah
› Reflex bradycardia
 Stimulasi n. Vagus
› Respirations Cheyne-Stokes
› Pupil mengecil dan reaktif
› Kaku Decortikasi
 Gangguan lintasan Neural
 Kompresi Batang otak tengah
› Pelebaran tekanan nadi
› Peningkatan bradycardia
› Hiperventilasi SSP
 Cepat dan dalam
› Perlambatan refleks pupil bilateral atau
inaktif
› Kaku Decerebrasi
 Batang otak bagian bawah
› Pupil dilatasi dan tidak reaktif
› Respirasi Ataxic
 Erratic with no pattern
› Nadi Iregular dan erratic
› Perubahan EKG
› Hipotensi
› Hilangnya respon terhadap stimulus nyeri
 Physiological Issues
› Indikasi tekanan “on”
 CN-III (Oculomotor Nerve)
 Tekanan menyebabkan pupil melambat
lalu berdilatasi dan akhirnya terfiksasi
› Penurunan aliran darah perifer
 Ukuran Pupil & Reaktifitas
› Penurunan respon Pupil
 Obat Depressant atau hipoksia Cerebri
› Terfiksasi & berdilatasi
 Hypoxia Extreme
Penilaian Awal
Pemeriksaan Trauma secara cepat

Hindari agitasi pasien, straining


• Meningkatkan ICP

Airway
• Muntah sangat sering dalam jam pertama
• Intubasi Endotracheal
 TIME IS CRITICAL
› Perdarahan Intracranial
› Edema yang Progresif
 Peningkatan ICP
 Hypoxia Cerebral
 Kerusakan Permanen

 Derajat Keparahan sulit dikenali


› Gejala yang tidak jelas
› Perbaikan differential diagnosis
 Perbaikan survival
 Mekanisme Trauma
› Trauma Tumpul/Blunt Injury
 Tabrakan sepeda motor
 Kekerasan/Assaults
 Jatuh/Falls
› Trauma Tembus/Penetrating Injury
 Luka tembak
 Luka tusuk
 Ledakan
 Cedera kepala/Head Injury
 Cranial Injury
 CederaOtak/Brain Injury
Terbuka
• Skull compromised
and brain exposed

Tertutup
• Skull not compromised
and brain not exposed

Head Trauma - 18
 Kontusio
 Lacerasi
 Avulsi
 Perdarahan

Selalu pertimbangkan MOI untuk cedera


berat yang mendasari
Luka Kulit Kepala/Scalp
wound
• Kaya vascularisasi, perdarahan
sangat cepat
 Shock: pada anak-anak (+)
 Shock: Pada dewasa oleh sebab
lain.

• Tatalaksana
 Unstable fracture (-):
penekanan langsung, dressings
 Unstable fracture (+):
dressings, hindari penekanan
langsung
Fraktur tengkorak/ Skull Fracture
• Linear nondisplaced
• Depressed
• Compound
Suspect fracture
• Kontusi Luas atau pembengkakan yang
nyata/darkened swelling
Tatalaksana
• Dressing, hindari penekanan yang berlebihan
 Trauma harus benar-benar extreme  fraktur
› Linear
› Depressed
› Open
› Impaled Object
 Basal Skull/basis
cranii
› Tidak
terlindungi
› Ruangan2 yang
memperlemah
struktur
› Relatif lebih
mudah
mengalami
fraktur
 Tanda fraktur basis cranii
› Battle’s Signs
 Retroauricular
Ecchymosis
 Berhubungan dengan
fraktur canalis
auditory dan again
bawah tengkorak
› Raccoon Eyes
 Ecchymosis Periorbital
Bilateral
 Berhubungan dengan
fraktur orbital
Battle’s sign Raccoon eyes
 Fraktur basis cranii
› Robekan dura:
 Kebocoran LCS
lewat jalan luar
 Secara langsung
dapat menaikkan
ICP
 Evaluasi:
“Target” atau
“Halo” sign
Trauma Penetrasi

Bullet fragments
Head Trauma - 27
 Definisi: “the National Head
Injury Foundation”
› “Trauma/jejas yang
mengenai otak yang dapat
menyebabkan perubahan
fisik, intelektual, emosional,
sosial dan pekerjaan”.
Respons terhadap injury
• Pembengkakan otak:
 Vasodilatasi dengan peningkatan volume darah
 Peningkatan ICP

• Penurunan aliran darah ke otak:


 Penurunan Perfusion
 Ischemia Cerebral (hypoxia)

Head Trauma - 29
 Perubahan Status
Mental Muntah
› Perubahan orientasi Tanpa rasa mual
› Perubahan Projectile
kepribadian
› Amnesia Perubahan suhu badan
 Retrograde Perubahan respon pupil
 Antegrade Kaku Decortikasi
 Cushing’s Reflex
› Peningkatan BP
› Bradycardia
› Erratic respirasi
 Pathophysiology of Changes
› Cedera Lobus Frontal
 Perubahan Kepribadian
› Cedera Lobus Occipital
 Gangguan Penglihatan
› Gangguan Cortical
 Penurunan status Mental/Amnesia
 Retrograde
 Ketidakmampuan mengingat kejadian sebelum injury
 Antegrade
 Ketidakmampuan mengingat kejadian setelah trauma
 “Repetitive Questioning”
› Deficits Focal
 Hemiplegia, Kelemahan atau Kejang
Klasifikasi
 Langsung/Direct
 Cedera primer disebabkan oleh daya
dari trauma
 Tidak Langsung/Indirect
 Cedera Sekunder disebabkan oleh
faktor-faktor akibat dari cedera
primer.
Cedera Otak langsung
• Kerusakan langsung
disebabkan oleh daya cedera
• Coup and contracoup
• Tergantung waktu

Management
• Ditujukan untuk
pencegahan

Head Trauma - 33
 Coup
› Cedera langsung
di tempat
benturan
 Contrecoup
› Cedera di sisi
berlawanan
dari benturan.
Cedera Otak Tidak
Langsung/Indirect brain
injury
• Akibat dari hipoksia atau
penurunan perfusi
• Respon terhadap cedera
primer
• Terjadi setelah beberapa
jam
Management
• Penanganan prehospital
yang baik menurunkan
komplikasi.
Head Trauma - 35
 Fokal
› Terjadi di tempat yang spesifik di otak
› Differentials
 Contusi Cerebral
 Perdarahan Intracranial
 Epidural hematoma
 Subdural hematoma
 Perdarahan Intracerebral
 Diffuse
› Konkusi
› Diffuse Axonal Injury (DAI) Moderate
› Diffuse Axonal Injury (DAI) Severe
 Kontusi Cerebri
› Trauma tumpul terhadap jar. Otak lokal
› Perdarahan kapiler ke dalam jar. otak
› Penyerta umum trauma tumpul kepala:
 Konfusi
 Defisit Neurologis
 Perubahan kepribadian
 Perubahan penglihatan
 Perubahan bicaras
› Akibat dari:
 Trauma Coup-contrecoup.
Kontusi Cerebri
• Memar jar. otak
 Udem dapat terjadi secara cepat
dan berat
• Derajat kesadaran
 Koma yang lama,
Bingung yang nyata atau amnesia
Gejala yang berhubungan:
 Tanda neurologis fokal
 Dapat terjadi perubahan
kepribadian.
Head Trauma - 38
 Perdarahan Epidural
› Perdarahan antara dura
mater and tengkorak
› Melibatkan arteri:
 Arteri meningea media
paling sering
 Perdarahan cepat dan
penurunan oksigen ke
jaringan.
› Herniasi otak lewat
foramen magnum
Hematoma epidural Akut
• Perdarahan Arteri
 Frakture tulang Temporal
 Onset: menit - jam
• Derajat kesadaran
 Fase awal: hilang kesadaran
 Diikuti “Lucid interval”
• Gejala yang berhubungan
 pupil ipsilateral berdilatasi dan terfiksasi, Tanda
kenaikan TIK, Tidak sadar, paralisis kontralateral,
kematian

Head Trauma - 40
 Subdural Hematoma
› Perdarahan antara
meninges
 Di bawah dura mater & di
dalam ruang subarachnoid
 Di atas pia mater
› Perdarahan lambat
 Sinus sagitalis Superior
› Gejala berkembang dalam
beberapa hari
 Penurunana kesadaran
lambat
Subdural Hematoma Acute
• Perdarahan Vena
 Onset: jam - hari
• Derajat kesadaran
 Berfluktuasi
• Gejala yang berhubungan:
 Nyeri kepala
 Gejala neurologi fokal
• Risiko tinggi
 Alcoholisme, Lansia, pemakai
anticoagulants
Head Trauma - 42
Perdarahan Intracerebral
• Arteri atau vena
 Pembedahan sering tidak
membantu
• Derajat kesadaran
 Sering berubah
• Gejala yang berhubungan
 Bervariasi sesuai regio dan derajatnya
 Gejala mirip stroke
 Sakit kepala dan muntah
 Perdarahan Intracerebral
› Rupture pembuluh darah ke dalam
jaringan otak
› Gejala: sama dengan gejala stroke
› Symptoms dan signs memburuk
sepanjang waktu
 Terjadi karena daya peregangan
langsung terhadap sel-sel saraf itu
sendiri
 Pathologinya terdistribusi ke dalam
jaringan otak
 Type:
› Konkusi
› Diffuse Axonal Injury Moderate
› Diffuse Axonal Injury Severe
 Bentuk ringan dan sedang dari Diffuse Axonal
Injury (DAI)
› Disfungsi saraf tanpa kerusakan anatomi
 Episode sementara (Transient episode) dari:
› Confusi, Disorientasi, Event amnesia
 Dicurigai apabila pasien dengan riwayat pingsan
sesaat.
 Managemen
› Penilaian status mental beruang-ulang.
› ABC’s
Konkusi
• Tidak ada kerusakan struktur otak.
• Derajat kesadaran:
 Bervariasi dari tidak sadar atau konfusi.
 Diikuti dengan kembali normalnya kesadaran.
• Retrograde short-term amnesia
 May repeat questions over and over
• Gejala yang berhubungan
 Dizziness, nyeri kepala, telinga berdenging, dan
atau mual.

Head Trauma - 47
 “Konkusi Klasik”
 Mekanisme sama dengan konkusi
› Additional: Minute bruising of brain tissue
 Tidak sadar
 Dapat disertai fraktur basis cranii
 Signs & Symptoms
› Tidak sadar atau konfusi yang menetap.
› Kehilangan konsentrasi, disorientasi
› Retrograde & Antegrade amnesia
› Gangguan visual dan sensorik
› Perubahan Mood atau kepribadian.
Diffuse axonal injury
• Cedera Diffuse
 Generalized edema
 Tidak ada lesi struktur
 Paling sering dari trauma
tumpul kepala yang berat.
 Gejala yang berhubungan:
 Tidak sadar
 Tidak ada defisit fokal.

Head Trauma - 49
 Cedera batang otak
 Cedera mekanik yang merusak sel saraf.
› Hemispheres Cerebral dan brainstem
 Angka kematian tinggi
 Signs & Symptoms
› Koma yang lama
› Cushing’s reflex
› Kaku Decortikasi atau decerebrasi.
Decreased level of consciousness
is an early indicator of
brain injury or rising ICP.
“Penurunan Derajat Kesadaran
adalah Indikator Awal Cedera Otak
atau Kenaikan Tekanan
Intrakranial”

Head Trauma - 51
1. CEDERA KEPALA RINGAN
• Amnesia, kehilangan kesadaran
singkat, < 5 menit.
• Gangguan kewaspadaan atau
gangguan memori.
• Post Concussion Syndrome
• GCS 14-15
2. CEDERA KEPALA SEDANG
• Kehilangan kesadaran ≥ 5 menit.
• Didapatkan defisit neurologis
fokal.
• Cedera Kepala Ringan dengan
gambaran lesi
intrakranial/intraserebral pada
pemeriksaan imaging.
• GCS 9-13
3. CEDERA KEPALA BERAT
• GCS ≤ 8
*Decorticate posturing to pain
**Decerebrate posturing to pain
Head Trauma - 55
Kedua pupil berdilatasi Anisocoria
 Nonreactive: batang otak
 Reactive: sering reversible

Berdilatasi di satu sisi


 Reactive: Kenaikan ICP
Kelopak mata turun
 Nonreactive (altered LOC):
• Lambat: lesi n.III peningkatan ICP
• Fluttering: sering o.k hysteria
 Nonreactive (normal LOC):
bukan dari cedera kepala
Head Trauma - 56
Decortikasi
• Tangan flexi
dan kaki extensi

Decerebrasi
• Tangan extensi
and kaki extensi

Head Trauma - 57
Vital Sign Perubahan ~ peningkatan ICP
Respirasi Meningkat, Menurun, irregular
Pulsus Menurun
Tekanan Meningkat, Tekanan nadi
Darah melebar
Cushing’s response
• Kenaikan ICP , TD systolic meningkat
• Peningkatan TD BP, Nadi melambat

Head Trauma - 58
Early efforts
to maintain brain perfusion
can be life-saving.

Head Trauma - 59
Hypoxia
• Penurunan perfusi menyebabkan iskemia
cerebral
• Hyperventilation meningkatkan hypoxia lebih
significant daripada menurunkan ICP

Assist ventilation
• High-flow oxygen
• Ambil nafas setiap 6–8 detik
• SpO2 >95%
• Pertahankan EtCO2 at 35 mmHg
Head Trauma - 60
Hypotension
• Single instance increases mortality
 Adult (systolic <90 mmHg) 150%
 Child (systolic < age appropriate) worse

Fluid administration for traumatic brain injury,


GCS <9
• Titrate to 110–120 mmHg systolic
with or without penetrating hemorrhage
to maintain CPP
Head Trauma - 61
Sindrome herniasi Cerebri
• Otak terdorong ke bawah
 Obstruksi aliran CSF, penekanan batang otak
• Derajat kesadaran
 Menurun, berkembang cepat ke arah koma
• Gejala yang berhubungan
 Dilatasi pupil ipsilateral, berdeviasi ke arah lateral
bawah
 Paralisis kontralateral atau kaku decerebrasi
 Henti nafas, meninggal

Head Trauma - 62
Sindrome herniasi Cerebri
• Herniasi lebih berbahaya dari hipoxia

Indikasi hiperventilasi
• TBI GCS < 9 dengan kaku decerebrasi
• TBI GCS < 9 dengan pupil berdilatasi atau
non-reaktif
• TBI initial GCS < 9 kemudian menurun > 2
point

Bila gejala membaik hentikan hiperventilasi.


Head Trauma - 63
Klp. Usia Laju Normal Hyperventilasi

Dewasa 8–10 per menit 20 per menit

Anak-anak 15 per menit 25 per menit


Bayi 20 per menit 30 per menit

Capnography
• Pertahankan EtCO2 <30 mmHg, namun >25
mmHg
Head Trauma - 64
Cairan Hipertonick untuk menarik air dari
otak yang bengkak
› 5 cc/kg 3,3% saline
› Perhatikan kemasan
C5

T12

68
Saraf Spinal: 31 pasang:
 8 cervical
 12 thoracal
 5 lumbal
 5 sacral
 1 coccygeal
1) Columna Posterior:

 Sentuhan halus
 Tekanan ringan
 Proprioseptik
2) Traktus korticospinalis Lateralis:
 Gerakan voluntar terlatih

3) Traktus spinothalamikus Lateralis:


 Sensasi Nyeri dan Suhu
 Traktus kortikospinalis
lateralis dan kolumna
posterior menyilang di medulla
oblongata

 TraktusSpinothalamikus
menyilang di medulla spinalis
dan naik di sisi yang
berlawanan.
 Daerah kulit diinervasi oleh akson
sensorik segmen radiks saraf
tertentu
 Dasar inervasi itu penting untuk
menentukan level cedera
 Berguna untuk menilai perbaikan
atau perburukan.
Downloaded from: Rosen's Emergency Medicine (on 29 April 2009 06:34 PM)
© 2007 Elsevier
Downloaded from: Rosen's Emergency Medicine (on 29 April 2009 06:34 PM)
© 2007 Elsevier
 Akar saraf segmental menginervasi
suatu otot tertentu.
 Penting untuk menentukan level cedera.
 Ekstremitas Atas:
C5 - Otot Deltoid
C 6 - Otot ekstensor pergelangan
tangan
C 7 - Otot ektensor siku
C 8 - Long finger flexors
T 1 - Otot2 kecil tangan
 Ekstremitas Bawah:
L2 - Otot flexor panggul
L3,4 - Otot ekstensor Lutut
L4,5 – S1 - Fleksi Lutut
L5 - Dorsofleksi pergelangan
kaki
S1 - Fleksi plantar Ankle
 Cedera medulla spinalis yang
mengakibatkan perubahan pada
fungsi motorik normal, fungsi
sensorik atau fungsi autonom.
 Perubahan ini bisa sementara
atau permanen.
 Penyebab kematian no. 4 di USA
 Cedera Cervical-spine:
KLL bermotor - 50%
Jatuh - 25%
Olah raga - 10%
 60% cedera MS pada anak-anak;
cervical spine atas.
 Cedera MS C5-C6 paling umum
pada klp. Dewasa.
National Spinal Cord Injury Database
{ USA Stats }
 MVA (KLL bermotor) 44.5%
 Jatuh 18.1%
 Kekerasan 16.6%
 Olah raga 12.7%
 55% kasus terjadi pada klp. Umur 16
– 30 tahun.
 81.6% terjadi pada laki-laki…!
Penyebab Lain:
 Gangguan Vascular
 Tumor
 Infeksi
 Spondilosis
 Iatrogenik
 Fraktur Vertebral akibat dari
osteoporosis
 Gangguan Perkembangan.
• Jenis Kelamin - >> laki-laki
• Usia – (Dewasa muda dan Dewasa)
• - Usia 16 – 35 tahun  KLL penyebab
utama
• - Usia > 60 tahun / Jatuh penyebab utama
• Olahragawan aktif – Risiko tinggi: sepakbola,
rugby, Gulat, Senam, Menyelam, surfing, ice
hockey dan sepeda gunung.

• Predisposing conditions – Cedera ringan bisa


menjadi penyebab cedera MS pada mereka
dengan kondisi yang mengenai tulang dan
sendi: arthritis atau osteoporosis

86
 Kecelakaan dengan kecepatan
tinggi
 Tidak sadar
 Cedera Multiple
 Defisit Neurologi
 Nyeri Spinal/Nyeri tekan
Hilang Kesadaran?

Korban lainnya cedera serius?

Mekanisme Cedera?
› Pengemudi/penumpang/ seatbelt ?
› Ketinggian jatuh/penyebab jatuh?
› Benturan di bagian mana dan dengan
apa?
› Luka tembak/Objek tertancap?
88
 Cedera MS tidak selalu tampak jelas.
 Kesemutan atau kelemahan dapat langsung
muncul setelah cedera MS atau bertahap akibat
perdarahan atau pemebengkakan di sekitar MS.

 Waktu antara cedera dan mulainya pengobatan


adalah faktor kritis yang menentukan luasnya
komplikasi dan tingkat pemulihan.
 Curigai adanya cedera MS pada korban sampai
terbukti tidak.

 Bila anda curiga korban menderita trauma MS


pasang Spinal Immobilization!
89
Mekanisme:
i) Trauma Langsung  Cedera MS
primer
ii) Kompresi oleh fragmen
tulang/hematoma/material discus 
Cedera MS SEKUNDER
iii) Iskemia akibat kerusakan/gangguan
arteri spinalis  Cedera MS
SEKUNDER
Different mechanism of injury

91
Dampak dari
Trauma
langsung
(initial trauma)

Cedera
biasanya
bersifat
permanen
92
Terjadi setelah trauma MS

Kerusakan di tingkat selular

Nekrosis (pembengkakan sel, lisis dan


kebocoran substansi toksik ke sel-sel
lainnya)
 Apoptosis (Programmed cell death / cell
suicide to prevent bursting)
9
3
94
95
• Cedera MS Inkomplet/Parsial
- M. Spinal tetap dapat mengirim
impuls ke dan dari otak sehingga
fungsi sensorik dan motorik masih
utuh di bawah level cedera.
• Cedera MS Komplet
- Hilangnya fungsi motorik dan
sensorik lengkap di bawah level
cedera.
96
Komplit:
i) Hilangnya gerakan voluntar
pada daerah yang diinervasi
oleh segmen MS, biasanya
irreversible
ii) Hilangnya sensasi
iii) Shock Spinal
Inkomplit:
i) Bebersps fungsi masih utuh di
bawah level lesi
ii) Prognosis lebih baik
iii) Pola cedera dapat dikenali
meskipun tidak selalu murni
dan sering bervariasi
Central

Lateral / Brown-Sequard Syndrome

Anterior

Posterior

99
Kerusakan mengenai 2/3 depan MS,
hilangnya sensai nyeri dan suhu dan
fungsi motorik di bawah level cedera.
Sentuhan ringan (tekanan), posisi dan
sensasi getar utuh.
Dapat terjadi pemulihan beberapa
gerakan pada beberapa individu.

10
1
Biasanya pada KLL tanpa
sabuk pengaman dan jatuh
pada Lansia.
Khas: kelemahan lebih berat
pada anggota atas
dibandingkan dengan
ekstremitas bawah.
Hilangnya fungsi sensorik
bervariasi namun lebih berat
pada ekstremitas atas.
Kontrol fungsi usus dan
kandung kemihbervariasi dan
dapat utuh.
Perbaikan mulai dari bawah
dan bertahap naik.
10
2
Biasanya pada luka tusuk atau
luka tembak.
Kerusakan mengenai separuh
MS.
Ipsilateral (sepihak lesi)
Gangguan atau hilangnya fungsi
motorik, sentuhan, tekanan dan
sensasi getar.
** (Hemiparaplegia)
Contralateral (di sebelah lesi
MS):hilangnya sensasi nyeri dan
suhu. ** (Hemianesthesia) 10
3
Kerusakan mengenai
bagian belakang MS.

Kekuatan otot, sensasi


nyeri dan suhu dapat
tetap utuh.

Namun mereka kesulitan


dalam koordinasi gerakan
anggota tubuh.

10
4
10
5
 Quadriplegia :
› Cedera di daerah cervical.
› Keempat anggota tubuh terkena.
 Paraplegia :
› Cedera terjadi di daerah thoracal,
lumbal atau sacral.
› Kedua kaki terkena.
ASIA – American Spinal Injury Association:

A – Komplit: Tidak ada fungsi sensorik dan


motorik yang utuh pada segmen sacral
S4 – S5

B – Inkomplit: Fungsi sensorik utuh namun


fungsi motorik tidak pada segmen
sacral.
C – Inkomplit: Fungsi motorik utuh di
bawah level lesi namun grade
motorik < 3

D – Inkomplit: Fungsi motorik utuh di


bawah level lesi dengan grade
motorik > 3 atau lebih.

E – Normal: Fungsi sensorik dan


motorik normal.
5 – Kekuatan Normal.
 4 – ROM penuh namun kekuatan lebih
lemah dari normal (mampu menahan
tahanan sedang).
 3 – Mampu melawan tahanan ringan dan
gravitasi.
 2 – Tidak dapat melawan gaya gravitasi
(hanya menggeser).
 1 – Kontraksi otot tanpa terjadi gerakan.
 0 – Paralisis Total
X-Ray

C-Spine

FIRST !!

Swimmer’
s View

11
0
11
1
11
2
MRI – Identifikasi herniasi diskus,
bekuan darah atau massa lainnya
yang menekan MS.
- Tidak bisa dipakai: pasien
dengan pacemakers atau pasien
trauma dengan “life-support
machines” atau traksi cervical.
Myelography – Herniasi diskus atau
lesi lainnya bila MRI tidak bisa
dipergunakan.
11
3
 Stabilisasi dan imobilisasi tulang
belakang atas dasar mekanisme
trauma, nyeri columna vertebralis
atau gejala neurologis.
 Kirim ke RS dengan “cervical hard
collar” dengan tandu yang keras.
› Pasien harus dipastikan dalam
posisi itu sehingga bila pasien
muntah tandu dapat diputar 90
derajat sedangkan pasien tetap
dalam kondisi imobilisasi dalam
posisi netral.
Penanganan segera

 Kirim dengan
cervical collar
 Nilai ABC’s: O2;
tracheotomy/ven
t
 IV line
 NG untuk suction
 Foley
Prioritas
1. Pertahankan
kemampuan bernafas
2. Cegah Syok
3. Imobilisasi untuk
mencegah kerusakan
MS lebih lanjut
(Backboard & C-Collar)
11
7
11
8
 Penilaian ABCs/ATLS mencakup
Vital Signs & Glasgow Coma Score

 Stabilisasi Leher dan tulang belakang.


 Pertahankan TD
 Dukungan Multi sistem.
 Kadang perlu sedasi

11
9
•Stabilisasi/
Imobilisasi

•Traksi-
Gardner-wells
tongs
Halo

•Casts
Splints
Collars
Braces
 Medications
 methylprednisolone
(Solu-Medrol) I.V
dalam 8 jam untuk
menurunkan udem
MS
 Medications
 Untuk mengontrol atau mencegah komplikasi
trauma MS dan imobilisasi:
› Vasopressor untuk mempertahankan
perfusi.
› H2 blockers  mencegah stress ulcers
› Antikoagulan
› Laksansia
› Antispasmodik
1. Neurogenic bladder
› Tipe UMN – lesi di atas level S2.
› Tipe LMN – lesi pada S2-S4
› Cystometry: perangkat Dx. Terbaik untuk
membedakan lesi UMN dari LMN
› Tes Reflex untuk membedakan:
Reflex test UMN LMN
Bulbocavernous +++ -
External rectal Spastic Lax
sphincter
Anocutaneous Anal wink -
 Pemakaian kateter jangka lama atau kateter
suprapubic:
› UTI (paling umum)
› Epididymo-orchitis
› Diverticulum Urethra
› Fistula Vesicovaginal atau penoscrotal.
› Batu kandung kemih.
 Kateterisasi intermittent: mempertahankan
fungsi kandung kemih.
2. Neurogenic bowel
› Penurunan aktifitas intestinal.
› Diare karena fecal impaction
› Bowel program
 Makanan
 Diet tinggi serat
 Buah-buahan
 Intake cairan:
 8-12 liter
 Laksansia
 Waktu
 Sehabis makan/Postprandial (gastrocolic reflex)
 Bantuan: suppositoria, stimulasi digital, laxatives
 Regularitas: Pagi-pagi/malam
 Positioning
 Duduk (posisi fisiologis)
3. Autonomic hyperreflexia
› Komplikasi dari lesi di atas T6
› Tanda dan Gejala: Extremitas dingin di
 Ereksi Pilomotor bawah level lesi.
 Hipertensi • Bradycardia
 Sakit kepala. •Kemerahan di atas
 Pucat level lesi.
 Sesak nafas • Rasa panas di atas
 Berkeringat level lesi.
› Management:
 Distensi kandung kemih merupakan sebab yang
tersering  drainase urin harus segera dilakukan.
 Singkirkan penyebab dari TGI.
4. Spastisitas
› Dipicu oleh stimulus noksius di
bawah level lesi seperti lesi kulit,
iskemia otot atau iritasi usus dan
kandung kemih.
› 3 pola khas:
 Peningkatan refleks myotatic.
 Tahanan terhadap gerakan pasif.
 Klonus dan Babinski
5. Pressure ulcers (ulkus decubitus, bed
sores, pressure sores)
› Tekanan pada daerah tertentu,
biasanya di atas tulang yang
menonjol, menyebabkan iskemia,
kematian sel dan nekrosis jaringan.
› Penyebab yang paling penting adalah
iskemia lokal akibat tekanan yang
berlebihan.
› Faktor sekunder: hilangnya sensorik,
paralisis, kontraktur sendi,
spasticitas, inkontinensia
6. Komplikasi Kardiovaskular
› Hipotensi Orthostatic
 Terjadi pada mereka dengan lesi di
atas T6
› Edema extremitas bawah
 Karena turgor jaringan yang jelek.
 Hilangnya daya tekan otot.
 Penanganan: compressive stockings
› Thrombophlebitis dengan emboli paru.
 Fatal pada 2-5% kasus
 Treatment: anticoagulan profilaksi
7. Komplikasi Respirasi
› Atelectasis Paru.
› Infeksi Paru.
› Edema Paru.
 Penanganan: ventilasi mekanik,
tracheostomy, respiratory therapy
(latihan pernafasan, postural
drainage), antibiotik.
8. Komplikasi Metabolik dan Endocrin.
› Hypoproteinemia
› Kadar Hormonal, termasuk hormon adrenal dan sex,
berubah segera mengikuti trauma namun membaik
dalam minggu atau bulan.
› Atrophy Testicular dengan gangguan
spermatogenesis
 Abnormalitas pengaturan temperatur pada
scrotum
 Perubahan Pituitary-gonadal feedback.
 Infeksi tractus urogenital
› Osteoporosis  fractures
› Immobilization hypercalcemia
› Penanganan: adequate hydration,pengurangan intake
kalsium, dapat dicoba dengan steroids atau oral
phosphatase, furosemide and mithramycin

Anda mungkin juga menyukai