Gagal Napas: Kelompok 5
Gagal Napas: Kelompok 5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAGAL NAPAS
Kelompok 5
KELOMPOK 5
Andi Suhriyana 110 2015 0041
Amirah Jihan Afry 110 2015 0042
Alvi Kamal Fikri 110 2015 0043
Andi Adinda Farach Dhea 110 2015 0044
St. Devi Regina Octavia 110 2015 0050
Afsah Maulindah Ilyas 110 2015 0056
Sultan Govinda 110 2015 0057
Muhammad Iqbal Gaffar 110 2015 0058
Rezky Darmawan Arifin 110 2015 0067
Indah Chintya Maharani 110 2015 0089
Fadhilah Nur Azizah 110 2015 0157
Ref: Adi, P.R., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta`: Interna Publishing, p.1425.
Kondisi yang memengaruhi saraf dan
otot yang mengendalikan pernapasan
Ref: Adi, P.R., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta`: Interna Publishing, p.1425.
Overdosis obat dan mengonsumsi
minuman beralkohol berlebihan.
Ref: Adi, P.R., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta`: Interna Publishing, p.1425.
Keadaan gagal untuk memenuhi
kebutuhan oksigen jaringan
Ref: Adi, P.R., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta`: Interna Publishing, p.1425.
2. Bagaimana hubungan patomekanisme
gejala berdasarkan scenario ?
Patomekanisme Asma
Yang pertama yang harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas. Usaha
untuk membebaskan airway harus melindung vertebra servikal.
Oropharyngeal airway
Jika tidak ada refleks bertahak dapat dipakai oro-pharyngeal airway .
• Gagal napas
• Infark miokard akut (IMA)
• Gagal jantung
• Syok
• Kesadaran menurun
• Kasus-kasus dgn kebutuhan O2 meningkat
• Pasca operasi besar
• Keracunan CO
Sirkulasi
Gangguan sirkulasi harus dipasang sedikitnya 2 IV line di
vena lengan bawah dan di kubiti. Pada saat memasang
kateter IV harus diambil contoh darah untuk permintaan
darah dan pemeriksaan laboratorium rutin. pasien diinfus
dengan 1-2 liter untuk dewasa dan 20ml/kg untuk anak-
anak dengan cairan awal kristaloid seperti RL, sebaiknya
ringer laktat. Bila tidak ada respon dengan dengan
pemberian bolus kristaloid tadi, diberikan transfusi darah.
Respon pasien kemudian diobservasi selama pemberian
cairan awal. Perhitungannya adalah pemberian 3L
kristaloid untuk mengganti 1L darah.
RESUSITASI JANTUNG PARU (CPR)
Rekomendasi untuk melakukan kompresi dada secara
manual yang diselingi dengan nafas buatan tetap diberikan
kepada penolong terlatih yang mampu melakukannya.
Kompresi dada dilakukan dengan kecepatan 100 hingga
120/mnt dengan kedalaman minimum 2 inci (5cm) untuk
dewasa dengan rasio kompresi-ventilasi tanpa saluran udara
lanjutan untuk 1-2 penolong 30 : 2 untuk pasien dewasa (2
nafas buatan setelah 30 kompresi). Satu kali hembusan
lakukan dalam waktu 1 detik dengan jeda sekitar 3 – 4 detik
untuk melakukan hembusan berikutnya
Disability
Tentukan tingkat kesadaran memakai skor
GCS/AVPU
Nilai pupil: besarnya,isokor atau tidak, refleks
cahaya dan awasi tanda – tanda lateralisasi
Evaluasi dan re-evaluasi airway, oksigenasi,
ventilasi dan circulation
Exposure
Buka pakaian penderita
Cegah hipotermia: beri selimut hangat dan tempatkan pada
ruangan yang cukup hangat
Ref:
1. American College of Surgeons Committee On Trauma. Editor. Advanced Trauma Life Support for Doctors. Uniter States of America: American College of Surgeons
Committee On Trauma;2008
2. ATLS Advenced Trauma Life Support. Student Course manual. 7th Edition. Page 20
3. Loscalzo, Joseph. HARRISON Pulmonolgi dan Penyakit Kritis. Ed. 2. Hal. 223-224
4.Asih dan effendi. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG
4. Bagaimana cara tindakan selanjutnya
jika terjadi kegagalan pada penanganan
awal ?
stabilisasi dan mencegah perburukan.
Kontrol saluran napas, tatalaksana ventilasi, stabilisasi
sirkulasi dan terapi farmakologis. Karena penderita-
penderita dengan gagal nafas banyak mengeluarkan lender
sehingga memperberat beban pernafasan
Pemasangan Pipa Endotrakheal
1. Nitu ME, Elger H. Respiratory failure. Ped Rev 2009;30:470-4. . Ralston M, Hazinski MF, Zaritsky AL, Schexnayder SM, Kleinman ME. PALS
Pedriatic advance life support. American Academy of Pediatrics, American Heart Association, 2006.
Obat golongan B2-agonis
Obat golongan ini mempunyai mekanisme kerja yaitu
dengan menyebabkan bronkodilatasi, meningkatkan
klirens mukosiliari, stabilitas sel mast dan
menstimulasi otot skelet. Obat yang bekerja selektif
pada reseptor b2 merupakan bronkodilator paling efektif
dengan efek sampingyang lebih minimal pada terapi asma.
1. Nitu ME, Elger H. Respiratory failure. Ped Rev 2009;30:470-4. . Ralston M, Hazinski MF, Zaritsky AL, Schexnayder SM, Kleinman ME. PALS
Pedriatic advance life support. American Academy of Pediatrics, American Heart Association, 2006.
Obat golongan B2-agonis
Aminofilin Teofilin
1. Nitu ME, Elger H. Respiratory failure. Ped Rev 2009;30:470-4. . Ralston M, Hazinski MF, Zaritsky AL, Schexnayder SM, Kleinman ME. PALS
Pedriatic advance life support. American Academy of Pediatrics, American Heart Association, 2006.
Aminofilin
Indikasi:
obstruksi saluran napas reversibel, asma akut berat (lihat tabel).
Peringatan:
lihat pada teofilin.
Interaksi:
lihat teofilin.
Efek Samping:
lihat teofilin. Alergi terhadap etilendiamin dapat menyebabkan
urtikaria, eritema, dan dermatitis eksfoliatif.
Dosis:
Oral 100-300 mg, 3-4 kali sehari sesudah makan.
1. Nitu ME, Elger H. Respiratory failure. Ped Rev 2009;30:470-4. . Ralston M, Hazinski MF, Zaritsky AL, Schexnayder SM, Kleinman ME. PALS
Pedriatic advance life support. American Academy of Pediatrics, American Heart Association, 2006.
Teofilin
Indikasi:
obstruksi saluran napas reversibel, asma akut berat (lihat tabel).
Peringatan:
penyakit jantung, hipertensi, hipertiroidisme, tukak lambung, gangguan fungsi hati
(kurangi dosis, lihat Lampiran 2), epilepsi, kehamilan (lihat Lampiran 4), menyusui
(lihat Lampiran 5), lansia, demam, hindari pada porfiria.
Interaksi:
lihat Lampiran 1 (teofilin) dan keterangan di atas.
Efek Samping:
takikardia, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna yang lain, sakit kepala,
stimulasi sistem saraf pusat, insomnia, aritmia, dan konvulsi terutama bila
diberikan melalui injeksi intravena cepat.
Dosis:
Dewasa: 130-150 mg, jika diperlukan dapat dinaikkan menjadi 2 kalinya.
Anak: 6-12 tahun: 65-150 mg, kurang dari 1 tahun: 65-75 mg, 3-4 kali sehari
sesudah makan.
1. Nitu ME, Elger H. Respiratory failure. Ped Rev 2009;30:470-4. . Ralston M, Hazinski MF, Zaritsky AL, Schexnayder SM, Kleinman ME. PALS
Pedriatic advance life support. American Academy of Pediatrics, American Heart Association, 2006.
5. Bagaimana komplikasi yang bias terjadi
jika tidak ditangani berdasarkan scenario ?
Kompliasi Primer : Diakibatkan sistem pernapasan itu
sendiri
1. Nitu ME, Elger H. Respiratory failure. Ped Rev 2009;30:470-4. . Ralston M, Hazinski MF, Zaritsky AL, Schexnayder SM, Kleinman ME. PALS
Pedriatic advance life support. American Academy of Pediatrics, American Heart Association, 2006.
Komplikasi Primer
1. Hipoksia
Hipoksemia yang terjadi dapat mengakibatkan pasokan
oksigen yang tidak mencukupi ke jaringan, atau Hipoksia.
Hipoksia Ringan : Hipoksia dapat mengakibatkan
peningkatan aktivitas saraf simpatis sehingga
mengakibatkan Takikardia, diaphoresis, vasokonstriksi
sistemik, diikuti dengan hipertensi.
Hipoksia Berat : Hipoksia yang lebih berat dapat
menyebabkan bradikardia, vasodilatasi, hipotensi, serta
menimbulkan iskemia miokard, infark, artimia dan gagal
jantung. Hipoksia juga dapat menyebabkan Asidosis laktat
dan perubahan kesadaran
Referensi : Amin, Zulkifli dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Ed : VI. Jakarta : Internal Publishing. Hal : 4074, 4089, 4096-4099.
2. ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrome ) & ALI ( Acute
Lung Injury )
ARDS merupakan sindrom yang ditandai oleh
peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kepiler
terhadap air, larutan dan protein plasma, disertai
kerusakan alveolar difus. ALI & ARDS didiagnosis ketika
bermanifestasi sebagai kegagalan pernafasan berbentuk
hipoksemia akut.
Referensi : Amin, Zulkifli dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Ed : VI. Jakarta : Internal Publishing. Hal : 4074, 4089, 4096-4099.
Komplikasi Sekunder
1. Penggunaan Artifisial Airway
Pertimbangan insersi jalan napas artificial, seperti
endotracheal tube (ETT) berdasarkan manfaat dan risiko
jalan napas. Resiko jalan napas artificial ialah trauma
insersi, trauma orofaring atau nasofaring karena
penekanan kronik, kerusakan trakea, gangguan respon
batuk, risiko aspirasi meningkat, gangguan fungsi
mukosiliar, risiko infeksi meningkat.
Referensi : Amin, Zulkifli dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Ed : VI. Jakarta : Internal Publishing. Hal : 4074, 4089, 4096-4099.
2. Penggunaan Ventilator
Pengaruh pada paru-paru :
Barotrauma mengakibatkan emfisema, pneumotoraks dan
tension pneumothorax.
Referensi : Amin, Zulkifli dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Ed : VI. Jakarta : Internal Publishing. Hal : 4074, 4089, 4096-4099.
3. Keracunan Oksigen
Keracunan oksigen dapat terjadi dikarenakan lama
paparan oksigen, daya serap oksigen, dan tekanan oksigen
yang tidak sesuai. Penggunaan oksigen konsentrasi tinggi
dapar merusak paru,
Referensi : Amin, Zulkifli dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Ed : VI. Jakarta : Internal Publishing. Hal : 4074, 4089, 4096-4099.
4. Efek Samping obat
Agonis Bete-adrenergik : Tremor, takikardia, aritmia, dan
hipokalemia. Efek kardiak bisa mengakibatkan nyeri dada dan
iskemia, walaupun jarang terjadi. Komplikasi lain yang jarang
terjadi adalah perburukan hipoksemia karena eksersebasi dari
ketidaksesuaian ventilasi-perfusi.
Antikolinergik :Takikardia, palpitasi dan retensi urin.
Teofilin : Takikardia, mual muntah. Komplikasi yang lebih parah
ialah aritmia jantung, hipokalemia, perubahan status mental dan
kejang.
Kortikosteroid : hipokalemia, retensi natrium dan air, miopati
steroid akut, gangguan system imun, kelainan psikiatrik, dan
perdarahan gastrointestinal.
Referensi : Amin, Zulkifli dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Ed : VI. Jakarta : Internal Publishing. Hal : 4074, 4089, 4096-4099.
6. Bagaimana secondary survey pada
scenario ?
Anamnesis AMPLE
Secondary
Pemfis Head to toe
Survey
- Foto Torax
- Pulse Oxymetri
Pem. Penunjang
- Analisa gas darah
- Pengawasan EKG
Jika perawatan
definitive tidak Dokter yang
dapat disediakan di melakukan rujukan
rumah sakit harus melakukan
Pasien harus
setempat, pindahkan komunikasi yang
diresusitasi dan
pasien ke rumah baik mengenai
distabilisasi terlebih
sakit terdekat yang kondisi dan masalah
dahulu
memiliki sumber yang dialami pasien
daya dan kepada dokter
kemampuan untuk penerima rujukan
merawat pasien