Anda di halaman 1dari 41

‫‪Merawat Kematian‬‬

‫‪Oleh: M. Danusiri‬‬
‫السلم عليكم ورحمة ال وبركاته‬
‫بسم ال الرحمن الرحيم‬
‫رضيت بال ربا وبالسلم دينا وبمحد نبيا ورسول ‪.‬‬
‫‪,.‬ربى زدنى علما وارزقنى فهما‬

‫اللهم انفعنى بما علمتنى وعلمنى ما ينفعنى وارزقنى علما تنفعنى به‪ .‬رب‬
‫اشرح لى صدرى ويسرلى امرى واحلل عقدة من لسانى يفقه قولى‪ .‬رب‬
‫‪.‬هب لى أمين ‪ ,‬يا رب العالمين حكما والحقنى بالصالحين‬
Menghadapi Sakaratul M aut
• Menurut tuntunan Rasul, menghadapi orang sakaratul
maut supaya dituntun membaca tahlil. Kata beliau:

‫لقنوا موتاكم بل إله إل الله‬


Tuntunlah orang yang akan mati diantara kamu dengan lafal Laa

ilaaha illallah.

Menuntun lafal ini hingga ia


meninggal.
Catatan Tentang Tahlil
Membaca Tahlil sesuai petunjuk hanya dalam tiga hal:
1.Dzikir (ingat)kepada Allah kepada Allah baik dilafalkan maupun hanya
dalam batin.
2. Dalam berdzikir itu semata-mata mencari ridla Allah
‫ فإن الله قد حرم على النار من قال‬:‫فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم‬
(‫لإله إل الله محمد رسول الله يبتغى بذالك وجه الله )متفق عليه‬
Maka Rasululah saw bersabda: Sesungguhnya Allah telah
mengharamkan neraka bagi yang membaca laa ilaaha illallah
Muhammadur Rasuulullah, yang dengan itu mengharap ridla Allah
(HR Muttafaqun ‘alaih)
3. Untuk menuntun orang sekaratul maut sebagaimana hadis di atas
Oleh karena itu, jangan membacanya dengan niat dikirimkan orang
mati !
Implikasi
• Ibnu Hajar al-Asqalani, penulis hadis Bulugh al-
Maram mengharamkan perbuatan apapun selain
talkin laa ilaah illallah kepada orang yang sedang
naza’ menuju kematian.

• Membaca surat Yasin termasuk haram karena


semua hadis yang berkenaan dengan fadlilah surat
Yasin menurut para ahli kritik ilmu hadis berkenaan
dengan orang mati tidak ada yang shahih.
Analisis Membaca Surat Yasin
• Membaca surat Yasin diyakini memudahkan orang
yang sedang sakaratul maut menuju kematian.
• Akidah/keyakinan ini tidak ada dasarnya dalam
Islam.
• Surat Yasin, sebagaimana Alquran secara
keseluruhan adalah untuk peringatan dan petunjuk
bagi orang hidup.

supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-


orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan
azab) terhadap orang-orang kafir: QS.Yasin:70
Membaca surat Yasin di
hadapan orang mati
mementingkan orang hidup,
menyia-nyiakan orang yang
akan mati. Kalau sudah mati,
yang hidup lega. Yang
mati ? ? ?
Surat Yasin untuk orang sakaratul maut
• “Iqra’u> ya>si>n ‘ala> mauta>kum” (Bacakan surat
Yasin kepada orang yang akan mati diantara kamu).
Kualitas hadis ini lemah karena: (1) Abu Usman
sebagai salah satu periwayat ini majhu>l (tidak
diketahui atau tidak dikenal). Padahal, gerakan
menghimpun hadis dalam suatu kitab dan
menyeleksinya mana yang autentik dari Nabi dan
yang bukan melibatkan hampir 500.000 orang yang
sebagiannya adalah ilmuwan di bidang hadis (pakar
hadis). (2) Ayah Abu Usman yang juga periwayat
hadis ini juga majhu>l. (3) Hadis ini lemah (d}a’i>f)
dengan jenis kelemahan muz}tharrib (jalur sanad
saling bertukar dengan jalur sanad hadis lain. Jadi
sanadnya ruwet) (4) Abu Bakar Ibnul ‘Arabi
mengatakan bahwa tidak ada satu pun hadis yang
s}ah}i>h} tentang bacaan surat yasin untuk orang
mati (al-‘Aun al-Ma’bu>d, VIII : 390)
• “Ma> min mayyitin yamu>tu fayuqra’u ‘indahu ya>si>n
illa> Hawwana-lla>hu’alaihi” (Tidak ada seorang pun yang
akan mati, lalu dibacakan surat Yasin di sampingnya (posisi
naza’ ) melainkan Allah memudahkan kematiannya). Bukhari
dan Muslim – yang keduanya digelari amir al-mu’mini>n fi>
al-h}adi>s - mengatakan bahwa dalam hadis ini ada
periwayat yang bernama Marwan bin Salim al-Jaziri. Ia
adalah munkar al-h}adi>s. Ia juga sering memaalsukan
hadis. Al-‘Arubah al-Harrani mengatakan bahwa tak satu pun
hadis tentang bacaan surat yasin yang diperuntukkan orang
mati itu s|}ah}i>h}. (Mi>za>n al-I’tida>l, IV : 90-91)

• “Man za>ra qabra wa>lidaihi kullu jum’atin faqara’a


‘indahuma> Au ‘indahu ya>si>n ghufira lahu bi’adadi kulli
a>yatin au h}arfin” (Barang siapa menziarahi kurur kedua
orang tuanya setiap jumat lalu membacakan surat yasin di
samping (pusara) keduanya atau disampingnya, maka ia
diampuni dosanya sejumlah kalimat atau huruf (dari surat
yasin tersebut) . Hadis ini palsu. Pemalsunya adalah ‘Amr bin
Ziad Abu al-H}asan as-Saubani (Mi>za>n al-I’tida>l, IV :
364-365)
Ayat al-Qur’an tentang Kematian

Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang


waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan
tidak dapat (pula) memajukannya (QS al-A’raf/7:34).
Kalau ada pengunduran atau kemajuan saat meninggalnya seseorang
adalah semata-mata kehendak Allah.
Doa memohon kepada Allah untuk percepatan atau pengunduran
matinya seseorang itulah yang mungkin bisa dipahami. Masalahnya.
Pantaskah memohon kepada-Nya untuk percepatan kematian
seseorang ?
Istirja’
• Apabila ada peristiwa kematian, matanya
dipejamkan. Bibir dikatupkan dan Dagu diikatkan
ke atas kepala, dan ditutup dengan kain.
• Segera mengcucapkan istirja’:
‫ اللهم‬. ‫إنا لله وإنا إليه راجعون‬
‫أجرنى فى مصبتى واخلف لى‬
‫خيرا منها‬
Sesungguhnya (kita berasal) Dari Allah dan kepada-Nya (kita) akan
kembali. Ya Allah berilah pahala karena musibahku ini, dan gantilah
untukku yang lebih baik daripadanya
Kewajiban terhadap orang Mati
• Menurut as-Sunnah dan menurut kitab fikih apapun
kewajiban terhadap orang mati hanya ada empat
hal:
• Memandikan
• Mengafani
• Menyalati
• Mengebumikan
Selain itu tidak ada, adat apapun tidak ada jaminan
kebenaran, mungkin malah terjerumus kepada
niyahah.
Memandi
kan mayat
Tidak ada contoh dari Rasulullah
dalam memandikan mayat dengan
diawali dan diakhiri dengan wudlu
Cara memandikannya dibersihkan
kotoran dari lubang-lubang,
kemudian disiram bagian kanan
dalam bilangan ganjil, lalu bagian
kiri berulang-ulang, digosok pelan
dan dibilas hingga bersih. Bagian
akhir dicampur dengan wewangian
Petunjuk Rasul tentang kuburan
• Rasululah melarang memberi batas dengan tembok,
cor, cungkup, bangunan di atasnya:

,‫نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم ان يجصص القبر‬


‫وان يقعد عليه‬,
(‫وان يبنى عليه )رواه مسلم عن جرير رضي الله عنه‬.
Rasulullah saw melarang menembok
kuburan, duduk di atasnya, dan
membuat bangunan di atasnya (HR
Muslim dari Jarir).
Mengafani
Mayat Inti mengafani adalah
menutup/membungkus
seluruh tubuh jenazah.
Mengafani mayat
menggunakan kain
putih/mori sederhana,
jangan yang mahal-mahal,
mubazir, demikian
peringatan Rasulullah.
Contoh Mayat Kafanan
Menyalati Jenazah
• Usahakan suci sebagaimana akan shalat-shalat lain.
• Tidak ada ruku’, sujud, dan at-Tahiyyat
• Cukup berdiri dengan 4 tabir.
• Jika jenazah laki-laki, imam berada lurus dengan
kepala. Mayat di hadapan mushalli.
• Jika mayat perempuan, imam berdiri lurus dengan
lutut. Mayat di hadapan mushalli.
• Usahakan jumlah shaf (barisan) ganjil atas dasar
sunnah Rasul.
Illustrasi shalat Jenazah
Peragaan
1. Takbir: Allahu Akbar
2. Membaca surat al-Fatihah dan membaca shalawat
3. Takbir kedua, Allahu Akbar
4. Doa, umpama: Allahummaghfir lahu warhamhu
wa’afihi wa’fu ‘anhu, dst . . .
5. Takbir ketiga, doa umpama: Allahumma latahrimna
ajrahu wala taftinna ba’dahu, dst . . .
6. Takbir ke empat, Allahu Akbar, bisa langsung
salam, bisa doa lagi.
7. Salam, assalamu ‘alaikum warahmatullahi
wabarakatuh (menoleh ke kanan dan ke kiri).
Mengantar ke Makam

1. Tidak ada contoh dari Rasulullah dan sahabat


mengazani dan ikomat dalam memulai
pemberangkatan
2. Tidak ada tuntunan dari Rasulullah membaca tahlil
sepanjang jalan
3. Pengendara di depan, pejalan kaki di sebelah
menyebelah atau di belakang
4. Wanita tidak mengantar ke makam sekiranya
membuat masalah bagi dirinya
Memakamkan Jenazah
1. Wajah menghadap kiblat
2. Tidak ada contoh dari Rasulullah, sahabat dan
tabiin mengazani dan mengikomati menjelang
menimbun dengan tanah
3. Mengucap ‘bismillah ‘ala millati Rasulillah”
4. Tidak ada talkin sesudah ditimbuni tanah
5. Boleh, sangat utama, berdoa untuk ampunan dan
keteguhan si mayat.
Merawat Jenazah sudah selesai dan sempurna.
Selebihnya unsur lain lain, umumnya justru TBC+S
Bentuk Makam

TIDAK BOLEH
MENGIJING,
MENEMBOK, DAN
Rumah KUBURAN
Makam Ma’la
Catatan

Orang-orang yang nekad membangun kuburan


akan mengatakan bahwa kuburan Baqi’ dan
Ma’la di Makkah dan Madinah tanpa ada
banguan itu karena pemerintah saudi Arabia
bermazhab Wahabi!. Mereka boleh berkata
begitu, tetapi bagaimana dengan hadis
riwayat Muslim ini ? Apa karena
melaksanakan perintah Rasulullah menjadi
Wahabi ? Apakah yang menentang perintah
Rasulullah tidak bisa disebut ‘membangkang?
• Apakah yang menentang perintah Rasulullah tidak bisa
disebut ‘membangkang? Apakah yang membangkang
dari larangan Rasulullah dapat disebut Ahlusunnah
waljamaah ?
• Bagaimana kita di Jawa dan tempat-tempat lain
memewah-mewahkan kuburan ? Apakah ruh yang
dikiburannya dimewahkan juga merasa mewah ? Apa
petunjuk atau dalilnya ? apa ada orang yang dijamin
kebenarnnya dapat mengatakan bahwa ruh itu juga
hidup mewah karena dibangun rumah mewah di
atasnya?
• Bisakah kita berpikir membedakan pendapat rasa dan
syariat ? Jika rasa berbeda dengan syariat dimenangkan
ras a?
Mengirim Doa ?
Istilah ‘mengirim doa’ adalah istilah kabur tidak bermakna,
mungkin sengaja diciptakan untuk mengaburkan ajaran Islam
yang sebenarnya, atau memang tidak menyadari sama sekali.
Istilah ‘mengirim’ adalah memberikan sesuatu kepada orang
lain secara tidak langsung, kemudian menggunakan
perantara, contohnya adalah mengirim surat melalui jasa pos,
kirim paket melalui jasa kurir.
Hakikat doa, sinonim dengan meminta, adalah tidak memiliki
sesuatu. Karena tidak punya uang, atau alat tukar, dan ingin
memilikinya, maka tindakan satu-satunya adalah meminta
(doa) atau hutang.
Dengan demikian, hakikat ‘kirim doa’ adalah yang tidak
berrmakna.
Praktik Doa
• Praktik kirim doa meluas di tengah-tengah
masyarakat luas. Contohnya adalah ‘tahlilan’ dan
yasinan yang pahalanya dikirimkan kepada arwah
sejak para Nabi-Rasul, malaikat, Orang-orang yang
diyakini sebagai wali, ulamak besar, hingga leluluhur.
• Rumusannya demikian :
‫اللهم تقبل واوصل ثواب ما قرأناه من القران العظيم وما‬
‫ هللنا وما سبحنا ومااسغفرنا وما صلينا على‬. .
Ya Allah, terimalah dan sampaikan pahala apa yang
kami baca, baik dari al-Qur’an yang Agung, tahlil,
istighfar, dan shalawat kami kepada . . .
Allah pembawa pahala

Manusia punya Ruh di alam barzah


pahala Penerima pahala
Pertanyaan Kritis
• Allah diminta sebagai kurir Pahala. Pantaskah memperlakukan
Allah sebagai perantara.
• Bukankah dalam asmaul husna Allah memiliki Nama yang Indah:
al-Ghanni (Yang Maha Kaya), al-”Alim (Yang Maha Tahu), al-
Wahhaab (Yang Maha Memberi), al-Qadir (Yang Maha Kuasa) ?
• Allah memang ar-rahman (Maha kasih sayang memperkenankan
segala permohonan). Bukankah kita harus sadar diantara
perwujudan ar-Rahman adalah istijraj (bahasa Jawa ngulu) ?
• Bukankah kita tidak boleh memohon kepadanya yang memang
dilarang, seperti mendoakan ampunan bagi orang yang nyata-
nyata mati dalam keadaan kafir, sebagaimana kita sadar tidak
boleh berdoa keselamatan ketika akan berbuat zina, mencuri,
korupsi, dan lainnya yang sejenis ?
Tolok Ukur Kebenaran :Bukti sejarah
1. Tidak ada contoh dari Rasulullah. Beliau tidak mengirim pahala
kepada istrinya, Siti Chatijah, yang telah wafat.
2. Tidak ada contohnya para Sahabat yang masih hidup mengirim
pahala kepada Rasulullah ketika beliau telah wafat
3. Tidak ada contoh para Tabi’in mengirim pahala kepada para
Sahabat yang telah wafat
4. Tidak ada contoh dari Tabi’ut Tabi’in mengirim pahala kepada
Tabi’in yang telah wafat.
5. Tidak ada perintah maupun anjuran dari Allah, sebagaimana
terdapat dalam al-Qur’an, dan Rasulullah, sebagaimana dalam
al-Hadis,untuk mengirim pahala orang yang mati maupun orang
hidup.
6. Jadi, ritual mengirim pahala itu buatan orang-orang belakangan
(muta’akhirin) tanpa dasar syariat, kecuali syariat buat-buatan.
Komentar Ulamak Mazhab
Sebelas mazhab: Hanafiah, Malikiyah, Syafi’iyyah,
Hambaliyyah, Sufyan sauri, Sufyan ‘uyainah, Lais bin
Rahawaih, Ibnu Jarir, ath-Thabir, az}-Z{ahiriyyah, dan
Auza’iyyah menolak tahlilan dan perjamuannya (al-‘Alawi,
[t.th.]: 69).

Banyak ulama Syafiiyyah mengatakan bahwa tahlilan


dengan mengirim pahala adalah bid’ah (as-Sarbani,[t.th.]:
368; al-Qulyubi, [t.th.],I: 353; an-Nawawi, 1417 H,V:l86; al-
Haitami,[t.th.],I:577; ad-Dimyati,[t.th.],II:146; al-
Qirmani,no.18,1933:285; as-Sarbani, 1415 H,I:210. Sepuluh
mazhab yang lainnya juga senada dengan syafiiyyah,
meskipun menggunakan term lain: Hanafiah mengatakannya
bid’ah (al-Amin,1386 H,II:240), Malikiah mengatakannya bid’ah
(ad-Dasuki,[t.th.],I:419, Hambaliah m,engatakannya makruh
dan seperti jahiliyah (al-Muqaddasi,1405 H,II:215)
sebagaiannya mengharamkan dan sebagainnya
mengatakannya bid’ah (Ibnu Taimiyyah,[t.th.],I:316.
Khususnya imam mazhab yang empat
(Malikiyyah, Hanafiyyah, Syafiiyyah, dan
Hanbaliyyah) mengatakan bahwa membaca
Alquran yang pahalanya dikirimkan kepada orang
mati itu tidak akan sampai. Dalilnya adalah ‘wa
an laisa lil insa>ni illa> ma> sa’a (dan seseorang
tidak akan memperoleh, melainkan pahala
usahanya sendiri (Q.S. an-Najm/53:39) dan hadis
“iza ma>ta ibnu a>ma inqath’a ‘amaluhu illa>
min sala>sin: shadaqatin ja>riyatin au ‘ilmin
yunrafa’u bihi, au waladin shalihin yad’u> lah
(Apabila manusia telah meninggal dunia maka
terputuslah amal usahanya, kecuali tiga hal, yaitu
sedekah jariah, ilmu yang dimanfaatkan, dan
anak salih yang berdoa untuknya (si mayyit) (an-
Nawawi,[t.th.],I:90).
Sebenarnya, ulama Indonesia yang menulis
Dalil Hadis
‫ اللهم اغفرلى وله‬:‫قال رسول الله صلى الله عليه وسلم‬
‫واعقبنى منه عقبى حسنة )رواه إبن ماجه عن ابى‬
‫سلمة‬
Artinya:
Rasulullah saw bersabda: berdoalah (yang artinya) Ya
Allah ampunilah aku dan dia dan baguskanlah
kepadaku sepeinggal darinya suatu kebaikan (HR.
Ibnu Majah dari Abu Salamah).

Kematian Raja Najasyasi
Ketika Raja Najasyasi meninggal dunia,
kemudian beritanya sampai kepada
Rasulullah, beliau bersabda:
(‫ )رواه البخارى‬. . . ‫إستغفروا لخيكم‬
Artinya . . . Mohonkan ampunan untuk
saudaramu (HR. al-Bukhari dan
Muslim/Muttafaqun ‘alaih dari Abi
Hurairah).
Orang mati tidak membawa kecuali
amalnya sendiri
‫عن انس رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه‬
,‫ اهله وماله وعمله‬:‫ يتبع الميت ثلث‬:‫وسلم قال‬
‫ يرجع اهله وماله‬.‫ويبقى واحد‬
(‫ويبقى عمله )متفق عليه‬.
Dari Anas ra, dari Rasulullah saw beliau bersabda: yang
mengikuti mayit itu tiga hal: keluarganya, kekayaannya, dan
amalnya. Yang dua kembali, yang satu tetap (mengikuti).
Kembalilah keluarga dan kekayaannya, maka tetaplah amalnya
(HR Muttafaqun ‘alaih – Riyadhushshalihin:233).
Jadi, yang bukan amalnya tidak menyertainya. Percuma kan
kirim kulhu dll ?
Dasar pengirim pahala
‫ أن رجل قال للنبي صلى الله عليه‬,‫عن عائشة رضي الله عنه‬
‫وسلم‬:
‫ فهل لها اجر إن‬,‫إن امى افتلتت نفسها لو تكلمت تصدقت‬
‫تصدقت عنها‬
(‫ نعم )متفق عليه‬:‫؟ قال‬
Dari ‘Aisyah Ra, bahwa seorang bertanya kepada Nabi
saw. Sesungguhnya ibuku mati mendadak, seandainya
ia bisa ngomong, pasti ia bersedekah. Apakah ia bisa
mendapat pahala jika aku bersedekah untuknya?
Jawabnya: iya (HR Muttafaqun ‘alaih).
Anak hanya sekedar melanjutkan niat ibunya. Hartanya
juga harta ibunya. Jadi semacam panitia, atau amil.
Dari hadis Di atas
• Menjadi dalil:
1. berkurban atas nama yang telah meninggal
2. ‘Aqiqah atas nama yang meninggal
3.Amal jariah seperti untuk masjid, pondok pesantren,
sekolahan atas nama yang telah meninggal
4. Pengeluaran dana yang lain atas nama yang telah
meninggal
Wallahu a’lamu bishawab.
Tuntunan dari al-Qur’an

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor),


mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-
saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah
Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun
lagi Maha Penyayang.“ (QS al-Hasyr/59: 10).
Kesimpulan: Mengirim
Pahala tak berdasar lugas,
mendoakan ampunan
untuk orang mati
dianjurkan, bahkan
diperintahkan oleh Allah
dan Rasulullah
Dengan demikian, dalil ini berlaku bagi pengirim
pahala karena tidak ada contohnya sejak dari
generasi Rasulullah hingga tabi’ut tabi’in:

‫ من عمل عمل‬:‫قال رسول الله صلى الله عليه وسلم‬


(‫ليس له امرنا فهو رد )رواه مسلم عن عا ئشة‬
Barang siapa yang beramal suatu
amalan yang tidak ada urusannya
dengan kami, maka pasti tertolak.
Amalan Yang Benar

Sempurna sudah, ajaran Allah dan


Rasulullah.
Tidak perlu mencari-cari syariat di luar Islam
atau membuat-buat syariat.
Tidak ada jaminan kebenarannya
mengurangi, mengganti, dan menambah
syariat yang sudah sempurna
‫‪Penutup‬‬
‫‪• SEMOGA MENJADI PERINGATAN YANG BAIK DAN‬‬
‫‪TAKUT MENENTANGNYA.‬‬
‫‪Mari berdoa mengakhiri kuliah ini:‬‬
‫ربنا لتزغ قلوبنا بعد إذهد يتنا وهب لنامن لدنك‬
‫رحمة إنك انت الوهاب ‪ .‬سبحانك اللهم وبحمد‬
‫ك اشهد ان ل إله إل انت استغفرك واتوب‬
‫إليك‬

‫والسلم عليكم ورحمة الله‬

Anda mungkin juga menyukai