Anda di halaman 1dari 41

ETIOLOGI

• Infeksi jamur superfisial (superficial fungal infection) pada kulit


merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi pada kehidupan
sehari-hari. Infeksi ini mempengaruhi lapisan luar kulit, kuku dan rambut.
• Kelompok jamur (fungi) utama yang menyebabkan infeksi jamur
superfisial adalah golongan dermatofit dan non-dermatofit.
• Golongan dermatofit yang biasanya menyebabkan infeksi superfisial dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Microsporum,
2. Trichophyton, dan
3. Epidermophyton.
• Spesies Candida seperti C. albicans juga dapat menyebabkan infeksi pada
kulit dan mukosa dengan cara membentuk koloni.
• Sebanyak 10-20% spesies Candida dapat ditemukan di vagina.
Jamur Lokasi Penyakit
Dermatofit
M. canis Rambut dan kulit Tinea Capitis, Tinea Corporis
M. audouinii Rambut Tinea Capitis
M. gypseum Kulit dan rambut Tinea Capitis, Tinea Favosa
T. tonsurans Rambut, kulit, dan kuku Tinea Capitis, Tinea Corporis
Tinea Corporis, Tinea Pedis,
T. rubrum Rambut, kulit, dan kuku
Tinea Cruris

T. mentagrophytes Rambut dan kulit Tinea Corporis, Tinea Pedis

T. violaceum Rambut, kulit, dan kuku Tinea Favosa


E. flocosum Kulit Tinea Unguium, Tinea Cruris
Non-Dermatofit
Malassezia furfur Kulit dan rambut Tinea Versicolor
Clasdoporium
Kulit Tinea Nigra
werneckii
Patofisiologi
Superficial Fungal
Fungal Disease

• Fungal Diseases – Mycoses Infeksi jamur, dikelompokkan


menjadi:
• 1.Systemic mycosis: infection deep within body, affects
many tissues and organs. Histoplasmosis and
coccidiomycosis.
• 2.Subcutaneous mycosis: Saprophytic fungi, e.g.:
Sporotrichosis.
• 3.Cutaneous mycosis = Dermatomycosis: affects keratin-
containing tissues (hair, nails, skin).
• 4.Superficial mycosis: localized on hair shafts and superficial
skin cells.
Superficial Fungal Infection

Dermatophytoses
Tinea Capitis
Scalp in childern
Tinea Versicolor
Hypo/Hyperpigmentasi
Tinea Corporis/ring worm
Trunk and extermities in childern
Candidiasis
Dermatophytes
•Merupakan infeksi kulit umum yang disebabkan
oleh jamur.
•Disebut juga “ringworm” karena dapat
menyebabkan circular rash (berbentuk seperti cincin
atau ring) yang biasanya merah dan gatal.
•Jamur penyebab dapat hidup pada kulit, permukaan
dan perlengkapan rumah tangga, seperti baju,
handuk dan sprei.
•Istilah medisnya “tinea” or “dermatophytosis.”
•Nama lain dari ringworm didasarkan pada
lokasinya pada tubuh – pada kaki disebut “
athlete’s foot”
Candidiasis
•Disebabkan oleh Candida albicans, patogen
oportunis
•dapat terjadi karena penekanan bakteri kompetitor
oleh antibiotika
•Terjadi pada kulit dan membran mukosa dari
saluran genitourinary dan mulut
Pathogenesis
Superfical Fungal Infections

• Most common diseases seen in daily practice.


• Only the outermost layers of the stratum corneum of the skin or
cuticle of the hair shaft or nails.
• Main groups of fungi: dermatophytes, yeast and moulds
Dermatophytes

• Three general group: Microsporum (hair and skin), Trichophyton


(hair, nails and skin), Epidermophyton (nails and skin)
• Grow on keratin therefore cause diseases in body sites wherein
keratin is present (skin surface, hair, and nail).
• Ex: tinea faciei (face), tinea manuum (hands), tinea corporis (glabrous
skin), tinea pedis (feet), tinea capitis (scalp), tinea unguium (nails)
• Trichophyton rubrum is the most common cause worldwide for
superficial dermatophytosis.
Tinea Corporis and Variants

• Ringworm
• Common causes are T. rubrum and T. mentagrophytes
• The typical lesions are pink-to-red annular with scaly or vesicular
borders that expand peripherally with a tendency for central clearing.
• When the face is affected, it is called tinea faciei
Yeasts

• The presence of oil facilitates the growth of this organism.


• Yeasts are not inherently pathogenic, but when the host's cellular
defences, skin function, or normal flora are altered, colonisation,
infection, and disease can occur.
• The yeast Malassezia furfur, a skin commensal, can cause pityriasis
versicolor and pityrosporum folliculitis.
• Candida albicans is the most virulent of these organisms, and may
cause diseases of the skin, nails, mucous membranes and viscera.
• Moist, wet conditions favor Candida overgrowth and can lead to
superficial infections of the skin.
Malassezia Infections

• The genus Malassezia comprises a group of lipophilic yeasts that have


their natural habitat on the skin of humans
• Pityriasis versicolor is the only human disease in which the causative role
of the lipophilic yeast Malassezia is fully established.
• Pityriasis versicolor occurs most frequently in hot and humid tropical
climates. However, it is also prevalent in temperate climates.
• The fact that Malassezia has an oil requirement for growth explains the
increased incidence in adolescents and the predilection for sebum-rich
areas of the skin.
• Pityriasis versicolor occurs when the budding yeast form transforms to
the mycelial form.
• Various factors have been implicated, including hot and humid
environment, oily skin and excessive sweating.
Moulds
• also referred as nondermatophyte filamentous fungi are ubiquitous
in the environment but are not commonly pathogenic in normal
hosts.
• Most of the time, they can be regarded as innocent bystanders or
contaminants.

Pustaka
• Cheng Tin-sik, HO King-man.2010. Common Superficial Fungal
Infections-Short Review
Fungi causing Superficial Fungal Infections

Dermatophytes

Fungi Yeasts

Moulds
Uncommon
Dermatophytes

• Tinea Corporis (ringworm)


• Tinea Pedis
• Tinea Manuum
• Tinea Cruris
• Tinea Unguim
• Tinea Capitis
Yeasts

• Candidiasis:
• Skin and Intertriginous Infections
• Infections of the Mucosae and Mucocutaneous Junction
• Chronic Mucocutaneous Candidiasis

• Malassezia Infections
• Pityriasis Versicolor
• Malassezia (Pityrosporum) Folliculitis
Treatments
Hampir semua jenis Superficial Fungal Infections tidak memerlukan terapi secara sistemik, kecuali:
• Pasien mengalami Tinea Capitis dan Tinea Unguium
• Penderita memiliki penyakit lain atau mengalami hiperkeratosis yang signifikan.

Penderita Superficial Fungal Infections biasanya diberi terapi secara topikal selama 1 minggu hingga
4-6 minggu.
Dermatophyte & Yeasts
• Imidazoles (isoconazole, tioconazole, clotrimazole)
• Triazoles (itraconazole, fluconazole)
• Allylamines (terbinafine, naftifine)
• Amorolfine
Yeasts
• Polyenes (nystatin, amphotericin B)
Terapi melalui sistemik
Mekanisme Aksi
Tinea pedis (Kutu Air)

Treatment untuk semua jenis tinea pedis yaitu hygiene and topical
antifungal.
Hyegine meliputi:
• Mengeringkan area yang terkena tinea pedis setelah mandi
• Mengganti kaos kaki setiap hari
• Menggunakan sepatu yang terbuka seperti sandal
• Menggunakan foot powder untuk menjaga kaki tetap kering
Topical antifungal : penggunaannya diberikan sampai terjadi
perbaikan, kemudian pengobatannya dilanjutkan sampai 2 minggu
• Imidazole : clotrimazole, miconazole, ketoconazole
• Allylamines: terbinafine, butenafine
• Ciclopirox : ciclopirox olamine
Mekanisme imidazole (Ketoconazole)

Inhibisi enzim CYP-450, termasuk 11β-hidroksilase dan 17α-


hidroksilase  menurunkan kadar kortisol serum setelah beberapa
minggu
Tinea capitis (Kurap pada kulit kepala)
Tinea corporis (Kurap pada tubuh)

Sebagian besar pengobatannya menggunakan topikal antifungal :


penggunaannya diberikan sampai terjadi perbaikan, kemudian
pengobatannya dilanjutkan sampai 2 minggu
• Imidazole : clotrimazole, miconazole, ketoconazole
• Allylamines: terbinafine, butenafine
• Ciclopirox : ciclopirox olamine
Boleh diberikan oral antifungal jika:
• Pengobatan topikal antifungal tidak ada perbaikan
• Sumber infeksi dari hewan
Tinea versicolor

Pengobatannya secara topikal menggunakan :


• Shampoos : selenium sulfide 2% shampoo, ketoconazole shampoo,
pyrithione zinc shampoo
• Azole creams: ketoconazole, econazole, miconazole,clotrimazole
Penggunaannya satu atau dua kali sehari selama 2 minggu
Pengobatan secara oral menggunakan:
• Ketoconazole
• Fluconazole
• Itraconazole
Onychomicosis

• Pengobatan dengan topikal antifungal: sangat rendah respon


perbaikannya
• First line treatment : oral terbinafine atau itraconazole
• Topical antifungal agents :
clotrimazole, miconazole, econazole, ketoconazole, oxiconazole,
sulconazole, sertaconazole, ciclopirox olamine, naftifine, terbinafine,
butenafine, and tolnaftate
• Orally administered agents :
griseofulvin, terbinafine, ketoconazole, fluconazole, and itraconazole.
• Superficial infections caused by candida species may be treated with
topical applications of clotrimazole, miconazole, econazole,
ketoconazole, oxiconazole, ciclopirox olamine, nystatin, or amphotericin
B
• Chronic generalized mucocutaneous candidiasis is responsive to long-
term therapy with oral ketoconazole.
The topical imidazoles

• The topical imidazoles, which currently include clotrimazole,


econazole, ketoconazole, miconazole, oxiconazole, sulconazole, and
sertaconazole, have a wide range of activity against dermatophytes
(epidermophyton, microsporum, and trichophyton) and yeasts,
including Candida albicans and Pityrosporum orbiculare
• Mekanisme kerja :
Menghambat α-lanosterol-14-demethylase pada jamur
Mengganggu biosintesis ergosterol dengan cara menggangu
demetilasi ergosterol pada jalur sitokrom P450 (demetilasi prekursor
ergosterol)
Gol. Polyene

• Mekanisme kerja : mengikat sterol dalam membran


sel jamur
• Contoh obat : nistatin, candicin dan rimocin

Gol. Allilamines

• Mekanisme kerja : menghambat epoxidase


squalene
• Contoh obat : terbinagine
Ciclopirox olamine
• Ciclopirox olamine is a synthetic broad-spectrum antimycotic
agent with inhibitory activity against dermatophytes,
candida species, and P orbiculare. This agent appears to
inhibit the uptake of precursors of macromolecular
synthesis; the site of action is probably the fungal cell
membrane.
Flusitosin

• Mekanisme kerja :
flusitosin masuk ke dalam jaringan jamur dengan bantuan
sitosin deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung
denga RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-
fluorourasil dan fosforilasi  terjadi penghambatan
langsung sintesis DNA  sintesis protein sel jamur
terganggu
Kaspofungin

• Mekanisme kerja : menghambat sintesis ß(1,3)-Dglukan, suatu


komponen esensial yang membentuk dinding sel jamur.
Obat untuk Bumil pada
Kondisi Superficial Fungal
Pada kondisi Candidiasis

Untuk candidal diaper dermatitis


• Salep Zn Oksida
• Nystatin PO: 400.000 IU/hari dalam 4 dosis terbagi selama 20 hari
Oral dan oropharyngeal Candidiasis (Stomatitis)
• Nystatin bentuk lozenges atau suspensi 400.000IU/hari diberikan
dalam 4 dosis terbagi (sediaan suspensi mengandung 100.000IU/ml)
• Miconazole oral gel (dioleskan pada mulut, ditunggu selama 2-3
menit, kemudian ditelan)
Candidiasis lain
• Krim Miconazole 2% diberikan 2 kali sehari selama 2-4 minggu.

Kategori Keamanan untuk ibu hamil dan menyusui pada


penggunaan Nystatin adalah B (Briggs, 2011 p.1060-1061)
Kategori kemanan untuk ibu hamil dan menyusui pada
penggunaan Miconazole topical adalah A, sedangkan untuk
penggunaan oral adalah C (Briggs, 2011 p.958)
Pada Kondisi Dermatophytosis
Keterangan Tabel

Kategori kemanan untuk ibu hamil dan menyusui pada


penggunaan Griseofulvin adalah D (Briggs, 2011 p.667-668)

Kategori kemanan untuk ibu hamil dan menyusui pada


penggunaan Itraconazole adalah D (Briggs, 2011 p. 782-783)
Superficial fungi
(obat gangguan hepar)
Itraconazole

• Itraconazole menghambat enzim sitokrom P450, yang menghambat konversi lanosterol


menjadi ergosterol dan mengganggu pertumbuhan sel jamur. Itrakonazol dimetabolisme di hati,
terutama oleh sistem isoenzimatik sitokrom CYP3A4 yang menghambat metabolisme obat lain
oleh CYP3A4. Pada keadaan gangguan hepar meningkatkan konsentrasi plasma itrakonazol. Hal
ini disebabkan karena berkurangnya jumlah obat yang dimetabolisme sehingga dapat
menyebabkan meningkatnya toksisitas Itraconazole.
• Interaksi penggunaan Itraconazole dengan obat-obat ini dapat menyebabkan konsentrasi
plasma dari banyak obat termasuk terfenadine, benzodiazepin, digoxin, ciclosporin, protease HIV
inhibitor, HMG CoA reductase inhibitor (statin), metilprednisolon dan warfarin meningkat
• Penggunaan pada pasien masalah hepar:
Hanya digunakan bila keuntungan melebihi dari resiko yang ditimbulkan karena diketahui
Itraconazole mengakibatkan hepatotoksisitas yang berpotensi mengancam jiwa pada pasien
dengan riwayat hepatotoksisitas. Dilakukan monitoring secara ketat jika penggunaan lebih dari
satu bulan, jika menerima obat hepatotoksik lainnya, jika riwayatnya hepatotoksisitas dengan
obat lain, atau gangguan hati. Pengaturan dosis dilakukan berdasarkan kebutuhan pasien
selama terapi.
BNF 67, 2014; Healy B, 2006; DIH 17, 2008
Fluconazole

• Bekerja dengan menghambat sintesis ergosterol menyebabkan


integritas dan aktivitas membran sel yang terganggu. Fluconazole
dimetabolisme di hati, terutama oleh sistem isoenzimatik sitokrom
CYP3A4 yang menghambat metabolisme obat lain oleh CYP3A4.
• Interaksi penggunaan fluconazole dengan walfarin, fenitoin,
antidepresan trisiklik, siklosporin, digoksin dapat meningkatkan
konsentrasi dalam plasma obat
• Penggunaan pada pasien masalah hepar
Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat gangguan hati;
Monitoring fungsi hati secara ketat dan penyesuaian dosis mungkin
diperlukan; hentikan jika gejala dengan penyakit hati berkembang.

BNF 67, 2014; Healy B, 2006; DIH 17, 2008


Terbinafine

• Mekanisme bekerja dengan menginhibisi urutan enzim epoksidase


pada membrane sel fungi, menyebabkan defisiensi pada ergosterol
dan akumulasi urutan intraseluler. Terbinafine di metabolisme oleh
isoenzim pada sitokrom p450, utamanya CYP2D6
• Interaksi penggunaan Terbinafine dengan Rifampisin menurunkan
kadar terbinafin dalam plasma dengan meningkatkan metabolisme
hati
• Penggunaan pada pasien masalah hepar
Gangguan hati jarang terjadi dan biasanya terjadi dalam waktu dua bulan
setelah memulai terapi. Tes fungsi hati harus diperiksa dan terbinafine harus
dihentikan jika gejala atau tanda disfungsi hepatobiliary berkembang. Interaksi
terbinafine dengan banyak obat tidak diketahui.
BNF 67, 2014; Healy B, 2006; DIH 17, 2008
Evaluasi akhir pengobatan Superficial fungal

Terdapat hifa (Superficial


fungal)

Pengobatan antifungal
Pemeriksaan mikroskopik topical (3-4 minggu)
dengan KOH 10%-20%

Tambahan 1 minggu secara


klinis kulit bersih

(Yossela T, 2015)

Anda mungkin juga menyukai