Anda di halaman 1dari 40

RINDHA WIDYANINGSIH, S.FIL, M.

A
 Pengertian Nilai, norma, dan moral
adalah konsep-konsep yang saling
berkaitan.
 Dalam hubungannya dengan Pancasila
maka ketiganya akan memberikan
pemahaman yang saling melengkapi
sebagai sistem etika
 Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada
hakikatnya merupakan suatu nilai yang
menjadi sumber dari segala penjabaran norma
baik norma hukum, norma moral maupun
norma kenegaraan lainnya.
 Di samping itu, terkandung juga pemikiran-
pemikiran yang bersifat kritis, mendasar,
rasional, sistematis dan komprehensif.
 Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat
adalah suatu nilai-nilai yang bersifat
mendasar yang memberikan landasan bagi
manusia dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
 Nilai-nilaitersebut dijabarkan dalam kehidupan
yang bersifat praksis ataukehidupan nyata dalam
masyarakat, bangsa dan negara maka
diwujudkandalam norma-norma yang kemudian
menjadi pedoman.
 Norma-norma itu meliputi :

1. Norma Moral yang berkaitan dengan tingkah


laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik
maupun buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau
tidak susila.
2. Norma Hukum yaitu suatu sistem peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam suatu
tempat dan waktu tertentu ( dalam pengertian ini
peraturan hukum).
 Dalam pengertian itulah Pancasila berkedudukan
sebagai sumber dari segala sumber hukum
SEBAGAI SISTEM NILAI ETIKA
DAN SUMBER NORMA

 Pancasila pada hakikatnya bukan


merupakan suatu pedoman yang langsung
bersifat normatif ataupun praksis
melainkan merupakan suatu sistem nilai-
nilai etika yang merupakan sumber norma
PENGERTIAN ETIKA
 Etika adalah ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita
bersikap dan bertanggung jawab dengan
berbagai ajaran moral
 Etika merupakan suatu pemikiran kritis
dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral.
 Etika adalah kelompok filsafat praktis
(filsafat yang membahas bagaimana
manusia bersikap terhadap apa yang ada)
DUA KELOMPOK ETIKA
 ETIKA UMUM , mempertanyakan
prinsip- prinsip yang berlaku bagi
setiap tindakan manusia.
 ETIKA KHUSUS, membahas prinsip-
prinsip tersebut di atas dalam
hubungannyadengan berbagai aspek
kehidupan manusia, baik sebagai
individu (etika individual) maupun
mahluk sosial (etika sosial)
PENGERTIAN NILAI
 Nilai itu adalah suatu kenyataan yang
tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lainnya.
 Sifat dan kualitas yang melekat pada suatu obyek

 Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik


minat seseorang atau kelompok.
 Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai
yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia.
 Nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati
melalui panca indra manusia, tetapi dalam
kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah
laku atau berbagai aspek kehidupan manusia
dalam prakteknya
APAKAH MENILAI ITU?
 Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan
manusia untuk menghubungkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain kemudian untuk
selanjutnya diambil keputusan.
 Keputusan itu adalah suatu nilai yang
dapat menyatakan berguna atau tidak
berguna, benar atau tidak benar, baik atau
tidak baik, dan seterusnya.
 Penilaian berhubungan dengan unsur
indrawi manusia sebagai subjek penilai,
yaitu unsur jasmani, rohani, akal, rasa,
karsa dan kepercayaan
NILAI SEBAGAI SUATU SISTEM
 Nilai adalah sesuatu yang berharga,
berguna, memperkaya batin dan
menyadarkan manusia akan harkat dan
martabatnya.
 Nilai bersumber pada budi yang
berfungsi mendorong dan mengarahkan
(motivator) sikap dan perilaku manusia.
 Nilai sebagai suatu sistem merupakan
salah satu wujud kebudayaan di samping
sistem sosial dan karya
Hierarkhi Nilai

 Hierarkhi nilai sangat tergantung pada


titik tolak dan sudut pandang individu –
masyarakat terhadap sesuatu obyek
 Misalnya kalangan materialis memandang
bahwa nilai tertinggi adalah nilai meterial
NILAI VERSI MAX SCHELER
 Bahwa nilai-nilai yang ada tidaksama tingginya dan
luhurnya
Ada 4 tingkatan nilai
1. Nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang
berkaitan dengan indra yang memunculkan rasa
senang, menderita atau tidak enak,
2. Nilai kehidupan yaitu nilai-nilai penting bagi
kehidupan yakni : kesegaran jasmani, kesehatan
serta kesejahteraan umum,
3. Nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan
dengan kebenaran, keindahan dan pengetahuan
murni
4. Nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah
modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci.
Nilai ini terdiri dari nilai-nilai pribadi.
VERSI NOTONAGORO
1. Nilai
material yaitu segala sesuatu
yang berguna bagi jasmani manusia

2. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang


berguna bagi manusia untuk
mengadakan suatu aktivitas atau
kegiatan

3. Nilai kerokhanian yaitu segala


sesuatu yang bersifat rokhani manusia
TINGKATAN NILAI
KEROHANIANNOTONAGORO
a. Nilai kebenaran yaitu nilai yang
bersumber pada rasio, budi, akal atau
cipta manusia.
b. Nilai keindahan/estetis yaitu nilai yang
bersumber pada perasaan manusia
c. Nilai kebaikan atau nilai moral yaitu
nilai yang bersumber pada unsur
kehendak manusia
d. Nilai religius yaitu nilai kerokhanian
tertinggi dan bersifat mutlak,
bersumber pada kepercayaan atau
keyakinan manusia
KEDUDUKAN NILAI DAN NORMA
 Dalam pelaksanaanya, nilai-nilai
dijabarkan dalam wujud norma, ukuran
dan kriteria sehingga merupakan suatu
keharusan anjuran atau larangan, tidak
dikehendaki atau tercela.
 Oleh karena itu, nilai berperan sebagai
pedoman yang menentukan kehidupan
setiap manusia.
 Nilai manusia berada dalam hati nurani,
kata hati dan pikiran sebagai suatu
keyakinan dan kepercayaan yang
bersumber pada berbagai sistem nilai
MORAL
 Moral berasal dari kata mos (mores) yang
sinonim dengan kesusilaan, tabiat atau
kelakuan.
 Moral adalah ajaran tentang hal yang baik
dan buruk, yang menyangkut tingkah laku
dan perbuatan manusia.
MENGAPA MANUSIA MEMBUTUHKAN
NORMA?

 Karenasecara sadar manusia


membutuhkan hubungan yang ideal
seimbang, serasi dan selaras itu
tercermin secara vertikal
(Tuhan),horizontal (masyarakat) dan
alamiah (alam sekitarnya)

 Manusia sebagai makhluk sosial dan


makhluk individu, sehingga manusia
menjadi patuh, tunduk kepada norma
NORMA

 Norma merupakan suatu kesadaran


dan sikap luhur yang dikehendaki oleh
tata nilai untuk dipatuhi.
 Norma adalah perwujudan martabat
manusia sebagai mahluk budaya,
sosial, moral dan religi.
 Petunjuk tingkah laku
 Norma adalah perwujudan martabat
manusia sebagai mahluk budaya, sosial,
moral dan religi.
 Norma merupakan suatu kesadaran dan
sikap luhur yang dikehendaki oleh tata
nilai untuk dipatuhi.
 Oleh karena itu, norma dalam
perwujudannya dapat berupa norma
agama, norma filsafat, norma kesusilaan,
norma hukum dan norma sosial.
 Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi
karena adanya sanksi.
NORMA-NORMA YANG TERDAPAT
DALAM MASYARAKAT ANTARA LAIN :
 Norma agama: adalah ketentuan hidup
masyarakat yang bersumber pada agama.
 Norma kesusilaan: adalah ketentuan
hidup yang bersumber pada hati nurani,
moral atau filsafat hidup.
 Norma hukum: adalah ketentuan-ketentuan
tertulis yang berlaku dan bersumber pada
UU suatu Negara tertentu.
 Norma sosial: adalah ketentuan hidup
yang berlaku dalam hubungan antara
manusia dalam masyarakat.
NILAI DASAR, NILAI INSTRUMENTAL
DAN NILAI PRAKSIS

1. NILAI DASAR
 Setiap nilai memiliki nilai dasar yaitu
berupa hakikat, esensi, intisari atau
makna yang dalam dari nilai-nilai
tersebut.
 Nilai dasar itu bersifat universal
karena menyangkut kenyataan
obyektif dari segala sesuatu.
Contohnya : hakikat Tuhan
A. NILAI DASAR KETUHANAN
 Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat
Tuhan maka nilai dasar itu bersifat mutlak
karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab
pertama).

 Segala sesuatu yang diciptakan berasal dari


kehendak Tuhan.
B. NILAI DASAR KEMANUSIAAN
 Ialah nilai dasar yang berkaitan dengan hakikat
manusia, maka nilai-nilai itu harus bersumber
pada hakikat kemanusiaan yang dijabarkan
dalam norma hukum yang diistilahkan dengan
hak dasar
(hak asasi manusia).
C. NILAI KEBENDAAN
 Adalah nilai dasar yang berdasarkan kepada
hakikat suatu benda (kuantitas, aksi, ruang dan
waktu)
 maka nilai dasar itu dapat juga disebut sebagai
norma yang direalisasikan dalam kehidupan
yang praksis
 namun nilai yang bersumber dari kebendaan tsb
tidak boleh bertentangan dengan nilai dasar
yang merupakan sumber penjabaran norma itu.
Nilai dasar yang menjadi sumber etika bagi
bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
2. NILAI INSTRUMENTAL
 Jika nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi
atau negara, maka nilai instrumental itu merupakan suatu
arahan, kebijakan, atau strategi yang bersumber pada nilai dasar
sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu
merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
 Jika nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku
manusia dalam kehidupan sehari-hari maka nilai itu akan
menjadi norma moral.
 Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum
memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan
konkrit.
 Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman
pelaksanaan dari nilai dasar.
Dalam kehidupan ketatanegaraan Republik
Indonesia, nilai-nilai instrumental dapat
ditemukan dalam pasal-pasal undang-
undang dasar yang merupakan
penjabaran Pancasila.
3. NILAI PRAKSIS
 Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari
nilai instrumental dalam kehidupan yang lebih nyata
 dengan demikian nilai praksis merupakan
pelaksanaan secara nyata dari nilai- nilai dasar dan
nilai-nilai instrumental.
 Oleh karena itu, nilai praksis dijiwai kedua nilai
tersebut diatas dan tidak bertentangan dengannya.
 Undang-undang organik adalah wujud dari nilai
praksis, dengan kata lain, semua perundang-
undangan yang berada di bawah UUD sampai
kepada peraturan pelaksana yang dibuat oleh
pemerintah
HUBUNGAN NILAI, NORMA DAN MORAL
 Nilai akan berguna menuntun sikap dan tingkah laku manusia bila
dikongkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif sehingga
memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas
sehari-hari.
 Dalam kaitannya dengan moral maka aktivitas turunan dari nilai
dan norma akan memperoleh integritas dan martabat manusia.
 Derajat kepribadian itu amat ditentukan oleh moralitas yang
mengawalnya.
 Sementara itu, hubungan antara moral dan etika kadang-kadang
atau seringkali disejajarkan arti dan maknanya.
 Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak berwenang
menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang.
 Wewenang itu dipandang berada di tangan pihak yang memberikan
ajaran moral.
ETIKA POLITIK
 Etika politik berbeda dengan moralitas politisi.
 Moralitas politisi menyangkut mutu moral negarawan
dan politisi secara pribadi, misalnya apakah ia korup
atau tidak
 Etika politik menjawab dua pertanyaan :
 Bagaimana seharusnya bentuk lembaga-lembaga kenegaraan
seperti hukum dan Negara (misalnya: bentuk Negara
seharusnya demokratis); jadi etika politik adalah etika institusi.
 Apa yang seharusnya menjadi tujuan/sasaran segala kebijakan

politik, jadi apa yang akan dicapai baik oleh badan legislatif
maupun eksekutif.
POKOK-POKOK ETIKA POLITIK :
Sejak abad ke-17 filsafat mengembangkan
1. Pemisahan antara kekuasaan gereja dan
kekuasaan Negara (John Locke)
2. Kebebasan berpikir dan beragama (Locke)
3. Pembagian kekuasaan (Locke, Montesquie)
4. Kedaulatan rakyat (Rousseau)
5. Negara hukum demokratis/republican (Kant)
6. Hak-hak asasi manusia (Locke)
7. Keadilan sosial
LIMA PRINSIP DASAR ETIKA POLITIK
KONTEMPORER
1. PLURALISME
 Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas,
artinya, untuk hidup dengan positif, damai, toleran, dan
biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda
pandangan hidup, agama, budaya, adat.
 Pluralism mengimplikasikan pengakuan terhadap
kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan
mencari informasi, toleransi.
 Pluralisme memerlukan kematangan kepribadian
seseorang dan sekelompok orang.
 Prinsip pluralism terungkap dalam Ketuhanan Yang
Maha Esa yang menyatakan bahwa di Indonesia tidak ada
orang yang boleh didiskriminasikan karena keyakinan
religiusnya. Sikap ini adalah bukti keberadaban dan
kematangan karakter koletif bangsa.
2. HAM

 Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti


Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hak-hak
asasi manusia menyatakan bagaimana manusia
wajib diperlakukan dan wajib tidak
diperlakukan, jadi bagaimana manusia harus
diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya
sebagai manusia.
 Hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak
maupun kontekstual:

 Mutlak karena manusia memilikinya


bukan karena pemberian Negara,
masyarakat, melainkan karena ia
manusia, jadi dari Sang Pencipta.
 Kontekstual karena baru mempunyai
fungsi dan karena itu mulai disadari,
diambang modernitas dimana manusia
tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan
sebaliknya diancam oleh Negara modern.
TIGA GENERASI HAK-HAK ASASI MANUSIA

 Generasi pertama (abad ke 17 dan 18): hak-hak


liberal, demokratis dan perlakuan wajar di depan
hukum.
 Generasi kedua (abad ke 19/20): hak-hak sosial
 Generasi ketiga (bagian kedua abad ke 20): hak-hak
kolektif (misalnya minoritas-minoritas etnik).

Kemanusiaan yang adil dan beradab juga


menolak kekerasan dan eklusivisme suku dan
ras. Pelanggaran hak-hak asasi manusia tidak
boleh dibiarkan (impunity).
3. SOLIDARITAS BANGSA
 Solidaritas menunjukkan bahwa kita tidak hanya hidup demi diri
sendiri, melainkan juga demi orang lain, bahwa kita bersatu
senasib sepenanggungan.
 Manusia hanya hidup menurut harkatnya apabila tidak hanya
bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada hidup
manusia-manusia lain.
 Sosialitas manusia berkembang secara melingkar: keluarga,
kampong, kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan,
solidaritas sebagai manusia. Maka di sini termasuk rasa
kebangsaan.
 Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan
itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing.
4. DEMOKRASI

 Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada


manusia, atau sebuah elit, atau sekelompok ideology, atau
sekelompok pendeta/pastor/ulama berhak untuk
menentukan dan memaksakan (menuntut dengan pakai
ancaman) bagaimana orang lain harus atau boleh hidup.
 Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang
dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin
mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Demokrasi
adalah “kedaulatan rakyat plus prinsip keterwakilan”.
 Jadi demokrasi memerlukan sebuah system penerjemah
kehendak masyarakat ke dalam tindakan politik.
 Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua
dasar:

 Pengakuan dan jaminan terhadap HAM;


perlindungan terhadap HAM menjadi
prinsip mayoritas tidak menjadi
kediktatoran mayoritas.
 Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan

dalam ketaatan terhadap hukum (Negara


hukum demokratis). Maka kepastian
hukum merupakan unsur hakiki dalam
demokrasi (karena mencegah pemerintah
yang sewenang-wenang).
5. KEADILAN SOSIAL

 Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam


kehidupan masyarakat.
 Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap
ketidakadilan.
 Keadilan sosial mencegah bahwa masyarakat pecah ke dalam
dua bagian; bagian atas yang maju terus dan bagian bawah
yang mungkin hanya dapat survive di hari berikut.
 Tuntutan keadilan social tidak boleh dipahami secara
ideologis, sebagai pelaksanaan ide-ide, ideology-ideologi,
agama-agama tertentu; keadilan social tidak sama dengan
sosialisme.
 Keadilan social adalah keadilan yang terlaksana dalam
kenyataan, keadilan sosial diusahakan dengan membongkar
ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam masyarakat.
 Perlu diperhatikan bahwa ketidakadilan-ketidakadilan itu
bersifat structural, bukan pertama-pertama individual.
 Artinya, ketidakadilan tidak pertama-tama terletak dalam
sikap kurang adil orang-orang tertentu (misalnya para
pemimpin), melainkan dalam struktur-struktur
politik/ekonomi/social/budaya/ideologis.
 Struktur-struktur itu hanya dapat dibongkar dengan
tekanan dari bawah dan tidak hanya dengan kehendak
baik dari atas.
 Ketidakadilan struktur adalah diskriminasi di semua
bidang, terhadap perempuan, diskriminasi atas dasar ras,
suku dan budaya.

Anda mungkin juga menyukai