Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Disusun Oleh :

Noel Manullang 17.400.509.05


 Meykel Jordan 17.400.500.31
 Viando Frederik Ompi 17.400.500.96
 Wendi Suratno 17.400.500.29
PEMBAHASAN
Pengertian Konsumen dan pelaku usaha

Istilah konsumen tentu sudah sering kita dengar. Namun


pengertian konsumen, tidak semuaa orang mengetahuinya,
pasal 1 angka (2) UU. No 8 tahun 1999 mendefinisikan
konsumen yaitu setiap orang pemakai barang dan/atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan. Di dalam kepustakaan ekonomi
dikenal istilah konsumen akhir dan konsumen antara,
konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari
suatu produk, sedangkan konsumen antara adalah konsumen
yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses
suatu produk lainnya. Pengertian konsumen dalam undang-
undang ini seperti yang disebut diatas adalah konsumen akhir.
Sedangkan pelaku usaha seperti apa yang disebut dalam
pasal 1 angka (3) UU. No. 8 Tahun 1999 disebutkan disana
bahwa pelaku uasaha adalah setiap orang perseorangan atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun non
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dala wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalamm
berbagai bidang ekonomi.
Penyelesaian Sengketa di Luar Peradilan (non litigasi)

Adanya hubungan hukum tentunya membuat terjadinya sengketa


antara pelaku usaha dengan konsumen, sengketa itu dapat terjadi
disebabkan beberapa hal, misalnya produk yang dibeli cacat atau
jasa yang diberikan tidak sesuai dengan yang disepakati. UU No.8
Tahun 1999 memberikan hak kepada konsumen untuk mengajukan
gugatan terhadap pelaku usaha sebagaimana yang ditentukan
dalam pasal 54 ayat (1) yang mengatur bahwa setiap konsumen
yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga
yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan
pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan
peradilan umum.
Berdasarkan ketentuan ini, konsumen dijamin oleh
undang-undang untuk dapat mempertahankan
haknya terhadap pelaku usaha. Selain itu,
konsumen juga diberikan pilihan utnuk
menentukan bentuk penyelesaian sengketa yang
akan dipilih sebagaimana ditentukan dalam pasal
45 ayat (2) UU No.8 Tahun 1999 yakni
penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh
melalui pengadilan atau diluar pengadilan
berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang
bersengketa
Penyelesaian Sengketa melalui Mediasi

Apabila terjadi sengketa konsumen dan sengketa lain


disarankan dapat diselesaikan melalui mediasi. Mediasi
adalah proses penyelesaian sengketa dengan perantaraan
pihak ketiga, yakni pihak yang memberikan masukan-
masukan kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa
mereka.
Berdasarkan SE Direktorat jenderal Perdagangan Dalam
Negeri No. 40 /PDN/02/2010 Tahun 2010, dijelaskan tentang
tiga tahapan untuk mediasi yaitu tahap pra mediasi,
Mediasi, penanganan tindak lanjut.
Penyelesaikan Sengketa Konsumen Konsiliasi

Konsiliasi adalah suatu bentuk proses penyelesaian sengketa


di luar pengadilan. Dimana pada prosesnya dilibatkan para
pihak lain di luar pihak yang sedang bersengketa, diana pihak
lain tersebut bertindak sebagai fasiliator yang bersikap pasif.
Dalam hal ini yang bertindak sebagai fasiliator adalah majelis
yang telah disetujui oleh BPSK. Tujuannya adalah agar dapat
dengan mudah tercapai kata sepakat atas permasalahan
yang sedang terjadi.
Penyelesaian Sengketa di Dalam Pengadilan (litigasi)
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan ada dijelaskan
dalam pasal 48 UU No.8 tahun 1999 dijelaskan bahwa
penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan
mengacu pada ketentuan tentang peradilan umum yang
berlaku dengan memperlihatkan ketentuan yang terdapat
dalam pasal 45 UU No.8 tahun 1999.
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan, dalam dunia
bisnis merupakan suatu masalah tersendiri, dikarenakan
dalam penyelesaian sengketa di dalam pengadilan sangat
membutuhkan biaya banyak, sedangkan kita tahu bahwa
dunia bisnis sangat menghendaki penyelesaian sengketa
dengan harga murah dan cepat. Disamping itu penyelesaian
sengketa di dalam pengadilan dapat merusak hubungan
pelaku bisnis dengan siapa dia pernah terlibat sengketa,
dikarenakan penyelesaian sengketa dalam pengadilan akan
berakhir dengan kekalahan salah satu pihak.

Anda mungkin juga menyukai