Anda di halaman 1dari 23

Malaria

Herlina
03014086
Definisi
 Penyakitinfeksi parasit yang disebabkan
oleh protozoa parasit dari genus
plasmodium yang menyerang eritrosit
melalui gigitan nyamuk Anopheles yang
ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual di dalam darah.
Epidemiologi
 >1 milyar penduduk atau 40% dari
penduduk dunia tinggal di daerah
endemis malaria.
 Angka kematian yang dilaporkan 1,5-2,7
juta penduduk/tahun.
 Di indonesia, angka kesakitan 30
juta/tahun dengan angka kematian
100.000/tahun.
Etiologi
 Malaria
: infeksi eritrosit oleh parasit
protozoa dari genus plasmodium.

4 jenis Plasmodium:
 P.Falciparum
 P.Vivax
 P.Ovale
 P.Malariae
Siklus hidup malaria
PATOFISIOLOGI
 Setelah sporozoit dilepas saat nyamuk gigit
manusia, eritrosit mengalami perubahan :
pembentukan knob, sitoadherens, sekuestrasi dan
rosseting

 Parasit dalam eritrosit :


- St. Cincin : permukaan eritrosit akan menumpukan
antigen RESA (ring erytrocite suirgace antigen) yg
menghilang setelah parasit masuk st.matur
- St. Matur : permukaan eritrosit terjadi penonjolan
knob dengan HRP-1(Histidin Rich Protein-1)
sebagai komponen utama .
 Bila eritrosit mengalami merogoni akan
dilepaskan toksin malaria yaitu GPI (Glikosil
Fosfatidil Inositol) yang merangsang pelepasan
sitikin Tnf a dan IL-1 dari makrofag

 Proses penumpukan eritrosit sitoadherens dan


sekuestrasi
 Sitoadherens: peristiwa pelekatan eritrosit infektif
pada reseptor di bagian endotelium venule dan
kapiler
 Eritrosit yang matur mengalami sekuestrasi di
organ vital(otak,ginjal,jantung,paru-paru,hepar)
 Rosseting: pelekatan 1 eritrosit merozoit
diselubungi 10 eritrosit  obstruksi aliran darah
lokal
Manifestasi klinis
 Masa inkubasi
Manifestasi klinis
 Gejala awal non spesifik:
 Sakit kepala, lemas, nyeri perut ,nyeri otot
disertai demam, mual , muntah,batuk
kering dan pembesaran limpa.

 The classic malarial paroxysms:


 Mengigil  Demam tinggi  Berkeringat
banyak dengan interval reguler terutama
P. Vivax dan P.Ovale
Diagnosis
 Suspekmalaria
 Tanda dan gejala tidak spesifik, dicurigai
berdasarkan dari demam atau riw
demam.
 Daerah endemis : demam >37,5’C tanpa
penyebab jelas, harus melakukan
pemeriksaan parasitologi
Parasitological diagnosis
 Mikroskop cahaya (gold standart)
 Dengan sediaan darah tebal dan tipis
apabila dilakukan dengan bener maka
mempunyai spesifitas dan sensitivitas
yang tinggi.
 Pewarnaan giemsa dapat menunjukan
kepadatan dan membedakan spesies
malaria dan stadiumnya.
 Rapid Diagnostic Test
(RDT)

Merupakan
immunochromatogenic test
untuk mendeteksi antigen
spesifik parasit pada finger
prick test. Pemeriksaan ini
tersedia dalam bentuk stik
celup(dipstick),kaset dan kartu.

 WHO, kriteria RDT :


 P.falciparum dan P.Vivax:
skor deteksi pada sampel
minimal 75% dari 200 parasit
per ml darah
 Positif palsu <10%
 Rerata invalid <5%
Tatalaksana
 WHO 2006 lini pertama: Artemisin base
combination therapy
 Derivat aertemisin(berat)
 Artesunate 2,4mg/kg iv dilanjutkan 1,2
mg/kg/hari selama 6 hari
 Artemether 3,2mg/kg IM dilanjutkan
1,6mg/kg/hari selama 3 hari
 Arteether 150mg/hari IM selama 3 hari
 Obat pilihan lain
 Kina dihidroklorida 10mg/kgbb iv dalam
Nacl 0,9% dalam 4 jam di ulang 12 jam
smpai sadar
 Hidrokortison 2 x 100mg/hari iv
 Dexametason 10mg iv, dilanjutkan
dengan 4mg iv tiap 1 jam
Prognosis
Tergantung dari:
 Jumlah densitas parasit, >banyak >buruk
prognosis
 Beratnya kegagalan fungsi ginjal
 kecepatan diagnosis dan ketepatan
pengobatan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai