Anda di halaman 1dari 67

PEMELIHARAAN

JEMBATAN
Hello!
Kelompok 1 :
Arini Sonia 1011 1815 000 01
Yuniar Adeline N.A 1011 1815 000 02
Selma Rofi Insaniyah 1011 1815 000 03
Azis Septian Bestari 1011 1815 000 04
Wilda April Liyanto 1011 1815 000 05
Muhammad Faris Naufal 1011 1815 000 06
2
Peraturan yang digunakan

PENYELENGGARAAN KEAMANAN PANDUAN PEMELIHARAAN DAN


JEMBATAN DAN TEROWONGAN JALAN REHABILITASI JEMBATAN
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
INDONESIA
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 41/PRT/M/2015
1993

3
BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II KRITERIA DAN KONSEPSI KEAMANAN JEMBATAN

BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN

BAB IV TATA CARA EVALUASI DAN PENGKAJIAN KEAMANAN JEMBATAN

BAB V TATA CARA INSPEKSI JEMBATAN

BAB VI KETENTUAN PERALIHAN

BAB VII KETENTUAN PENUTUP

PENYELENGGARAAN KEAMANAN JEMBATAN DAN TEROWONGAN JALAN


PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 41/PRT/M/2015
BAB III
TATA CARA OPERASI,
PEMELIHARAAN DAN
PEMANTAUAN
JEMBATAN
5
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN
Bagian KESATU, UMUM
PASAL 11
1. Pengelola Jembatan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan operasi dan pemeliharaan
jembatan.
2. Operasi dan Pemeliharaan jembatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
dengan mengacu rencana pengelolaan jembatan.

3. Rencana pengelolaan jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat panduan operasi
dan pemeliharaan jembatan yang paling sedikit meliputi:

a. tata cara pemantauan;


b. tata cara pengoperasian jembatan; dan
c. tata cara pemeliharaan jembatan.

6
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN
Bagian KESATU, UMUM
PASAL 11
4.Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) juga berisi uraian tentang:
a. organisasi operasi dan pemeliharaan beserta tugas dan fungsinya:
b. hubungan organisasi operasi dan pemeliharaan dengan organisasi lain yang terkait;
c. kebutuhan pelatihan petugas;
d. pelaporan;
e. sistem dokumentasi; dan
f. pemutakhiran.

7
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN
Bagian KESATU, UMUM
PASAL 12
Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) ditinjau ulang dan dievaluasi paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun oleh Pengelola jembatan.

PASAL 13
Operasi jembatan merupakan pengaturan penggunaan jembatan berdasarkan kapasitas dan beban
lalu lintas.

8
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN
Bagian KEDUA, Operasi Jembatan
PASAL 14
1. Operasi jembatan dilakukan dalam kondisi operasi sebagai berikut:
a. operasi normal;
b. operasi beban lalu lintas khusus dan non standar; dan
c. operasi darurat.

9
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN
Bagian KEDUA, Operasi Jembatan
PASAL 14
2.Operasi normal sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) huruf a, dilakukan dengan cara
pemantauan lalu lintas yang melewati jembatan maupun lalu lintas di bawah jembatan.
3.Operasi beban lalu lintas khusus dan non standar sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) huruf
b, dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kondisi terlebih dahulu dan melakukan prosedur
perizinan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4.Operasi darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) huruf c, dilakukan pada keadaan
darurat sehingga perlu menutup sebagian atau seluruh lalu lintas pada jembatan, menyiapkan
jalur alternatif dan pengamanan lingkungan sekitar jembatan.

10
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN
Bagian KEDUA, Operasi Jembatan
PASAL 15
1.Dalam hal terjadi situasi luar biasa, operasi jembatan beserta bangunan pelengkapnya
diutamakan untuk tujuan keamanan jembatan.
2.Situasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain berupa:
a. banjir besar;
b. gempa bumi;
c. longsoran;
d. kebakaran; dan/atau
e. situasi lain yang mengancam keamanan jembatan.

11
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN
Bagian KETIGA, Pemeliharaan Jembatan
PASAL 16
1.Pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf c dilakukan dengan
kegiatan:
a. pemeliharaan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah kemerosotan mutu yang terlalu
cepat atau mencegah kerusakan jembatan;
b. rehabilitasi berupa peningkatan kapasitas atau perkuatan; dan/atau
c. pemeliharaan darurat yang dilakukan di luar jadwal yang direncanakan terhadap kerusakan
yang terjadi.
2.Pemeliharaan pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan secara rutin
dan berkala sesuai dengan program pemeliharaan untuk memperpanjang umur layan jembatan
serta menghindari perbaikan yang tidak terduga.

12
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN
Bagian KEEMPAT, Pemantauan Jembatan
PASAL 17
1.Pemantauan jembatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf a dilaksanakan:
a. Selama pelaksanaan konstruksi jembatan; atau
b. Tahap operasi dan pemeliharaan jembatan.
2.Pemantauan jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan tujuan:
a. untuk mengetahui secara dini kemungkinan adanya penyimpangan perilaku jembatan atau
adanya permasalahan yang sedang berkembang; dan
b. agar penyimpangan perilaku atau permasalahan yang sedang berkembang pada jembatan
dapat ditangani secara cepat dan tepat sebelum berkembang menjadi ancaman yang nyata bagi
keamanan jembatan.

13
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN
Bagian KEEMPAT, Pemantauan Jembatan
PASAL 18
1.Pemantauan jembatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dilakukan dengan cara:
a. Pengamatan dan pengukuran geometri jembatan dan lingkungan sekitar jembatan;
b. Pemeriksaan kondisi jembatan; dan/atau
c. Uji laik fungsi jembatan.

14
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN
Bagian KEEMPAT, Pemantauan Jembatan
PASAL 19
1.Pengamatan dan pengukuran geometri jembatan dan lingkungan sekitar jembatan yang
berpengaruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) antara lain dilakukan pada bentang
tengah deck jembatan, kepala pilar jembatan, kepala pylon, kabel dan abutmen jembatan.
2.Lingkungan sekitar jembatan yang berpengaruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
lingkungan paling jauh berjarak radius 100 meter dari jembatan.
3.Pengamatan dan pengukuran geometri jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan
untuk mengetahui indikasi perilaku jembatan.
4.Frekuensi pengamatan dan pengukuran geometri ditetapkan dengan mempertimbangkan:
a. tipe jembatan;
b. kondisi jembatan;
c. umur jembatan; dan
d. tingkat kepentingan jembatan sesuai dengan panduan operasi dan pemeliharaan.

15
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN
Bagian KEEMPAT, Pemantauan Jembatan
PASAL 20
1.Pemeriksaan kondisi jembatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b dilakukan
terhadap struktur jembatan dan bangunan jalan lainnya serta daerah aliran sungai disekitar
jembatan.
2.Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Pemeriksaan inventarisasi;
b. Pemeriksaan rutin;
c. Pemeriksaan detail; dan
d. Pemeriksaan khusus;
3.Pemeriksaan inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan pertama kali
pada jembatan ketika baru terbangun.

16
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN
Bagian KEEMPAT, Pemantauan Jembatan
PASAL 20
4.Pemeriksaan inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan untuk
mendapatkan:
a. data administrasi;
b. data geometri;
c. data material;
d. kondisi secara umum;
e. kapasitas lalu lintas; dan
f. kapasitas muatan.
5.Pemeriksaan rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan setiap tahun untuk
memastikan kondisi jembatan dalam keadaan aman dan menentukan diperlukannya tindakan
darurat.

17
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN
Bagian KEEMPAT, Pemantauan Jembatan
PASAL 20
6.Pemeriksaan detail sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan minimal sekali dalam
lima tahun atau sesuai dengan panduan operasi dan pemeliharaan
7.Pemeriksaan detail sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c bertujuan untuk untuk
mendapatkan nilai kondisi suatu jembatan.
8.Pemeriksaan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dilakukan apabila:
a. terjadi kejadian khusus yang mengancam keamanan jembatan yang diakibatkan faktor eksternal
maupun kekuatan alam; dan/atau
b. berdasakan laporan pemeriksaan rutin/detail dibutuhkan informasi lebih lanjut mengenai kondisi
jembatan.

18
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN
Bagian KEEMPAT, Pemantauan Jembatan
PASAL 21
1.Uji laik fungsi jembatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf c dilakukan terhadap
seluruh elemen jembatan termasuk keutuhan sistem struktur.
2.Uji laik fungsi jembatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c dilakukan dengan
membandingkan kesesuaian konstruksi jembatan terhadap dokumen perencanaan serta apabila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan khusus.
3.Uji laik fungsi jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk mengetahui
kemantapan struktur sebelum jembatan dipergunakan untuk umum pasca konstruksi atau pasca
rehabilitasi.

19
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN
Bagian KELIMA, Laporan Operasi, Pemeliharaan dan Pemantauan Jembatan
PASAL 22
1.Hasil operasi, pemeliharaan dan pemantauan jembatan disusun oleh Pengelola Jembatan dalam
Laporan Operasi, Pemeliharaan dan Pemantauan jembatan atau terowongan jalan.
2.Laporan pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. laporan rutin pemantauan mencakup hasil pengamatan dan pengukuran geometri jembatan;
b. laporan tahunan pemantauan berupa rangkuman laporan geometrik, laporan kondisi,
laporan hasil uji laik fungsi selama satu tahun serta evaluasinya.
c. laporan pemeriksaan inventarisasi;
d. laporan pemeriksaan detail;
e. laporan pemeriksaan khusus; dan
f. laporan tindak tanggap darurat bila diperlukan.
3.Laporan operasi dan laporan pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada akhir
tahun dirangkum masing-masing menjadi laporan tahunan operasi dan laporan tahunan
pemeliharaan.

20
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN DAN TEROWONGAN JALAN
Bagian KELIMA, Laporan Operasi, Pemeliharaan dan Pemantauan Jembatan dan Terowongan Jalan
PASAL 22
4.Laporan tahunan operasi dan laporan tahunan pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) bersama laporan tahunan pemantauan disusun dalam satu laporan tahunan operasi,
pemeliharaan dan pemantauan.
5.Laporan tahunan operasi, pemeliharaan dan pemantauan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) disampaikan kepada Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan untuk dikaji.

21
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN DAN TEROWONGAN JALAN
Bagian KEENAM, pengelolaan dokumen
PASAL 23
1.Dokumen jembatan dan terowongan jalan diperlukan untuk menunjang evaluasi keamanan
jembatan dan terowongan jalan.
2.Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain terdiri atas:
a. dokumen studi kelayakan;
b. dokumen tahap perencanaan teknis;
c. dokumen tahap pelaksanaan konstruksi; dan
d. dokumen tahap pengelolaan operasional dan pemeliharaan.
3.Pemilik jembatan dan terowongan jalan bertanggung jawab atas pengelolaan semua dokumen
jembatan dan terowongan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
4.Pengelolaan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan cara:
a. pendokumentasian setiap kegiatan dan hasilnya;
b. penyimpanan dokumen;
c. pemeliharaan dokumen; dan d. pemutakhiran.

22
BAB III TATA CARA OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN JEMBATAN DAN TEROWONGAN JALAN
Bagian KEENAM, pengelolaan dokumen
PASAL 23
5. Pemilik jembatan dan terowongan jalan wajib menyediakan dokumen jembatan
dan terowongan jalan paling sedikit 3 (tiga) rangkap salinan dan 3 (tiga)
rangkap salinan digital, yang setiap rangkapnya disimpan pada:
a. kantor pemilik jembatan atau terowongan jalan;
b. kantor pengelola jembatan atau terowongan jalan; dan c. Komisi Keamanan
Jembatan dan Terowongan Jalan.
6. Pengelola jembatan dan terowongan jalan bertanggung jawab atas
pemutakhiran, pengarsipan dan tersedianya satu set dokumen di kantornya, serta
menyampaikan catatan pemutakhiran kepada Komisi Keamanan Jembatan
dan Terowongan Jalan.
7. Dokumen jembatan dan terowongan jalan harus tetap berada ditempatnya
selama umur layan jembatan dan terowongan jalan.

23
1. Pemeliharaan JEMBATAN

2. TATA CARA PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI KERUSAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN

3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN

PANDUAN PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA
1993
1
PEMELIHARAAN
JEMBATAN

25
1. pemeliharaan JEMBATAN
1. 1. UMUM
‐ Pemeliharaan jembatan mencakup tiga jenis pekerjaan yaitu :
• Pemeliharaan Rutin

• Pemeliharaan Berkala

• Rehabilitasi dan perbaikan Besar

26
1. pemeliharaan JEMBATAN
1.2. PEMELIHARAAN RUTIN ELEMEN –ELEMEN UNTUK PEMBERSIHAN

Pelaksanaan pembersihan
Kegiatan Pembersihan mencakup :
‐ Membersihkan tanah, kerikil, pasir, dsb dari
tempat yang seharusnya tidak ada dan yang
mungkin mempunyai pengaruh
membahayakan.
‐ Pembersihan tumbuhan liar terutama daerah
perletakan / landasan dan expansion joint,
pada dinding batu atau beton dan sekitar
struktur kayu.
‐ Membersihkan tanda – tanda, papan nama
jembatan dan sandaran yang dicat.

27
1. pemeliharaan JEMBATAN
1.3. PEMELIHARAAN BERKALA
UMUM
Pemeliharaan berkala adalah usaha untuk menjaga jembatan tetap dalam kondisi dan daya layan yang
baik setelah pembangunan yang mencakup beberapa kegiatan yaitu :

KEGIATAN PEMELIHARAAAN BERKALA PERBAIKAN SEDERHANA


• Pengecatan ulang • Penggantian bagian –bagian kecil elemen
• Penggantian lapisan permukaan yang kecil

• Penggantian lantai kayu • Perbaikan tiang dan sandaran

• Penggantian kayu jalur roda kendaraan • Perawatan bagian – bagian yang bergerak

• Pembersihan jembatan secara kkeseluruhan • Perkuatan bagian yang structural

• Pemeliharaan peletakan / landasan • Perbaikan tebing yang longsor dan terkena


erosi
• Penggantian expansion joint
• Perbaikan bangunan pengaman yang
sederhana
28
1. pemeliharaan JEMBATAN
1.4. PERBAIKAN DARURAT DAN PENANGANAN SEMENTARA

Penanggulangan darurat dapat mencakup kegiatan berikut :


• Perbaikan pada bagian awal guard rail (pengaman )
• Pembuatan bangunan penahan tanah untuk menahan timbunan dan sebagainya
• Perbaikan bangunan pengaman aliran sungai
• Pembuatan pembaatasan sementara lainnya atau mengalihkan lau lintas ke jalan alternative
• Pemasangan jembatan sementara
• Penggantian komponen
Penanganan sementara dapat mencakup kegiatan berikut :
• Membuat penyangga sementara dari bagian bawah gelagar
• Penambahan baut untuk memperkuat komponen
• Penambahan tiang pancang pada tiang pancang yang sudah ada
• Memasang bangunan sementara diatas bangunan yang sudah ada guna memindahkan beban
bangunan atas yang ada.

29
2
TATA CARA PEMELIHARAAN
DAN REHABILITASI
KERUSAKAN YANG
BERHUBUNGAN DENGAN
BAHAN
30
2. TATA CARA PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI KERUSAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN
2.1. UMUM
Prosedur pemeliharaan dan perbaikan dibagi dalam beberapa jenis kerusakan sebagai berikut :
- Elemen dengan bahan pasangan batu / bata
- Elemen dengan bahan beton
- Elemen dengan bahan baja
- Elemen dengan bahan kayu

2.2. Elemen dengan bahan pasangan batu / bata


Tiga masalah utama yang harus diperhatikan sehubungan dengan jembatan yang memakai
material pasangan batu / bata :
‒ Penurunan mutu dan retak
‒ Permukaan pasangan yang menggembung
‒ Hancur atau sebagian batu bata hilang

31
2. TATA CARA PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI KERUSAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN
2.2. Elemen dengan bahan pasangan batu / bata
• Penurunan mutu dan retak
Penurunan mutu batu : akibat mengandung mineral sekunder yang tingi dan berada pada alam terbuka.
Penurunan mutu adukan/spesi : akibat waktu, lapuk karena erosi air, kwalitas yang rendah sewaktu
pengerjaannya.

• Permukaan pasangan yang menggembung


Perubahan bentuk atau penggembungan dapat terjadi pada luas sampai 8 meter persegi dan mudah
untuk ditangani seperti dinding penahan tanah dan tembok sayap
Cara penanganan :
• Lepasakan pasangan batu / bata yang rusak, periksa apakah terdapat tanah timbunan yang jenuh
air atau tidak padat dibelakang dinding pasangan batu / bata
• Gantilah pasangan batu / bata yang rusak dengan jenis material yang setara atau sama dengan
aslinya dalam ukuran dan bentuknya.
• Hubungan antara permukaan lama dengan baru harus ditangani dengan baik dan terikat dengan
baik.
32
2. TATA CARA PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI KERUSAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN
2.2. Elemen dengan bahan pasangan batu / bata
• Hancur atau sebagian batu bata hilang
Penanganan secara umum adalah sebagai berikut :
- Gantilah bagian yang hilang / pecah tersebut dengan material seperti yang disebutkan dalam
spesifikasi atau setara dengan aslinya dalam bentuk dan ukurannya.
- Bilamana bagian hilang tersebut iperlu diganti dengan yang dibangun kembali, maka hubungan
bagian yang lama dengan yang baru harus ditangani seperti diuraikan dalam perbaikan pasangn
batu / bata yang retak.

33
2. TATA CARA PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI KERUSAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN
2.3. Elemen dengan bahan beton Langkah-langkah perbaikan beton

Perbaikan kerusakan beton mencakup :


- Kerontokan beton
- Beton keropos
- Beton yang berongga
- Mutu beton yang jlek
- Beton yang tidak padat

34
2. TATA CARA PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI KERUSAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN
2.3. Elemen dengan bahan baja
KERUSAKAN PENURUNAN MUTU LAPISAN PELINDUNG TERHADAP KARAT
Penurunan mutu lapisan pelindung ini dapat disebabkan oleh :
‐ Umur
‐ Lingkungan yang mengandung karat
‐ Lapuk
‐ Kecelakaan
‐ Penanganan yang buruk pada waktu awal
‐ Kekerasan/tangan jahil

Cara penanganan:
Dilakukan pembersihan, kemudian pengecatan sepanjang lapisan yang berkarat

35
2. TATA CARA PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI KERUSAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN
2.3. Elemen dengan bahan BAJA
KERUSAKAN KARAT PADA ELEMEN BAJA

Cara Penanganan :
‐ Bersihkan secara menyeluruh semua permukaan yang berkarat untuk menentukan luas penampang
yang rusak/hilang dari komponen jembatan.
‐ Jika luas kerusakan kurang dari 15% maka bagian tersebut harus dibersihkan seluruhnya dan dicat
sebagaimana diuraikan pada kerusakan penurunan mutu lapisan akibat karat.
‐ Jika luas kerusakan melebihi 15% maka diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan dengan
tepat strategi pemeliharaan.

36
2. TATA CARA PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI KERUSAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN
2.3. Elemen dengan bahan BAJA
KERUSAKAN DEFORMASI PADA ELEMEN BAJA (PERUBAHAN BENTUK)

Cara Penanganan :

‐ Perbaikan
Perbaikan umumnya perupakan pekerjaan meluruskan komponen. Dilakukan dengan menggunakan
tekanan atau pemanasan dengan panas tertentuyang diijinkan atau kombinasi dari keduanya.

37
2. TATA CARA PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI KERUSAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN
2.3. Elemen dengan bahan BAJA
‐ Penunjang

Penunjang akan mempengaruhi panjang bentangan efektif dari elemen tersebut. Contoh penunjang
adalah sebagai berikut :
o Menunjang gelagar yang melendut atau balok kepala melintang antara dua perletakan.
o Menunjang ikatan angin ujung yang rusak pada rangka baja untuk menghentikan penurunan.
‐ Perkuatan

Dilaksanakan untuk jenis pekerjaan perbaikan yang sementara maupun tetap apabila ada suatu
komponen yang mengalami lendutan.

o Bila lendutan yg terjadi akibat adanya beban berlebih maka beban tersebut harus
dihilangkan dahulu sebelum diperkuat.

o Bila lendutan yg terjadi akibat rusaknya komponen karena tertabrak/kecelakaan, sambungan


disesuaikan dengan bahan yang disalurkan melewati bagian yg rusak.

‐ Penggantian
Mengembalikan elemen pada kapasitas struktural semula.

38
2. TATA CARA PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI KERUSAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN
2.3. Elemen dengan bahan BAJA
KERUSAKAN RETAK PADA ELEMEN BAJA

Cara Penanganan :
‐ Menghilangkan gaya dengan membor suatu lubang pada bagian ujung yg retak
Metode ini hanya dipakai untuk keretakan yang kecil saja
‐ Memperbaiki dengan cara pengelasan
Perbaikan yang dilakukan pada baja yang mengalami keretakan
‐ Memperbaiki dengan membuat plat penutup
Plat penutup dipakai untuk memperkuat elemen yang rusak dengan cara pengelasan dengan baut
‐ Memperkuat atau mengganti
Elemen baja yang rusak diperbaiki dengan memperkecil beban yang dipikul dengan meletakkan balok
penunjang pada elemen yang rusak

39
2. TATA CARA PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI KERUSAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN
2.3. Elemen dengan bahan BAJA
KERUSAKAN RUSAK ATAU HILANGNYA ELEMEN BAJA

Cara Penanganan :
‐ Jika elemen tersebut masih diperlukan maka harus diadakan penggantian atau perbaikan
‐ Jika elemen baja tersebut yg pecah/ rusak akan diperbaiki, maka teknik perbaikan yang dilakukan
yaitu :
o Pengelasan, pemasangan baut atau paku keling pada bagian yg baru
o Perkuatan atau meringankan beban yang dipikul oleh bagian yang pecah/rusak
o Penggantian bagian yang rusak

40
2. TATA CARA PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI KERUSAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN
2.3. Elemen dengan bahan BAJA
KERUSAKAN IKATAN/SAMBUNGAN YANG LONGGAR
Cara Penanganan :
‐ Baut atau paku keling
o Jika elemen longgar maka harus dikencangkan. Dan apabila elemen dengan mutu tinggi maka
baut harus dibuang dan diganti baru
o Jika sambungan paku keling longgar maka harus diganti dengan yang baru.
o Jika diameter lubang baut/ paku keling menjadi besar karena adanya pergerakan elemen yg
longgar maka lubang harus diperbesar sampai adanya ukuran baut/ paku keling yang akan
digunakan.
‐ Sambungan las
Jika elemen longgar terjadi karena las yg pecah maka ujung bahan dibersihkan dan dipersiapkan
untuk dilas kembali.

41
2. TATA CARA PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI KERUSAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN
2.3. Elemen dengan bahan kayu
KERUSAKAN KAYU YANG RUSAK

Kerusakan pada kayu serta penanganannya mencakup :


‐ Pembusukan kayu
Jika bagian yang membusuk sekitar 15% maka kayu tersebut harus diganti/disokong
Jika masih dalam kondisi baik maka permukaan dilapisi dengan catoli/aspal dan dibungkus dengan
lapisan pengikat
‐ Serangan serangga
Kayu dapat diganti atau ditopang
‐ Pecah atau retaknya kayu
Memasang alat pengikat dan mengganti elemen yang rusak
‐ Bengkok
Kayu dapat diperkuat atau dilakukan penggantian

42
3
DAERAH ALIRAN SUNGAI,
PENGAMANAN
SCOURING/GERUSAN DAN
TIMBUNAN
43
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.1. UMUM
Akan diuraikan prosedur pemeliharaan dan perbaikan kerusakan untuk elemen-elemen dibawah ini:
- Daerah aliran sungai, pengamanan scouring, timbunan
- Bangunan bawah
- Perletakan dan balok penahan gempa
- Elemen bangunan atas
- Expansion joints
- Rambu-rambu dan kelengkapannya

44
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.2. Perbaikan daerah aliran sungai, bangunan pengamanan scouring dan daerah timbunan
Perbaikan dan pengamanan daerah aliran sungai
KERUSAKAN PENGENDAPAN/PENDANGKALAN
Pengendapan/Pendangkalan sungai dapat mengakibatkan:
- Alur sungai menjadi sempit maka dapat mengakibatkan terjadinya afflux yang berlebihan.
Cara penanganan:
- Mengeruk endapan lumpur yang terjadi.
- Memeriksa daerah terjadinya degradasi pada
bagian hulu jembatan untuk menstabilkan.
- Jika arah aliran sungai menyamping dalam
timbunan, gunakan krib, bronjong, dinding
penahan tanah, dan turap.
- Buat pelantaian yang rendah pada dasar
sungai yang berupa parit.

45
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.2. Perbaikan daerah aliran sungai, bangunan pengamanan scouring dan daerah timbunan
KERUSAKAN PENUMPUKAN SAMPAH DAN HAMBATAN
Kerusakan ini mencakup masalah-masalah sebagai berikut:
- Penumpukan sampah.
- Bagian-bagian bekas pembongkaran jembatan.

Cara penanganan:
- Semua sampah dan penghalang harus dibuang dari daerah aliran sungai.
- Pembersihan sampah, harus diperhatikan bahwa tidak terjadi kerusakan akibat adanya batang
pohon yang besar pada jembatan.
- Pembersihan elemen bekas jembatan lama menggunakan alat besar atau crane.

46
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.2. Perbaikan daerah aliran sungai, bangunan pengamanan scouring dan daerah timbunan
KERUSAKAN SCOURING/PENGGERUSAN
Cara penanganan:

Turap digunakan pada air sungai yang Bronjong digunakan pada air sungai yang
dalam dan/ tanah lunak. Digunakan dangkal dan pondasi yang kuat.
sebagai pengamanan pondasi bagian
bawah.

47
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.2. Perbaikan daerah aliran sungai, bangunan pengamanan scouring dan daerah timbunan
KERUSAKAN SCOURING/PENGGERUSAN
Cara penanganan:

Dinding beton digunakan pada air sungai Rip-rap digunakan untuk melindungi
yang dangkal dan ponadi yang kuat pondasi disekeliling pilar.
dimana aliran air dapat dipindahkan
selama pelaksanaan.

48
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.2. Perbaikan daerah aliran sungai, bangunan pengamanan scouring dan daerah timbunan
KERUSAKAN SCOURING/PENGGERUSAN
Cara penanganan: Krib digunakan pada lokasi
dekat tebing untuk pengamanan tebing dan
megarahkan aliran sungai.

49
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.2. Perbaikan daerah aliran sungai, bangunan pengamanan scouring dan daerah timbunan
KERUSAKAN SCOURING/PENGGERUSAN
Cara penanganan:

Pembuatan perkerasan lantai digunakan Tetrahedra digunakan jika terjadi lubang


pada aliran sungai yang dangkal dimana akibat scouring dan gunanya untuk erosi
aliran sungai dapat dipindahkan selama yang terjadi.
pelaksanaan.

50
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.2. Perbaikan daerah aliran sungai, bangunan pengamanan scouring dan daerah timbunan
KERUSAKAN SCOURING/PENGGERUSAN
Cara penanganan:
Pengamanan dasar sungai digunakan
untuk terjadinya degradasi yang tidak
terlalu dalam dan dibuat melintang penuh
selebar sungai.

Pengamanan dasar sungai –


Turap baja

Pengamanan
dasar sungai –
Pagar ganda
dengan isian
batu

Pengamanan dasar sungai – dinding beton dan dinidng


51 bronjong
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
Timbunan dan Pondasi
KERUSAKAN PERMUKAAN TANAH BERTULANG YANG MENGGEMBUNG
Penggembungan pada dinding tanah bertulang merupakan suatu hal yang berbahaya.
Penggembungan ini dapat disebabkan oleh masalah berikut :
‐ Sambungan pada strip/plat baja rusak atau patah.
‐ Tanah timbunan yang dipakai berkualitas rendah (tidak memenuhi spesifikasi) dan kadar air·
yang sangat tinggi.

CARA PENANGANAN :
Diperlukan "pemeriksaan khusus" untuk
menyelidiki penyebab yang terjadi. Biasanya
tanah timbunan tersebut harus dibongkar
terlebih dahulu sehingga daerah yang
rusak dapat diperbaiki.

52
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.3. PERBAIKAN BANGUNAN BAWAH
1. Akibat Anker tidak stabil
Cara Penanganan :
a.Mengikat pada tiang yang agak jauh dari sungai dan sejajar dengan kabel angker
b.Angker yang sudah ada tidak boleh dipotong
c. Angker sementara diikat dengan angker lama ataupun pada kabel.

Pemasangan angker sementara. Sumber :


53
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.3. PERBAIKAN BANGUNAN BAWAH
2. Pergerakan Kepala Jembatan atau Pilar
Cara Penanganan :
a.Kurangi tekanan tanah, jika perlu dibuang.
b.Tahan gerakan melintang dengan kabel pengikat jika mungkin. Angker harus kuat dan kebel di
tegangkan dengan wartel mur
c. Buat pondasi tambahan.

54
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.4. PERBAIKAN PERLETAKAN DAN BALOK PENAHAN GEMPA
1. Penahan gempa yang longgar atau hilang
Cara Penanganan :
a.Ganti baut penahan yang hilang atau kencangkan apabila logger.
b.Pasang karet penahan gempa yang baru apabila karet penahan gempa tersebut rusak atau hilang.

Pemasangan angker sementara. Sumber :

55
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.4. PERBAIKAN PERLETAKAN DAN BALOK PENAHAN GEMPA
2. Landasan yang tidak dapat bergerak
Penyebab :
a.Pengakaratan
b.Baut penahan bawah terlalu panjang
c. Baut landas rol terlalu kencang
d.Tidak cukupnya tenpat bergerak antara dinding dan kepala jembatan dengan lantai bangunan atas.
3. Kedudukan landasan yang tidak sempurna
Penyebab :
a.Pompakan epoxy untuk mengisi lubang antara dudukan dengan landasan karet
b.Mengangkat bangunan atas dan dudukan landasan pada tempatnya.

56
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.4. PERBAIKAN PERLETAKAN DAN BALOK PENAHAN GEMPA
4. Landasan mengalami deformasi berlebih

57
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.5. PERBAIKAN ELEMEN BANGUNAN ATAS
1. Pergerakan Expansion joint yang berlebih
Cara Penanganan :
a.Menyambung dengan dowel
b.Pasang joint yang fleksibel pada celahnya
c. Memasang balok penopang dibawah gelagar atau pelat lantai
2. Lendutan yang berlebih pada pelat lantai
a.Buruknya pelaksanaan
b.Sambungan longgar
c. Material yang buruk
d.Kurangnya diaphragm antar gelagar

58
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.5. PERBAIKAN ELEMEN BANGUNAN ATAS
3. Pipa cucuran dan drainase yang tersumbat
Kerusakan mencakup :
a. Lubang drainase dinding pada kepala jembatan, penahan tanah, dinding pilar berlubang dan dinding
pelengkung.
b. Pipa cucuran yang melalui lantai
Penanganan :
a. Dilakukan pemeriksaan setiap tahunnya.
b. Pipa cucuran dilakukan pemeriksaan sedikitnya 4 bulan sekali

4. Hilangnya pipa cucuran dan drainase lantai


Material cucucran yang lapuk, aus dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Dalam hal ini ujung pipa
berkarat dan tidak dapat mengalirkan air, pipa harus diperpanjang minimal 100mm dibawah gerlagar.

59
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.6. PERBAIKAN EXPANSION JOINT
Expansion Joints
Expansion joint biasanya merupakan titik lemah pada suatu jembatan dan biasanya memerlukan
perbaikan setelah beberapa tahun pemakaian.
Ada banyak jenis expansion joint dan dapat dibagi kedalam 3 kelompok utama:
‐ Expansion joint terbuka (sambungan yang paling sederhana)
Bukaan dari sambungan harus dijaga supaya tetap bersih dari kotoran dan batu supaya bangunan
atas dapat bergerak dengan bebas.
‐ Expansion joint yang kedap air
‐ Expansion joint yang kedap air dan tertanam
Apabila expansion joint yang kedap air bocor, maka harus segera diperbaiki. Cara perbaikannya
tergantung kepada jenis khusus dari sambungan dan harus mengikuti penanganan khusus
sebagaimana dianjurkan oleh pabrik pembuatnya.

60
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.6. PERBAIKAN EXPANSION JOINT
KERUSAKAN EXPANSION JOINT YANG TIDAK DAPAT BERGERAK
Expansion joint tidak dapat bergerak dapat terjadi karena berbagai sebab:
‐ Pelapisan ulang yang berlebihan yang mengakibatkan tersumbatnya sambungan
‐ Batu atau barang lain secara tidak disengaja jatuh dan masuk kedalam sambungan
‐ Bergeraknya Bangunan Bawah yang mengakibatkan memendeknya Jembatan

Gambar 5.33 – Pelapisan Ulang Yang Berlebihan

Gambar 5.34 – Batu di dalam Sambungan


Gambar 5.35 – Bergeraknya
Bangunan Bawah

61
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.6. PERBAIKAN EXPANSION JOINT
CARA PENANGANAN :
Pelapisan ulang yang telalu tebal
‐ Potong lapisan aspal menurut garis lurus yang rapi sejauh 200 mm dari masing-masing sisi
sambungan.
‐ Buang lapisan aspal yang terletak diantara kedua potongan tersebut.
‐ Kasarkan dan bersihkan dengan baik bidang permukaan lantai jembatan yang terbuka tersebut.
‐ Bentuklah cetakan untuk memberi lapisan pelindung baru.
‐ Laburkan lem epoxy yang sudah disetujui pada permukaan lantai jembatan yang terbuka tersebut.
‐ Cor lapisan pelindung yang baru dengan menggunakan beton bertulang yang berserat dan
berkekuatan tinggi atau beton epoxy.
‐ Rawatlah lapis pelindung baru tersebut sesuai dengan spesifikasi.
‐ Jika Sambungan yang tertutup yang diperlukan:
‐ Laburkan lem epoxy pada bidang samping dari sambungan yang baru terbentuk.
‐ Pasangkan seal karet/neoprene.
62
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.6. PERBAIKAN EXPANSION JOINT
Bahan yang menyumbat dalam sambungan
Bahan apa saja yang secara tidak disengaja menyumbat masuk kedalam sambungan harus dikeluarkan
oleh organisasi Pemeliharaan Rutin.
Bergeraknya bangunan bawah
Jika macetnya sambungan jembatan diakibatkan oleh karena bergeraknya bangunan bawah, maka hat
tersebut memerlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan cara penanganan secara menyeluruh
jembatan tersebut.

63
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.6. PERBAIKAN EXPANSION JOINT
KERUSAKAN EXPANSION JOINT YANG RUSAK ATAU HILANG
CARA PENANGANAN :
‐ Bersihkan dan kasarkan permukaan beton yang rusak.
‐ Lapisi dengan lem epoxy pada permukaan beton yang sudah dibersihkan
‐ Pasang kembali baja siku dengan epoxy mortar sesuai dengan spesifikasi dari pabrik pembuatnya.
‐ Epoxy mortar baru di curing .
Jika angker dalam lantai beton/pada dinding belakang kepala jembatan terlepas, maka diperlukan
perbaikan dengan melakukan pembongkaran bagian belakang beton/memasang pengikat/angker baru.

64
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.6. PERBAIKAN EXPANSION JOINT
KERUSAKAN LAPISAN ASPAL YANG RETAK DIATAS PELAT BAJA EXPANSION JOINT
CARA PENANGANAN :

Jika lebar retak < 5 Bersihkan retakan tersebut dengan sempurna dan angkat setiap bahan yang terlepas. Lapisi
mm retakan dengan bahan aspal yang lentur.
Jika lebar retak > 5 • Potonglah daerah aspal yang rusak dengan lurus dan buang setiap aspal yang lepas atau
mm butirannya diantara kedua potongan.
tetapi < 35 • Kasarkan dan bersihkan seluruh permukaan yang terbuka pada bagian atas pelat baja atau
mm lantai jembatan.
• Lapisi dengan lem epoxy yang telah disetujui pemakaiannya keatas lantai jembatan yang
terbuka, pelat gehncir dan sisi dari aspal yang dipotong.
• lsilah alur tadi dengan cairan aspal lentur yang stabil. Jika bahannya terlalu kenyal maka dapat
distabilkan dengan memanaskannya dan menambahkan serbuk gergaji.
• Biarkan sampai mengeras sebelum lalu-lintas dibuka.
Jika lebar retak > 35 Pertimbangkan penanganan-penanganan berikut ini :
mm • Jenis penanganan yang sudah disebutkan diatas
• Mengganti pelat gelincir dengan adukan mortar khusus dan karet fleksibel atau dengan bahan
pengisi aspal lentur. Ikuti cara penanganan pada kerusakan 801
65
3. DAERAH ALIRAN SUNGAI, PENGAMANAN SCOURING/GERUSAN DAN TIMBUNAN
3.7. FASILITAS LALU-LINTAS DAN UTILITAS
KERUSAKAN PEMBATAS-PEMBATAS YANG RUSAK ATAU HILANG

KERUSAKAN RAMBU-RAMBU LALU-LINTAS DAN MARKA JALAN YANG AUS ATAU LAPUK
Kejelasan rambu dan marka jalan dapat rusak karena :
‐ cuaca
‐ Aus karena kikisan ban (pada marka jalan)
‐ Kerusakan lain akibat tindakan kekerasan.

KERUSAKAN HILANGNYA MATERIAL RAMBU LALU-LINTAS DAN MARKA JALAN


KERUSAKAN LAPUKNYA LAMPU PENERANGANAN, TIANG LAMPU DAN KABEL LISTRIK
KERUSAKAN UTILITAS

66
THANKS!

67

Anda mungkin juga menyukai