Anda di halaman 1dari 23

Defenisi

Penyaringan adalah suatu upaya untuk


mendeteksi/menemukan penderita penyakit
tertentu yang tanpa gejala (tidak nampak)
dalam suatu masyarakat atau kelompok
penduduk tertentu melalui suatu
tes/pemeriksaan yang secara singkat dan
sederhana dapat memisahkan mereka yang
betul-betul sehat terhadap mereka yang
kemungkinan besar menderita, yang
selanjutnya diproses melalui diagnosa pasti
dan pengobatan.
Tujuan Penyaringan
• Mendapatkan mereka yang menderita sedini
mungkin sehingga dapat dengan segera
memperoleh pengobatan
• Untuk mencegah meluasnya penyakit dalam
masyarakat dan mencegah terjadinya wabah
• Untuk mendidik dan membiasakan masyarakat
memeriksakan diri secara teratur dan sedini
mungkin
• Untuk mendidik dan memberikan gambaran kepada
petugas kesehatan tentang sifat penyakit dan
untuk selalu waspada melakukan pengamatan
terhadap gejala dini.
• Untuk mendapatkan keterangan epidemiologis yang
berguna bagi klinisi dan peneliti.
Bentuk- Bentuk Screening
• Daftar pertanyaan (Questions)/ wawancara misalnya :
Michigan Alcohol Screening Test (MAST) untuk
identifikasi alkoholisme
• Pemeriksaan (Examinatioas)
– pemeriksaan tekanan darah
– ECG
• Laboratorium
– Pemeriksaan kadar gula
– Pemeriksaan kadar kholesterol
– PAP Smear untuk kanker serviks
– ELISA untuk AIDS/HIV
• Pemeriksaan radiologi
– Mammografi
Bentuk Pelaksanaan

a. Dapat dilakukan secara massal pada suatu


penduduk tertentu.
b. Dapat dilakukan secara selektif
maupun random terutama mereka dengan
risk yang lebih besar.
c. Dapat dilakukan untuk suatu penyakit
atau serentak lebih dari suatu
penyakit.
Kriteria Penyaringan
• Penyakit itu harus merupakan masalah kesehatan yang
berarti
• Telah tersedia obat yang berpotensial atau pengobatan yang
memungkinkan bagi mereka yang positif
• Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis dan pengobatan
• Penyakitnya dapat diketahui dengan pemeriksaan khusus
• Hasil perhitungan uji saring memenuhi syarat untuk tingkat
sensitivitas dan spesivisitas
• Sifat perjalanan penyakit diketahui dengan pasti
• Diperlukan standar yang disepakati tentang mereka yang
menderita
• Biaya yang digunakan harus seimbang dengan risiko biaya
tanpa skrining
• Harus memungkinkan untuk diadakan follow-up dan
kemungkinan pencarian penderita secara berkesinambungan
Perbedaan Diagnosa dengan
Screening
Screening Diagnosa
• - uji suatu orang sehat • - uji untuk orang sakit

• - konfirmasi status • - konfirmasi adanya


sehat penyakit
• - lebih bersifat massal
• - lebih bersifat individu
(pasien)
D. Keuntungan
a. Biaya dapat dilaksanakan sangat efektif.
b. Lebih cepat mendapatkan keterangan tentang penyakit
dalam masyarakat.
c. Mempunyai fleksibilitas dalam pelaksanaanya.
d. Pelaksanaanya cukup sederhana dan mudah.
e. Hasilnya dapat dipercaya selama tetap memperhatikan
nilai :
- rehabilitas
- validasi
- kekuatan tes berdasarkan sensitivitas dan
spesivitas.
E. Kriteria dalam menyusun Program Penyaringan
a. Penyakit yang dituju harus merupakan masalah
kesehatan yang berarti.
b. Tersedianya obat yang potensial dan
memungkinkan pengobatan bagi mereka yang
dinyatakan menderita.
c. Tersedianya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti
dan pengobatan
d. Penyakit lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan
/ tes khusus.
e. Pemeriksaan screening memenuhi syarat untuk
tingkat sensitivitas dan spesivitas.
f. Tehnik dan cara pemeriksaan harus dapat
diterima masyarakat secara umum.
g. Sifat perjalanan penyakit diketahui dengan
pasti.
h. Ada standar yang disepakati tentang
mereka yang menderita.
i. Biaya yang digunakan harus seimbang
dengan risiko biaya bila tanpa screening
j. Harus dimungkinkan untuk diadakan follow
up, dengan kemungkinan pencarian
penderita secara berkesinambungan
F. Validitas
Validitas  Kemampuan dari tes penyaringan untuk
memisahkan mereka yang betul – betul menderita terhadap
mereka yang betul –betul sehat atau dengan kata lain
besarnya kemungkinan untuk menempatkan setiap individu
pada keadaan yang sebenarnya.
ada 2 komponen yang menentukan validitas :
a. Sensivitas : kemapuan dari tes secara benar
menempatkan mereka yang betul –betul menderita
pada kelompok penderita.
b. Spesivitas : kemampuan dari tes secara benar
menempatkan mereka yang betul –betul tidak
menderita pada kelompok sehat.
Untuk kepentingan validitas diperlukan perhitungan :
a. Positif sebenarnya : mereka yang oleh tes penyaringan
dan diagnosis klinik dinyatakan menderita.
b. Positif palsu : mereka yang oleh tes penyaringan
dinyatakan menderita tetapi pada diagnosis klinik
dinyatakan sehat.
c. Negatif sebenarnya : mereka yang pada penyaringan
dinyatakan sehat dan pada diagnosis
ternyata betul sehat.
d. Negatif palsu : mereka yang pada tes penyaringan
dinyatakan sehat tetapi oleh diagnosis klinik ternyata
menderita
Dalam menetapkan tingkat sensitivitas dan
spesivitas harus dipertimbangkan beberapa hal :
- Risiko adanya kasus yang tidak terjaring / lolos
dari seleksi .
- Besarnya biaya diagnosis terutama pada
mereka dengan positif palsu.
- Frekuensi penyaringan, kemungkinan
penyaringan berikutnya akan mengambil
kasus yang tidak terjaring pada saat ini.
- Besarnya prevalensi penyakit yang akan
diadakan penyaringan dalam masyarakat.
G. Reliabilitas
Kemampuan suatu tes memberikan hasil yang sama /
konsisten bila tes diterapkan lebih dari satu kali sasaran (
objek ) sama dan pada kondisi yang sama pula.
Untuk meningkatkan nilai reliabilitas, dapat dilakukan
beberapa usaha :
a. Pembakuan / standardisasi cara penyaringan.
b. Peningkatan dan pemantapan keterampilan
pengamatan melalui training.
c. Pengamatan yang cermat pada setiap nilai hasil
pengamatan.
d. Menggunakan 2 atau lebih pengamatan untuk setiap
pengamatan.
e. Memperbesar klasifikasi kategori yang ada terutama
bila kondisi penyakit juga bervariasi.
H. Nilai Prediktif ( Predictive Values )
Besarnya kemungkinan dengan menggunakan
nilai sensitivitas dan spesivitas serta prevalensi
dengan proporsi penduduk yang menderita.

Nilai prediktif dibagi atas 2, yaitu :


- Nilai prediktif positif : mereka dengan tes
positif juga menderita penyakit.
- Nilai prediktif negatif : mereka yang
dinyatakan negatif juga ternyata tidak
menderita penyakit.
I. Penyaringan Bertingkat
Bentuk penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan
dua jenis tes tehadap satu penyakit tertentu, dibedakan
atas 2, yaitu : bentuk seri dan pararel.

Bentuk Seri : 2 penyaringan, mereka dinyatakan positif


bila memberikan hasil positif pada kedua tes penyaringan
yang dilakukan, selanjutnya diadakan pemeriksaan klinik
untuk diagnosis.

Bentuk Pararel : 2 penyaringan, mereka yang positif pada


salah satu tes penyaringan dinyatakan positif dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan klinik untuk diagnosa.
J. Yied ( Derajat Penyaringan )
Besarnya kemungkinan menjaring mereka yang menderita
tanpa gejala melalui penyaringan, sehingga dapat ditegakkan
diagnosis pasti serta pengobatan dini.

Derajat Screening ditentukan oleh :


- Derajat sensitivitas tes
- Prevalensi penyakit dalam masyarakat
- Frekuensi penyaringan dalam masyarakat
- Konsep sehat / kehidupan kesehatan masyarakat sehari
hari
Tabel Silang hasil tes dengan diagnosis klinik

Hasil tes + - Jumlah


penyaringan

+ a b a+b

- c d c+d
Jumlah a + c b +d a+b+c+d
• Sensitivitas : ( a / a +c ) x 100%
(120/ 120+40) x 100% = 75%
• Spesifisitas : ( d / b + d ) x 100%
(670/ 50+670) x 100% = 93%
• Negatif palsu : ( c / a + c ) x 100%
( 40/ 120+40) x 100%= 25 %
• Positif palsu : ( b / b + d ) x 100%
(50/ 50+670)x x 100% = 6,9 %
• Sebuah Tes Skrining untuk suatu penyakit
yang baru ditemukan sedang dievaluasi
keefektifan dan sensitivitasnya. Tes yang
baru tersebut dilakukan pada 880 pekerja.
Dan didapatkan fakta bahwa 120 orang
yang didiagnosis Terkena penyakit, hasil
ujinya Positif. Sedangkan 50 orang yang
terkena penyakit, menunjukkan hasil uji
yang Negatif. Dan terdapat 40 orang yang
tidak terkena penyakit, hasil ujinya Positif.
Berdasarkan Informasi tersebut, maka :
• Identifikasikan jumlah orang-orang / pekerja yang masuk dalam kategori :
True Positive ; False Positive; False Negative dan True Negative…!!!
• Hitunglah presentase Sensitivitasnya…!!!
• 1. True Positif= 120 org (a)
True Negatif= 50 org (c)
False Positif= 40 org (b)
False negatif= 670 org (d)
• 2. Sensitivitas=
TP = 120 x 100 % = 70,5 %
TP + TN 120 + 50
• 3. Spesivitas=
FN = 670 x 100 % = 94 %
FP + FN 40 + 670
• 4. Nilai Prediktif Positif=
TP = 120 x 100 % = 75 %
TP + FP 120 + 40
• 5. Nilai Prediktif Negatif=
FN = 670 x 100 % = 93 %
TN + FN 50 + 670
• Suatu Mass Screening dilakukan pada 12.400 wanita usia subur
yang berada pada suatu kabupaten. Setelah 3 tahun,
dari 8.250 WUS yang termasuk kelompok dengan hasil uji/tes
skrining Negatif dilaporkan sejumlah 7.500 orang Tidak mengidap
Penyakit. Sedangkan dari 2.075 orang yang merupakan kelompok
Wanita Usia Subur yang didiagnosa menderita penyakit,
dikonfirmasi 750 diantaranya hasil ujinya Negatif. Berdasarkan
informasi yang seperti ini, maka :
• Tentukan berapa jumlah WUS yang dikategorikan sebagai : True
Negative, True Positive, False Negatif, False Positive..!!!
• Hitunglah besar Sensitivitasnya…!!!
• Hitunglah Nilai Prediksi Positifnya…!!!
• Berapa angka Prevalensi Penyakitnya…???
• 1. a) True Negatif : 750
b) True Positif : 1325
c) False Positif : 2075
d) False Negatif : 8250
• 2. Sensitifitas = TP/(TP+FN) x 100%
= 1325 / ( 1325 + 8250 ) x 100%
= 13,84%
• 3. Prediksi positif = TP / (TP + FP ) x 100%
= 1325 / ( 1325 + 2075 ) x 100%
= 38,97 %
• 4. Prevalensi = ( TP + FN ) / ( TP + FN + TN + FP ) x 100%
= ( 1325 + 8250 ) / ( 1325 + 8250 + 750 +
2075 ) x 100 %
= 9575 / 12400 x 100 %
= 77,22 %

Anda mungkin juga menyukai