HDK
HDK
Masalah Di Indonesia
Penyakit Tekanan Darah tinggi selama kehamilan
merupakan penyebab utama kematian ibu di
indonesia yang terkait dengan 27% penyebab
Obstertik langsung dan 22% dari semua kematian
ibu.
Klasifikasi dan Definisi
A. Hipertensi Dalam Kehamilan
TD ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kalinya selama
kehamilan.
Proteinuria (-)
TD kembali normal dalam waktu 12 minggu pasca
persalinan (jika peningkatan TD tetap bertahan, ibu
di diagnosis menderita Hipertensi Kronis)
Tanda lain pre-eklampsia seperti nyeri epigastrik
dan Trombositopenia .
Klasifikasi HDK
Klasifikasi menurut “Report of the national high blood
preassure education program working group on high
blood preassure preagnancy” Thn 2000:
1.Hipertensi kronik
2.Preeclampsia-eclampsia
3.H. kronik dengan superimpossed preeclampsia
4. H.gestasional
Hipertensi Kronik
H. yang timbul sebelum umur kehamilan 20 mgg
atau
H. yang pertama kali di diagnosa setelah umur
kehamilan 20 mgg & menetap sampai 12 mgg pasca
persalinan
Preeclampsia
H. yang timbul setelah 20 mgg kehamilan disertai
dengan proteinuria
Eclampsia
Preeclampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/
koma
H. Kronik dng superimpossed
preclampsia
H. kronik disertai tanda-tanda preeclamsia
atau
H. kronik disertai proteinuria
Hipertensi Gestational
H. yang timbul pd kehamilan tanpa disertai
proteinuria & hipertensi menghilang setelah 3 bln
pasca persalinan
atau
H. dng tanda-tanda preeclampsia tetapi tanpa
proteinuria
Faktor resiko
1. Primigravida
2. Hyperplasentosis
3. Umur ekstrim
4. Riwayat keluarga
5. Penyakit lain yg berhubungan,ex ginjal
6. obesitas
Patofisiologi
Penyebab HDK hingga kini belum diketahui dgn
jelas,namun ada beberapa teori yang dianut,(sibai):
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
2. Teori ischemia placenta,radikal bebas,& disfungsi
endotel
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu & janin
4. Teori adaptasi kardiovascular
5. Teori defisiensi gizi
6. Teori defisiensi genetic
7. Teori inflamasi
Teori kelainan vaskularisasi
placenta
Pada kehamilan normal,rahim & plasenta mendapat
aliran darah dr cabang-cabang a uterina & a
ovarica.Keduanya pembuluh darah menembus
miometrium dalam bentuk a.arcuata. Kemudian a.
arcuata memberi cabang
a.radialis menembus endometrium
a.basalis memberi cab a. spiralis
Pada kehamilan normal
a. tjd invasi thropoblast ke dalam lapisan otot spiralis
degenerasi lapisan otot tersebut invasi thropoblast
juga masuk ke jar sekitar kapiler shg jar menjadi
gembur & memudahkan lumen a. spiralis melebar
b. Degenerasi otot a. spiralis lapisan menjadi lunak
lumen a. spiralis mudah mengalami distensi dan
vasodilatasi
Pada kehamilan normal
c. Distensi dan vasodilatasi lumen a. spiralis penurunan desakan
darah,
penurunan resistensi vaskuler,
peningkatan aliran darah pd daerah uteroplasenta
Remodelling a. spiralis
Pada HDK
a. Tidak terjadi invasi sel-sel thropoblast pada lapisan
otot a. spiralis dan jaringan sekitarnya menjadi tetap
kaku dan keras lumen a. spiralis tidak mungkin
mengalami distensi dan vasodilatasi
b. Akibat a. spiralis vasokonstriksi terjadi kegagalan
“remodelling a. spiralis aliran darah uteroplasenta
menurun hipoxia dan iskemia plasenta
c. Dampak iskemia plasenta timbul perubahan-
perubahan dapat menjelaskan patogenesa HDK
Teori Iskemi plasenta,Radikal
bebas & Disfungsi endotel
Pada teori invasi thropoblast, HDK terjadi kegagalan
remodelling a. spiralis iskemia plasenta dan hipoxia
menghasilkan oksidant (= radikal bebas)
Salah satu oksidant yang penting dihasilkan plasenta
yang iskemia Radikal hidroksil yang toksik
khususnya pada sel endotel pembuluh darah
Radikal hidroksil merusak membran sel mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh Peroksidase lemak
(merusak membran nukleus,protein sel endotel)
Teori Iskemi plasenta,Radikal
bebas & Disfungsi endotel
Produksi oksidant (Radikal bebas) dalam tubuh
bersifat toksik,selalu diimbangi dengan produksi
antioksidant
Antioksidant :
Antioksidant enzymatic
Antioksidant non enzymatic
Pada HDK
a. Kadar oksidant,khususnya peroksidase lemak
meningkat, antioksidant menurun dominasi kadar
oksidant lemak relatif tinggi
b. Peroksidase lemak sebagai oksidant/ radikal bebas
toksik beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah
merusak sel endotel
Pada HDK
c. Membran sel endotel lebih mudah mengalami
kerusakan oleh peroksidase lemak, letaknya langsung
berhubungan dengan aliran darah dan mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh yang rentan terhadap
oksidant radikal hidroksil yang mengubah menjadi
peroksidase lemak
Pada HDK
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksidase lemak maka
terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel
endotel sehingga terjadi:
1.Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi
endotel adalah produksi prostaglandin yaitu : penurunan
prostacycline (suatu vasodilator kuat)
2. Agregasi sel-sel thrombisis pada daerah endotel mengalami
kerusakanagregasi thrombosis memproduksi thromboxane
(TXA2) (suatu vasokonstriktor kuat).Pada preeclampsia kadar
(TXA2) meningkat dari kadar prostacycline sehingga terjadi
vasokonstriksi dengan kenaikan desakan darah
Pada HDK
3. Perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerolus
4. Peningkatan permeabilitas kapiler
5. Peningkatan produksi bahan vasopresor, yaitu
endothelin kadar NO (vasodilator) menurun
6. Rangsangan faktor koagulasi
Teori Intoleransi Imunologik
antara ibu & janin
1.Dugaan faktor imunologik berperan terjadi HDK
terbukti dengan fakta:
a. Primigravida mempunyai resiko > terjadinya HDK
dibanding multigravida
b. Multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai
resiko > kena HDK dibanding suami sebelumnya
Teori Intoleransi Imunologik
antara ibu & janin
2. Pada wanita hamil respon imune tidak menolak
adanya hasil konsepsi yang bersifat asing,dalam hal ini
oleh karena adanya (HLA-G) yang berperan penting
dalam modulasi respon immune ibu tidak menolak
hasil konsepsi.(terjadi intoleransi)
Teori Intoleransi Imunologik
antara ibu & janin
3. Pada HDK terhadap kadar Cytokines dalam plasenta
maupun sirkulasi darah meningkat, “natural killer
cell” dan aktivasi neutrophil meningkat
4. Kemungkinan terjadi ”IMMUNE
MALLADAPTATION’ preeclampsia
Teori Adaptasi kardiovaskuler
1.Pada hamil normal pembuluh darah refrakter terhadap
bahan-bahan vasoppressor
a.Refrakter,berarti pembuluh tidak peka terhadap
rangsangan bahan vasopressor / dibutuhkan kadar
vasopressor lebih tinggi untuk menimbulkan respon
vasokonstriksi
b.Pada kehamilan normal terjadi refrakter pembuluh
darah terhadap bahan vasopressor adalah akibat
dilindungi oleh adanya sintesis prostaglandin pada sel
endotel pembuluh darah.Hal ini dibuktikan,bahwa daya
refrakter thdbahan vasopressor akan hilang bila diberi
prostaglandin syntesa inhibitor disebut prostacycline
Teori Adaptasi kardiovaskuler
2.Pada HDK ternyata terjadi peningkatan kepekaan
bahan vasopressor
a. Pada HDK ternyata terjadi peningkatan kepekaan
bahan vasopressor
b. Kepekaan terhadap bahan-bahan vasopressor pada
HDK sudah terjadi pada trimester I.Peningkatan
kepekaan pada kehamilan yang akan jadi HDK sudah
dapat ditemukan saat usia kehamilan 20 mgg
Teori Defisiensi Genetik
Ada faktor keturunan dan familial dengan model
gene-single.
Genotype ibu > menentukan terjadi HDK secara
familial :genotype janin
Telah terbukti
Ibu yang mengalami preeclampsia 26% anak wanita
mengalami preeclampsia pula
Sedangkan hanya 8% anak menantu wanita mengalami
preeclampsia
Teori Defisiensi Gizi
a. Menurut penelitian kekurangan gizi berperan dalam
terjadinya HDK
b. Penelitian akhir membuktikan bahwa konsumsi
minyak ikan dapat mengurangi resiko preeclampsia.
Teori Defisiensi Gizi
Dimana minyak ikan banyak mengandung asam lemak
tidak jenuh yang berfungsi:
1. Pre-eklampsia Ringan
TD ≥ 140/90 mmHg atau diastolik 110 mmHg
setelah usia kehamilan 20 minggu.
Proteinuria ≥ 1+ atau kadar protein total ≥ 300
mg/24 jam.
2. Pre-eklampsia Berat
atau trauma
Sindrom HELLP
3. Diakhirinya kehamilan
1. Profilaksis Kejang
MgSO4 IV diberikan selama persalinan dan selama
evaluasi awal pasien PEB.
MgSO4 digunakan untuk menghentikan atau
mencegah Konvulsi tanpa menyebabkan depresi
SSP ,umum untuk ibu maupun janin.
MgSO4 tidak diberikan untuk mengobati
Hipertensi.
Dosis Awal :
4 mg MgSO4 diencerkan dalam 10 ml larutan cairan
IV (Ringer Laktat) selama 10 menit dengan tetesan
IV lambat.
Dosis Maintenance :
1-2 gm/jam dengan tetesan IV lambat yang dimulai
segera setelah dosis awal dan lanjutkan selama 24
jam setelah persalinan atau setelah konvulsi
terakhir.
MgSO4 harus selalu diberikan dengan metode infus
terkendali atau pantau untuk mencegah overdosis
yang dapat bersifat letal.
MgSO4 yang diberikan secara parenteral
dibersihkan hampir secara total oleh eksresi ginjal:
keracunan magnesium dihindari dengan memastikan
bahwa sebelum pemberian setiap dosis pasien
memiliki :
1. Output urin tidak kurang dari 30 ml/jam
2. Refleks patela yang terjaga
3. Kecepatan pernapasan diatas 12/menit
Kalsium glukonat (1 g IV disuntikkan selama
beberapa menit) untuk antidot toksisitas MgSO4
jika toksisitas terjadi dan harus tersedia.
kejang.
Eklampsia
Gambaran klinis dari kejang eklampsia mencakup :
Fase Pramonitoris :
kedutan pada otot kecil, otot wajah dan memutarnya
bola mata.
Fase Tonik :
otot-oto sadar masuk dalam keadaan kontraksi
tetanik termasuk otot-otot interkostal dan diafragma
dengan pernafasan yang tidak memadai dan
sianosis.
Fase Klonik :
Otot secara kuat berkontraksi dan berelaksasi.
Kontraksi dapat bertahan selama 1 menit, bersifat
kuat dan lidah dapat tergigit jika tidak dilindungi.
Koma :
terjadi bersamaan dengan respirasi dangkal yang
cepat dan kelelahan.
Setelah koma :
pasien dapat mengalami kejang lain atau tersadar
kembali.
Perawatan Kegawatdaruratan dan Pertolongan
Pertama
Kontrol kejang dengan MgSO4 (dosis awal 4 g dan dosis
maintenance 1-2 g/jam).
Bersihkan dan lancarkan jalan nafas. Pasien harus tetap
menggunakan Mouth gag dan selang nafas.
Pasang Masker oksigen setelah kejang.
Kontrol TD untuk mencegah komplikasi fatal, berikan injeksi
obat anti hipertensi IV. Lahirkan bayi
Hindari obat-obatan diuretik dan hiperosmotik pada edema
paru
Batasi pemberian cairan IV (ik 1500 ml/24jam) kecuali
kehilangan darah yang sangat banyak.
Koreksi Hipoksia dan Asidosis.
Observasi :
Tanda-tanda Vital tiap 30 menit
Pantau asupan cairan dan output urin melalui kateter
Tiap 24 jam periksa darah perifer lengkap, termasuk
trombosit, urea darah, kreatinin dan enzim hati.
Waktu protombin (PT), waktu tromboplastin parsial
(PTT), produk penguraian fibrinogen dan fibrin
(FDP)
Pada kasus resisten ketika kejang eklamptik tidak
berhenti meskipun diberi regimen penatalaksanaan
pre-eklampsia berat, berikan 2 g/jam MgSO4 IV
lambat. Periksa kadar MgSO4 dalam darah sebelum
pemberian dosis dan pada kasus resisten untuk
menurunkan terjadinya keracunan. Selain itu
Diazepam atau Fenobarbital juga diperlukan.
Dosis tambahan 2 g MgSO4 dapat ditambahkan 1x
pada dosis maintenance jika kejang terjadi
meskipun pasien telah menerima dosis maintenance
MgSO4.
Diazepam (10mg IV) digunakan 1x atau
fenobarbital (125 mg IV) digunakan 1x.
Jika kejang terjadi meskipun telah diberi dosis
maintenance MgSO4, CT-Scan harus dilakukan.
Jika penurunan pernafasan terjadi, pasien harus
dimasukan ke ICU dan diventilasi setelah gas darah
dan kadar pH darah diukur.
Hipertensi Kronis Dalam Kehamilan
Diagnosis
Riwayat sebelumnya :
Hipertensi yang diobati sebelum kehamilan.
IUFD, IUGR dan aborsi sebelumnya.
Riwayat Keluarga :
Riwayat hipertensi pada keluarga
Gejala dan Tanda : bisanya tanpa gejala
Edema biasanya tidak ditemukan kecuali Pre-eklampsia terjadi
bersamaan dengan Hipertensi Kronis
Pemeriksaan
minggu
Cardiomegali
Proteinuria