Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

PNEUMOTHORAKS
NAMA: Adrian Wirahamedi
NIM: 1261050064
DOSEN PEMBIMBING: dr. Yvonne N. J. Palijama, Sp.Rad., MARS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT FK UKI
PERIODE 23 - JULI - 2018 – 25 - AGUSTUS – 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
DEFINISI

■ Pneumotoraks adalah adanya udara di


dalam rongga pleura, yang dapat
menggangu oksigenasi dan ventilasi.
Hal ini harus dibedakan dengan bulla
atau kista udara di dalam paru-paru.
Kondisi klinis tergantung pada derajat
kolaps paru-paru di sisi yang terkena.
Ketika udara ini terus-menerus semakin
banyak dan menekan struktur
mediastinum, hal ini dapat mengancam
jiwa dan dikenal sebagai tension
pneumothorax
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

■ Pneumotoraks spontan primer (PSP)


– Kebanyakan kasus PSP disebabkan oleh ruptur spontan bleb subpleural atau
bulla, sehingga udara bocor ke rongga pleura. Bleb paru atau bulla adalah
kantung udara kecil yang terbentuk di antara jaringan paru-paru dan pleura,
berasal dari pembesaran alveoli paru (diameter 1−2 cm) dan biasanya
terbentuk pada area apikal. PSP juga dapat terjadi pada pasien yang memiliki
penyakit paru seperti asma atau pneumonia, abses pulmonal, dan pertusis.
■ Pada pneumotoraks spontan sekunder
– etiologi terkait yang paling umum adalah penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), juga dikenal sebagai bronkitis kronis atau emfisema pulmonal.
Beberapa bulla dapat terbentuk pada pasien tersebut dan menyebabkan
pneumotoraks.
■ Pneumotoraks traumatik
– terjadi ketika terdapat lubang traumatik pada dada seperti pada luka tikam
atau luka tembak yang memungkinkan udara masuk ke ruang pleura.
Pneumotoraks traumatik ditemukan terjadi pada setengah dari semua kasus
trauma dada. Sementara itu, pneumotoraks iatrogenik umumnya terjadi pada
aspirasi jarum transtorakal, kanulasi sentral, torakosentesis, biopsi
transpleural atau transbronkial, resusitasi kardiopulmonal, akupunktur toraks
dan ventilasi mekanik.
PATOFISIOLOGI
Pada setiap sisi
Paru-paru
rongga,
mengembang Pneumotoraks
membran pleura
Rongga toraks secara maksimal dapat terjadi jika
menutupi Antara dua
berisi paru-paru, di dalam rongga udara yang
permukaan paru lapisan ini,
jantung, dan karena tekanan masuk melalui
(pleura visceral) terdapat sedikit
banyak di saluran udara kerusakan
dan juga cairan serosa
pembuluh darah lebih tinggi dinding dada
melapisi bagian untuk lubrikasi.
besar. daripada atau kerusakan
dalam dinding
tekanan di dalam paru-paru sendiri
dada (pleura
rongga pleura.
parietal)
Pada tension
Ketika ekshalasi
pneumothorax, Selama tension
sehingga pelan-
udara yang masuk pneumothorax, paru Paru kontralateral
pelan menyebabkan
ke rongga pleura ipsilateral terhadap dan jantung akan
peningkatan
selama inhalasi pneumotoraks akan terkompresi.
tekanan rongga
tetapi bertahan di kolaps
intra pleura.
rongga pleura

■ TENSION PNEUMOTORAKS
KLASIFIKASI

■ Pneumotoraks Primer/spontan
– terjadi ketika timbul sobekan
subpleura dan bulla sehingga
udara saluran pernapasan
masuk ke dalam rongga pleura
melalui suatu lubang robekan
atau katup. Keadaan ini dapat
terjadi berulang kali dan sering
menjadi keadaan yang kronis.
Penyebab lain adalah suatu
trauma tertutup terhadap dinding
dan fistula bronkopleural akibat
neoplasma atau inflamasi.
■ Pneumotoraks traumatik
– terjadi ketika terdapat lubang
traumatik pada dada seperti
pada luka tikam atau luka
tembak yang memungkinkan
udara masuk ke ruang pleura.
Pneumotoraks traumatik
ditemukan terjadi pada setengah
dari semua kasus trauma dada
■ Pneumotoraks disengaja (artifisial)
– dengan tujuan terapi dalam hal pengeluaran atau pengecilan kavitas proses
spesifik yang sekarang tidak dilakukan lagi. Tujuan pneumotoraks sengaja
lainnya adalah diagnostik untuk membedakan massa apakah berasal dari
pleura atau jaringan paru. Penyebab-penyebab lain adalah akibat tindakan
biopsi paru dan pengeluaran cairan rongga pleura.
MANIFESTASI KLINIS

PNEUMOTHORAKS
• Nyeri dada
• Napas Pendek
• Sianosis
• Takipnea

TENSION PNEUMOTHORAKS
• Takikardia
• Distensi jugulovenous
• Hilangnya suara napas
• Hiperresonansi pada perkusi
DIAGNOSIS
ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

• Penurunan gerakan hemitoraks


• Fremitus menurun atau tidak ada
• Hipersonor pada perkusi
• Penurunan atau tidak adanya suara napas pada sisi yang terkena

PENCITRAAN

• Radiografi
• CT-SCAN
• Ultrasonografi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiografi Toraks
• Batas paru berupa garis radioopak tipis
berasal dari pleura visceral
• menekan jaringan paru ke arah hilus atau
paru menjadi kuncup/kolaps di daerah hilus
dan mendorong mediastinum ke arah
kontralateral
• sela iga menjadi lebih lebar
• kejadian ini bila lama akan menyebabkan
semakin banyak udara terkumpul dalam
rongga pleura sehingga kantong udara
pleura mendesak mediastinum dan paru
yang sehat (herniasi).
• Keadaan ini dapat mengakibatkan fungsi
pernapasan sangat terganggu yang disebut Visceral white line pada pneumotoraks
tension pneumothorax yang harus segera
diatasi, kalau tidak akan berakibat fatal
■ Tampak gambaran radiografi toraks
dada pada pria berusia 18 tahun
dengan cystic fibrosis menunjukkan
hidropneumotoraks kanan yang
besar dan bronkiektasis kistik
bilateral yang berat

Pneumotoraks spontan sekunder


■ kondisi tension pneumothorax
yang berpotensi fatal. Pada saat
insipirasi, paru kanan kolaps
sepenuhnya tetapi mediastinum
masih terletak di sentral. Pada
saat ekspirasi, udara terjebak di
hemitoraks dekstra dalam
tekanan udara positif dan jantung
serta paru kiri terdorong ke kiri.
Cardiac venous return terganggu
dan dapat menyebabkan
kematian jika tidak segera
dilakukan tindakan dekompresi.
Tension pneumothorax
■ Dalam posisi supine, udara pada
pneumothoraks yang relatif besar
dapat terakumulasi pada anterior
dan inferior rongga toraks dan
dapat menggeser sulkus
kostofrenikus ke arah inferior,
sehingga menghasilkan
peningkatan lusensi sulkus
kostofrenikus. Ini disebut deep
sulcus sign, dan merupakan bukti
adanya pneumotoraks pada
radiografi toraks supine
Deep sulcus sign pada posisi supine
CT - SCAN
■ Pasien pada gambar ini memiliki
pneumotoraks bilateral (panah putih).
Udara akan naik ke titik tertinggi
(pasien dalam posisi terlentang).
Terdapat juga emfisema subkutan
ekstensif (panah hitam), yang muncul
karena kebocoran udara dari chest
tube yang dimasukkan sebelumnya.

Pneumotoraks bilateral pada CT scan


ULTRASONOGRAFI
■ Ultrasonografi toraks memiliki
sensitivitas lebih baik daripada
radiografi toraks supine untuk
identifikasi pneumotoraks setelah
trauma tumpul. Ultrasonografi paru-
paru normal dengan pleura akan
menunjukkan lung sliding dengan
vertical comet tail menurun dari
permukaan pleura. tidak ada dan
begitu juga artefak comet tail dari
pleura. Hal ini terjadi karena adanya
udara di antara pleura parietal dan
visceral B-line atau vertical comet sign
■ Visualisasi perpotongan antara lung
sliding dan hilangnya sliding dikenal
sebagai lung point sign dan memiliki
spesifisitas mendekati 100% untuk
pneumotoraks dan juga memberikan
indikasi ukuran pneumotoraks
berdasarkan lokasinya. Namun hal ini
tidak dapat diterapkan pada
pneumotoraks yang besar karena
paru kolaps dan lung sliding tidak
dapat ditemukan sama sekali

Lung point sign


■ Pada mode M, tanda khas yang akan
terlihat adalah seashore sign
(normal lung sliding) dan
barcode/stratosphere sign
(pneumotoraks).

Mode M menggambarkan seashore sign (kiri) dan stratosphere


sign (kanan)
Analisis Gas Darah

■ Analisis gas darah (AGD) tidak menggantikan diagnosis klinis dan tatalaksana tidak
boleh ditunda sampai hasil AGD apabila dicurigai adanya pneuomotoraks
simtomatis. Namun, AGD dapat berguna dalam mengevaluasi hipoksia, hiperkarbia,
dan asidosis respiratorik
KESIMPULAN

■ Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara di ruang pleura. Hal ini


disebabkan oleh ruptur pada pleura visceral atau parietal. Pneumotoraks dapat
dibagi menjadi pneumotoraks spontan dan pneumotoraks traumatik. Pneumotoraks
spontan dibagi lagi menjadi pneumotoraks spontan primer dan sekunder.
Pneumotoraks traumatik dapat terjadi akibat trauma tumpul atau luka tembus ke
dinding dada. Bisa juga disebabkan oleh cedera iatrogenik akibat prosedur
diagnostik atau terapeutik.
■ Diagnosis pneumotoraks dapat ditegakkan dari riwayat pasien, temuan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (radiografi toraks, CT scan,
ultrasonografi, serta AGD). Pneumotoraks dapat dikelola secara konservatif
(istirahat dan observasi), torakoskopi dan torakotomi toraks. Pneumotoraks dan
komplikasi yang berulang ditangani melalui prosedur bedah, yaitu torakotomi atau
Video-Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS)
DAFTAR PUSTAKA

■ Williams NS, OConnell PR, McCaskie AW. Bailey & Loves short practice of surgery. 26th ed. Boca Raton, FL: CRC Press, Taylor & Francis Group; 2013.

■ Shields TW. General thoracic surgery. Philadelphia, PA: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins; 2009.

■ Sharma A, Jindai P. Principles of diagnosis and management of traumatic pneumothorax. Journal of Emergencies, Trauma and Shock. 2008;1:1:34-41

■ Choi W-I. Pneumothorax. Tuberculosis and Respiratory Diseases 2014;76:99. doi:10.4046/trd.2014.76.3.99.

■ Zarogoulidis P, Kioumis I, Pitsiou G, Porpodis K, Lampaki S, Papaiwannou A, et al. Pneumothorax: from definition to diagnosis and treatment. J Thorac Dis 2014;6(S4):S372-S376.

■ Collins J, Stern EJ. Chest radiology: the essentials. 2nd ed.Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins; 2008.

■ Rasad S. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2005

■ Planner A, Uthappa M, Misra R. A-Z of Chest Radiology. Cambridge: Cambridge University Press; 2007.

■ Milisavljevic S, Spasic M, Milosevic B. Pneumothorax: Diagnosis and treatment. Sanamed 2015;10:221–8.

■ Herring W. Learning radiology: recognizing the basics. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier; 2016.

■ Corne J, Pointon K. Chest X-ray: made easy. 3rd ed. Edinbourgh: Churchill Livingstone Elsevier; 2012.

■ Warner BW, Bailey WW, Shipley RT. Value of computed tomography of the lung in the management of primary spontaneous pneumothorax. Am J Surg. 1991;162(1):39-42

■ Oconnor AR, Morgan WE. Radiological review of pneumothorax. Bmj 2005;330:1493–7.

■ Husain LF, Hagopian L, Wayman D et-al. Sonographic diagnosis of pneumothorax. J Emerg Trauma Shock. 2012;5(1): 76-81.
TERMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai