Anda di halaman 1dari 30

1

Perkembangan Terkini,
Tantangan dan
Prospek Ekonomi Jawa Timur

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV 1


22 Februari 2013
2

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN
GLOBAL

2
33
Perekonomian Global
Pertumbuhan ekonomi Eropa masih terkontraksi, ekonomi AS sedikit lebih tinggi dari
prakiraan sebaliknya ekonomi Jepang lebih rendah..
 Konsumsi RT AS masih tumbuh solid dan Index PMI Manufaktur AS
pasar tenaga kerja membaik serta indikasi

expanding
60

optimisme industri ke fase ekspansi. 55


Konsumsi Eropa masih lemah sejalan 50
meningkatnya pengangguran, meski ada
45 ISM Manufacture
perbaikan di sektor industri dan keyakinan

contracting
ISM Services
konsumen. 40

 Di Asia, ekonomi Jepang terus mengalami 35


Date Dec 2012
tekanan seiring turunnya permintaan 30
Sumber: Bloomberg

Jan-08 Jul-08 Jan-09 Jul-09 Jan-10 Jul-10 Jan-11 Jul-11 Jan-12 Jul-12
global.
PMI Manufaktur dan Jasa Eropa Neraca Perdagangan Jepang
Index, 50 = neutral 60 1600
%yoy billion yen
60 PMI Komposit PMI Non Manufacturing PMI Manufacturing 1200
40
56 800
20
52 400

48 0 0

-400
44 -20 Trade Balance NSA (RHS)
> 50 : Expansion Export -800
40
< 50 : Contraction -40 Import -1200
36 Date Dec 2012
Source: Bloomberg
Source: Bloomberg Date Jan 2013 -60 -1600
Sep-09
Jan-09
Mar-09
May-09

Jan-10
Mar-10
May-10

Sep-10

Jan-11
Mar-11
May-11

Sep-11

Jan-12
Mar-12
May-12

Sep-12
Jul-09

Nov-09

Jul-10

Nov-10

Jul-11

Nov-11

Jul-12

Nov-12
32
Jan-09 Jun-09 Nov-09 Apr-10 Sep-10 Feb-11 Jul-11 Dec-11 May-12 Oct-12
44
Prospek Perekonomian Global
Lembaga-lembaga internasional dalam proyeksi terbaru, merevisi turun prospek ekonomi
dunia
• IMF dalam update WEO Januari PDB Dunia 2013
2013 memprakirakan ekonomi
WEO (IMF) World Bank Consensus Forecast
dunia tumbuh 3,2% (yoy) dan 3,5%
Oct'12 Jan'13 (D) Jun-12 Jan-13 Dec-12 Jan-13
(yoy). Revisi turun WEO Januari 2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2012 2013 2014 2
didasari prakiraan semakin World output3 3.3 3.6 4.1 3.2 3.5 4.1 3.3 3.9 4.2 3.0 3.4 3.9 3.12 3.40 3.16 3.43 3.95
Advanced economies 1.3 1.5 2.3 1.3 1.4 2.2 1.2 1.3 1.3 1.3 2.1
dalamnya krisis Eropa yang United States 2.2 2.1 2.9 2.3 2.0 3.0 2.1 2.4 2.8 2.2 1.9 2.8 2.2 1.9 2.3 2.0 2.8
mengakibatkan kontraksi ekonomi Euro area -0.4 0.2 1.2 -0.4 -0.2 1.0 -0.3 0.7 1.4 -0.4 -0.1 0.9 -0.5 -0.1 -0.4 -0.1 0.9
Japan 2.2 1.2 1.1 2.0 1.2 0.7 2.4 1.5 1.5 1.9 0.8 1.2 1.8 0.6 2.0 0.7 1.0
Eropa hingga tahun 2013 Emerging and developing economies 5.3 5.6 5.9 5.1 5.5 5.9 5.3 5.9 6.0 5.1 5.5 5.7 5.5 5.9 5.5 6.0 6.1
• World Bank dalam Global Developing Asia
China
6.7
7.8
7.2
8.2
7.5
8.5
6.6
7.8
7.1
8.2
7.5
8.5
7.6
8.2
8.1
8.6
7.9
8.4
7.5
7.9
7.9
8.4
7.6
8.0
6.9
7.7
7.3
8.1
6.9
7.7
7.3
8.1
7.5
8.0
Economic Prospect (GEP) India 4.9 6.0 6.4 4.5 5.9 6.4 6.6 6.9 7.1 5.1 6.1 6.8 5.5 6.5 5.4 6.5 7.4
ASEAN-5 5.4 5.8 5.7 5.7 5.5 5.7
memprakirakan ekonomi dunia World trade volume (goods and services) 3.2 4.5 5.8 2.8 3.8 5.5 5.3 7.0 7.7 3.5 6.0 6.7
tumbuh 3,0% (yoy) dan 3,4% (yoy) Commodity prices (U.S. dollars)
Oil (USD per barel) 1
pada tahun 2012 dan 2013. Nonfuel (average based on world
106.2 105.1 - 105.8 99.7 96.8 106.6 103.0 102.4 105.0 102.0 102.2

commodity export weight) -9.5 -2.9 - -9.8 -3.0 -3.0 -8.5 -2.2 -3.1 -9.5 -2.0 -3.2
2
London interbank offered rate (percent)
On U.S.dollar deposits 0.7 0.6 0.7 0.5 0.6 0.7 0.8 1.1 0.5 0.7 1.1
1
rata-rata harga minyak jenis Brent, Dubai, dan West Texas Intermediate (WTI)
2
tenor 6 bulan untuk AS dan Jepang, sedangkan Eropa menggunakan tenor 3 bulan (IMF),
3
IMF dengan bobot Purchasing Power Parity (PPP) Oct-12, dan WB dengan bobot PPP 2005
** Asumsi dalam RDG: Minyak jenis Minas, Libor USD tenor 3 bulan
5

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN
DOMESTIK

5
Perekonomian Domestik : Sisi Permintaan 66

PDB 2012 tumbuh kuat ditopang permintaan domestik, meskipun


sedikit melambat dari periode sebelumnya…
• Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2012 mencapai 6,11%, sementara untuk keseluruhan
tahun 2012 mencapai 6,23%
• Kinerja pertumbuhan permintaan domestik yang tinggi, terutama dari konsumsi rumah
tangga dan investasi, sementara kinerja ekspor turun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
• Ke depan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2013 diprakirakan masih tetap kuat.
% Y-o-Y,Tahun Dasar2000
Pertum buhan Ekonom iSisiPerm intaan
2012
Kom ponen 2011 2012
I II III IV
Konsum siRum ah Tangga 4.7 4.9 5.2 5.6 5.4 5.3
Konsum siPem erintah 3.2 6.4 8.6 (-2.8) (-3.3) 1.2
Pem bentukan M odalTetap Dom estik Bruto 8.8 10.0 12.5 9.8 7.3 9.8
EksporBarang dan Jasa 13.6 8.2 2.6 -2.6 0.5 2.0
Im porBarang dan Jasa 13.3 8.9 11.3 -0.2 6.8 6.6
PDB 6.5 6.3 6.4 6.2 6.1 6.2
Sum ber:BPS
Perekonomian Domestik : Sisi Penawaran 77

Dari sisi sektor produksi, pertumbuhan perekonomian tahun 2012 masih


didorong oleh kinerja sektor industri pengolahan, sektor perdagangan,
hotel dan restoran serta sektor transportasi dan komunikasi.
% Y-o-Y,Tahun Dasar2000
Pertum buhan Ekonom iSisiPenaw aran
2012
S e k to r 2011 2012
I II III IV
Pertanian 3.4 4.3 4.0 5.3 2.0 4.0
Pertam bangan & Penggalian 1.4 2.5 3.3 (-0.3) 0.5 1.5
IndustriPengolahan 6.1 5.5 5.2 5.9 6.2 5.7
Listrik,G as & AirBersih 4.8 5.7 6.5 6.1 7.3 6.4
Bangunan 6.6 7.2 7.3 7.6 7.8 7.5
Perdagangan,Hotel& Restoran 9.2 8.7 8.7 7.2 7.8 8.1
Pengangkutan & Kom unikasi 10.7 10.0 9.9 10.4 9.6 10.0
Keuangan,Persew aan & Jasa 6.8 6.4 7.1 7.5 7.7 7.1
Jasa-jasa 6.7 5.5 5.8 4.5 5.3 5.2
PDB 6.5 6.3 6.4 6.2 6.1 6.2
Sum ber:BPS
8

PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

8
Pertumbuhan Ekonomi Jatim Tahun 2012 9

8 Jawa Timur Indonesia Tren-Jawa Timur  Ekonomi Jatim tahun 2012 masih
7,27 berada dalam tren meningkat (7,27% -
7,22
7
6,68
yoy) serta lebih tinggi dari
%
6,35
6,16
6,46 pertumbuhan Nasional (6,23%).
6 5,84 5,80
6,11
6,20 6,23  Sejak tahun 2010, dibandingkan
6,01
y 5,69 5,50 5,01 dengan beberapa provinsi lainnya di
o 5 Pulau Jawa, Jatim mencatat
y 4,63 pertumbuhan ekonomi tertinggi, yang
4 diikuti oleh DKI Jakarta (6,55%) dan
Jawa Tengah (6,37%).
3
 Proporsinya (25,8%) pun kedua terbesar
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
setelah DKI Jakarta (28,5%).
Banten
Pert. Ekonomi Provinsi di Jawa *)
5,5% Pangsa PDRB Provinsi di Jawa *)
Provinsi di
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pulau Jawa
Jabar
DKI Jakarta 24,4% DKI Jakarta 6,44 6,23 5,02 6,50 6,71 6,55
Jateng
28,5% 14,4% Jawa Timur 6,11 5,94 5,01 6,68 7,22 7,27
Jawa Barat 6,48 6,21 4,19 6,20 6,48 6,21
Jatim
Pertumbuhan di atas nas
25,8%
Jawa Tengah 5,59 5,61 5,14 5,84 6,01 6,37
DIY
Pertumbuhan di bawah nas 1,5% Banten 6,04 5,77 5,45 6,08 6,43 6,13
Pertumbuhan = nas *) tidak termasuk DKI Jakarta DI Yogyakarta 4,31 5,03 4,43 4,88 5,16 5,33
Nasional 6,35 6,01 4,63 6,20 6,46 6,23
Pertumbuhan Ekonomi Jatim Tahun 2012 10

Kontribusi Pertumbuhan Ek. Sektoral


Sisi Penawaran (Sektoral)
Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
• Sumber pertumbuhan tertinggi masih berasal gPertanian 3,16 3,99 3,13 0,78 3,92 2,23 2,53 3,49
dari sektor PHR (3,31% - yoy), diikuti oleh sektor gPertambangan & Penggalian 9,32 8,58 10,50 10,24 6,92 9,18 6,08 2,10
Industri Pengolahan (1,61%) dan Pertanian gIndustri Pengolahan 4,61 3,05 4,64 6,39 2,80 4,32 6,06 6,34
(0,22%). gListrik, Gas & Air Bersih 6,18 4,07 11,81 (17,62) 2,72 6,43 6,25 6,21
• Pertumbuhan tertinggi secara berurutan terjadi gKonstruksi 3,48 1,42 1,21 8,18 4,25 6,64 9,12 7,05
pada sektor PHR (10,06%), Pengangkutan & gPerdagangan, Hotel & Restoran 9,15 9,62 8,39 2,64 5,58 10,67 9,81 10,06
Komunikasi (9,64%) serta Keuangan, Persewaan gPengangkutan & Komunikasi 5,00 6,77 7,77 20,67 12,98 10,07 11,44 9,64
& Jasa Persh (8,01%). gKeuangan, Persewaan & Jasa Perush 7,49 7,46 8,47 11,89 5,30 7,27 8,18 8,01
gJasa - Jasa 4,23 5,27 5,87 19,16 5,76 4,34 5,08 5,07
Produk Domestik Regional Bruto 5,84 5,80 6,11 6,16 5,01 6,68 7,22 7,27

Kontribusi Pertumbuhan Ek. Sisi Permintaan Sisi Permintaan ( C + I + G + (X-M))


Komponen Sisi Permintaan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 • Konsumsi masih menjadi penopang utama
1. Konsumsi Rumahtangga 7,14 7,11 6,32 4,64 7,84 5,01 7,16 6,15 pertumbuhan dengan proporsi di kisaran 76%, yang
2. Kons Lbg Swasta Nirlaba 3,03 6,53 4,94 1,54 5,34 8,54 7,79 5,74
didominasi oleh konsumsi rumah tangga (67,5%).
3. Konsumsi Pemerintah 7,27 8,68 8,25 11,59 12,40 9,41 1,18 1,25
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 8,36 7,22 2,71 5,86 5,22 6,97 11,64 3,68 • Kegiatan investasi mengalami perlambatan sebagai
5. Perubahan Stok 6,10 (47,97) 14,93 (6,35) (109,40) (1.468,95) (15,09) (12,67) akibat dari menurunnya nilai realisasi investasi
6. Ekspor Barang dan Jasa 10,72 8,84 5,63 5,86 9,24 (3,11) 10,67 12,00 Penanaman Modal Asing (PMA).
a. Antar Negara/Luar Negeri 25,41 12,33 6,65 9,11 8,31 8,45 11,81 3,53 • Realisasi belanja modal pemerintah masih belum
b. Antar Daerah/Provinsi 2,19 6,35 4,86 3,37 10,00 (12,32) 9,55 20,50
7. Impor Barang dan Jasa 14,06 6,23 5,33 3,52 9,22 0,61 10,13 7,25
optimal.
a. Antar Negara/Luar Negeri 30,13 2,34 2,43 4,61 6,77 12,30 9,37 12,62 • Transaksi perdagangan luar negeri berada dalam posisi
b. Antar Daerah/Provinsi 3,26 9,53 7,62 2,70 11,10 (7,99) 10,82 2,49 net impor, dengan nilai yang lebih kecil dibandingkan
Produk Domestik Regional Bruto 5,84 5,80 6,11 6,16 5,01 6,67 7,23 7,27 tahun sebelumnya.
Pertumbuhan Ekonomi Jatim 11

8
Jawa Timur Indonesia Tren-Jawa Timur  Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
7,29 7,29 7,27 7,31
7,41 mengalami perlambatan pada triwulan
7,14 7,20
7
6,64 6,58 6,53
7,17 7,11
7,09 IV-2012 mencapai 7,09% (yoy), namun
6,44 6,53 6,50
%
6,03
6,41 6,40 6,90 masih lebih tinggi dibandingkan
6,42 5,81 6,17 6,50 6,50 6,50 6,50
y
6 6,32
5,89 5,85
6,25 5,83
5,42 5,70 5,80
6,40
6,11
pertumbuhan Nasional (6,11%).
5,87
o
5,79
5,18
5,28
 Pendorong pertumbuhan tertinggi masih
y 5
5,01
4,58
berasal dari sektor PHR (10,13% - yoy),
4,37
4 4,33
4,20 diikuti oleh sektor Industri Pengolahan
4,00
(6,17%) dan Pertanian (1,95%).
3  Dari sisi permintaan, konsumsi rumah
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
tangga masih dominan dengan
2007 2008 2009 2010 2011 2012 pertumbuhan mencapai 6,57% (yoy).

Kontribusi Pertumbuhan Ek. Sektoral Kontribusi Pertumbuhan Ek. Sisi Permintaan


2011 2012 2011 2012
Sektor Komponen Sisi Permintaan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Konsumsi Rumahtangga 7,93 6,34 7,44 6,97 5,95 6,40 5,66 6,57
gPertanian 2,82 3,35 2,06 1,64 2,76 4,68 4,36 1,95
2. Kons Lbg Swasta Nirlaba 5,39 10,54 6,26 8,95 6,48 3,77 8,36 4,49
gPertambangan & Penggalian 10,34 5,44 4,55 4,85 5,09 1,66 1,01 1,11 3. Konsumsi Pemerintah (8,40) 1,16 8,65 2,02 4,14 2,59 0,02 (4,06)
gIndustri Pengolahan 6,66 6,08 5,60 5,96 6,23 5,74 7,21 6,17 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,21 7,97 13,96 10,61 2,41 5,32 4,84 8,80
gListrik, Gas & Air Bersih 7,22 7,05 5,17 5,65 7,07 6,69 5,25 5,90 5. Perubahan Stok (18,08) (31,85) (87,56) (3.251,34) 20,84 92,73 456,32 39,86
gKonstruksi 7,42 10,98 8,90 8,99 10,18 5,58 6,84 6,10 6. Ekspor Barang dan Jasa 9,70 10,11 12,30 12,19 11,71 10,44 11,00 12,97
gPerdagangan, Hotel & Restoran 9,60 9,47 10,44 9,69 9,69 10,61 9,79 10,13 a. Antar Negara/Luar Negeri 9,34 12,26 15,08 10,52 9,42 1,50 1,42 2,32
gPengangkutan & Komunikasi 12,41 12,14 11,61 9,85 13,17 8,05 8,79 9,10 b. Antar Daerah/Provinsi 10,06 8,01 9,62 13,86 13,98 19,48 20,74 23,32
7. Impor Barang dan Jasa 5,59 6,11 8,83 9,52 8,56 10,37 9,93 10,36
gKeuangan, Persewaan & Jasa Perush 8,21 8,50 8,17 7,87 7,76 8,92 8,18 7,20
a. Antar Negara/Luar Negeri 5,34 8,34 12,47 11,11 10,06 12,33 13,12 14,65
gJasa - Jasa 3,89 4,48 5,96 5,82 5,18 4,96 4,63 5,50 b. Antar Daerah/Provinsi 5,83 4,12 5,58 8,09 7,22 8,55 6,89 6,35
Produk Domestik Regional Bruto 7,17 7,29 7,29 7,11 7,27 7,31 7,41 7,09 Produk Domestik Regional Bruto 7,17 7,29 7,29 7,11 7,27 7,31 7,41 7,09
Inflasi Jatim di tahun 2012 relatif terjaga 12

Perbandingan Inflasi Jatim vs Nasional (yoy)  Secara tahunan (yoy), inflasi Jatim pada Januari
2013 mencapai 5,13%, berada pada level yang lebih
tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional (4,57%).
 Secara bulanan (mtm), inflasi Jatim tercatat sebesar
0,97%, sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi
nasional (1,03%).
 Berbeda dengan periode sebelumnya, pada
kelompok volatile food tercatat sub kelompok
daging dan hasil-hasilnya menyumbang kenaikan
inflasi cukup tinggi. Sedangkan penurunan harga
emas perhiasan pada periode laporan turut
menekan laju inflasi kelompok core inflation pada
periode laporan, meskipun masih berada pada level
Inflasi Bulanan (mtm) Jatim vs Nasional
yang cukup tinggi dibandingkan kelompok
administered price.

Core Inflation
4,27%

INFLASI Volatile Food


4,50% 6,55%

Administered
2,96%
Perbandingan 10 besar penyumbang inflasi dan deflasi 13

 Berdasarkan komoditasnya, inflasi Jatim terutama didorong oleh peningkatan harga daging
dan telur ayam ras, bawang putih, cabe rawit dan beras. Bahkan dari 10 (sepuluh) komoditas
hanya upah tukang bukan mandor yang kenaikan harganya lebih rendah dibandingkan
nasional. Di lain sisi, rata-rata komoditas Jatim mengalami deflasi lebih tinggi dibandingkan
nasional. Pada bulan Januari 2013, laju deflasi bersumber dari sub kelompok transportasi, sub
kelompok lemak dan minyak, serta sub kelompok sayur-sayuran, yang diindikasikan dari
menurunnya harga tarif angkutan udara dan kereta api, komoditas minyak goreng, gula
pasir, jagung muda dan kubis.
 Dibandingkan periode-periode sebelumnya, pada bulan ini, komoditas rokok tidak
mengalami kenaikan harga yang signifikan.
Perbandingan 10 besar penyumbang Inflasi & Deflasi Tertinggi di Jatim vs Nasional
Inflasi D eflasi
Kom oditas Kom oditas
Jatim N asional Jatim N asional
Daging ayam ras 12.29 9.56 Angkutan udara -10.22 -5.85
Telur ayam ras 10.82 8.90 M inyak goreng -1.30 -0.37
Bawang putih 5 18.61 11.41 Tarip kereta api -2.74 -2.11
Cabe rawit 5 43.29 34.50 Gula pasir -0.49 -0.22
Beras 1.13 0.96 Bandeng -0.39 1.92
Bawang merah 16.73 15.66 Pepaya -1.78 1.38
Tukang bukan mandor 3.50 6.58 Jagung muda -2.64 0.19
Cabe merah 46.75 33.43 Kol putih/kubis -6.88 -2.54
Pisang 5.79 1.85 Telepon seluler -0.40 -0.14
M ujair 9.42 4.54 Kemiri -4.22 -1.11
Inflasi Jatim > Nasional
Inflasi Jatim < Nasional
Deflasi Jatim > Nasional
Deflasi Jatim < Nasional
13
Inflasi Jatim Berdasarkan Kota… 14

Pada Januari 2013 inflasi


Inflasi Inflasi bulanan (mtm) tertinggi
Surabaya Sumenep terjadi di Sumenep (1,54%),
Inflasi Madiun Yoy 4,91% Yoy 6,14% terendah di kota Surabaya
(0,89%). Sedangkan secara
Yoy 4,84% Mtm 0,89% Mtm 1,54%
tahunan (yoy), inflasi tertinggi
Mtm 1,39% di Probolinggo (6,41%),
terendah di Madiun (4,84%)

Inflasi Jember
Yoy 5,41%
Mtm 1,17%

Inflasi Jawa Timur


Inflasi Kediri Inflasi Malang Inflasi
Probolinggo
Yoy 5,14%
Yoy 5,45% Yoy 5,30%
Mtm 0,94% Yoy 6,41% Mtm 0,97%
Mtm 1,05%
Mtm 1,02% 14
15

PERAN BANK INDONESIA


DALAM PEREKONOMIAN
JAWA TIMUR

15
Kebijakan Bank Indonesia Surabaya 16

dalam Perekonomian Daerah Tahun 2012


BANK INDONESIA & KERJASAMA BANK INDONESIA DENGAN PEMPROV JAWA TIMUR
PERBANKAN JAWA TIMUR

STKE – JETS 1. KLASTER KOMODITAS 2. MOU SERTIFIKASI 3. PROGRAM


PENYUMBANG INFLASI TANAH KETAHANAN PANGAN

PROGRAM KERJA BANK INDONESIA SURABAYA

1. PROGRAM 2. UPAYA 3. PENINGKATAN PERAN 4. PENGUATAN FUNGSI


“PENCIPTAAN WIRAUSAHA PENGENDALIAN SISTEM PEMBAYARAN ADVISORY
BARU” INFLASI (KLIRING BPR) PEMERINTAH
17

OUTLOOK PEREKONOMIAN
JAWA TIMUR TH 2012 & 2013

17
Outlook Perekonomian Jawa Timur 2013 18

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur berpotensi untuk terkoreksi, namun masih


tumbuh dalam level yang cukup tinggi, yaitu di kisaran 7,1 – 7,3% (yoy)….
8,0
Faktor Pendorong Jawa Timur
7,1% - 7,3%
1. Potensi peningkatan investasi dan Pert. Ekonomi Indonesia 7,22 7,0% - 7,3%
perdagangan antar pulau melalui strategi 7,0
pendirian atase perdagangan di Provinsi
6,68 6,50 6,3% - 6,7%
6,28
Mitra Dagang Jawa Timur. % 6,01
6,1% - 6,5%
6,0 5,83 5,84 5,80 6,11
2. Realisasi proyek infrastruktur, seperti Jalan 5,94
6,10
Tol Trans Jawa, Double Track Cirebon- y 5,60 5,01
Surabaya, Irigasi, Air Minum Umbulan. o 5,0
5,48
4,78
3. Jaminan investasi dan Birokrasi Reform y 4,50 4,78
5,05
(P2T) sebagai insentif investasi di Jatim. 4,55
4. Upaya penurunan suku bunga kredit 4,0 3,76
melalui peningkatan efisiensi sektor 3,80
perbankan. 3,64
3,0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
Faktor Penghambat
1. Masih berlanjutnya penyelesaian krisis Eropa dan Amerika Serikat, yang berpotensi meluas pada
tertahannya kinerja pertumbuhan ekonomi Cina, India dan Jepang.
2. Kebutuhan energi dan infrastruktur yang masih belum terpenuhi, khususnya terkait fasilitas di
pelabuhan dan bandar udara serta ketersediaan gas dan listrik untuk industri.
3. Faktor gangguan cuaca yang berpotensi mengganggu produksi pertanian.
19

PROYEKSI INFLASI
TAHUN 2013

19
20
Inflasi Jawa Timur diproyeksikan berada pada level 4,5% + 1%

Potensi Resiko Inflasi

Faktor Eksternal Faktor Internal


Harga Komoditas Volatile Food masih
Internasional menjadi faktor risiko
diperkirakan masih inflasi terbesar,
dalam tren terutama terkait
melemah, namun faktor cuaca dan
tetap perlu kondisi pasokan.
diwaspadai
fluktuasinya dalam
jangka pendek Berbagai Kebijakan
Administered price
di Th 2012  Tarif
Kondisi
Dasar Listrik, Harga
perekonomian
Gas Industri, UMK,
Global  Belum
Tarif Cukai Rokok,
stabilnya
perekonomian
negara maju, Belum diperbaikinya
Depresiasi Nilai tata niaga
Tukar Rupiah komoditas utama.
20
21

ARAH KEBIJAKAN
BANK INDONESIA
TAHUN 2013

21
Keputusan RDG 12 Februari 2013
22
22

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 12 Februari


2013 mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%.

Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang
terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%.
Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian Indonesia masih menunjukkan
kinerja yang kuat, namun tetap mewaspadai masih tingginya tekanan terhadap
keseimbangan eksternal sejalan dengan masih kuatnya impor di tengah
pelemahan ekonomi global
Ke depan, Bank Indonesia akan memperkuat bauran kebijakan untuk mendorong
penyesuaian keseimbangan eksternal sehingga defisit transaksi berjalan berada
pada tingkat yang sustainable. Bank Indonesia akan tetap menjaga stabilitas nilai
tukar sesuai dengan fundamentalnya dan mendorong terciptanya pasar valas
yang lebih efisien.
Arah Kebijakan BI 2013 23
23

Ke depan, kebijakan Bank Indonesia akan diarahkan untuk mengelola permintaan


domestik agar sejalan dengan upaya untuk menjaga keseimbangan eksternal. Bank
Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan melalui lima pilar kebijakan.

5 PILAR KEBIJAKAN BANK INDONESIA TAHUN 2013


Suku Bunga
• Konsisten dengan target inflasi

Nilai Tukar
• Konsisten dengan fundamental perekonomian terkini

Makroprudensial
• Menjaga kestabilan sistem keuangan dan mendukung terjaganya keseimbangan internal
maupun eksternal

Komunikasi
• Mengelola ekspektasi inflasi

Koordinasi Kebijakan
• Mendukung pengelolaan ekonomi makro, khususnya dalam memperkuat struktur
perekonomian dan sumber pembiayaan ekonomi, penguatan respons sisi penawaran,
pemantauan risiko makro dan manajemen krisis
EVALUASI KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2012 24
24

Berbagai pencapaian positif pada kinerja perekonomian nasional tersebut


tidak terlepas dari berbagai langkah-langkah kebijakan dan koordinasi
diantara otoritas kebijakan moneter, fiskal, dan sektor riil.
Dari sisi Bank Indonesia, perumusan kebijakan tetap ditempuh dengan melakukan
bauran kebijakan yang terdiri kebijakan suku bunga, kebijakan nilai tukar, kebijakan
makroprudensial, penguatan komunikasi dan koordinasi.
• Kebijakan suku bunga diarahkan agar pergerakan inflasi ke depan tetap berada
dalam sasaran yang telah ditetapkan dan mendukung pertumbuhan ekonomi
secara berkelanjutan.
• Bank Indonesia pada Februari 2012 menurunkan BI rate 25 bps sebagai langkah
antisipatif lanjutan untuk memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia
di tengah menurunnya kinerja ekonomi global.
• Bank Indonesia juga menurunkan koridor bawah suku bunga operasi moneter Bank
Indonesia sebesar 50 bps menjadi 3,75%. Penurunan koridor bawah suku bunga operasi
moneter tersebut dimaksudkan untuk mendorong pembiayaan antar bank dan
mengurangi risiko likuiditas bank sekaligus memperluas sumber pendanaan Bank
• Kebijakan nilai tukar diarahkan agar stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga dan
tingkatnya sesuai dengan kondisi fundamental melalui intervensi dan
pendalaman pasar valas. Kalibrasi dilakukan agar pergerakan nilai tukar rupiah
mendukung pengendalian inflasi, neraca pembayaran, dan pertumbuhan ekonomi.
EVALUASI KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2012
25
25

• Kebijakan makroprudensial ditujukan untuk menjaga stabilitas sistem


keuangan dan mendukung keseimbangan eksternal.
• Pengaturan besaran rasio loan-to-value ratio (LTV) dan minimum down
payment (DP) untuk mencegah terjadinya risiko pada stabilitas sistem
keuangan yang bersumber dari meningkatnya secara tajam kredit
perbankan.
• Meningkatkan efisiensi sistem pembayaran dan mendukung upaya menjaga
stabilitas sistem keuangan, antara lain:
(i) Penyusunan standar dan penggunaan chip untuk kartu ATM/Debit
(ii) Mendorong kerjasama jaringan ATM antarbank
(iii) Pengembangan Sistem Transfer Kredit Elektronik (STKE) bagi nasabah BPR melalui
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
• Peraturan mengenai pembatasan kepemilikan kartu kredit berdasarkan
jumlah penerbit kartu kredit, per nasabah, sesuai dengan kemampuan
keuangan nasabahnya.
• Penguatan koordinasi dengan Pemerintah dan komunikasi kebijakan
juga terus dilakukan selama tahun 2012 untuk mendukung efektivitas
kebijakan moneter.
• Forum TPI dan TPID memperkuat protokol manajemen krisis tingkat
nasional melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK).
26

ARAH KEBIJAKAN
KANTOR PERWAKILAN
BANK INDONESIA WILAYAH
IV TAHUN 2013

26
Arah Kebijakan Bank Indonesia Surabaya Tahun 2013 - Ekonomi 27

KERJASAMA BANK INDONESIA DENGAN


PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

1. KLASTER KOMODITAS 2. MOU SERTIFIKASI 3. PROGRAM KETAHANAN


PENYUMBANG INFLASI TANAH PANGAN

PROGRAM KERJA BANK INDONESIA SURABAYA TAHUN 2013

2. OPTIMALISASI PERAN
3. PENGUATAN FUNGSI 4. PENGUATAN EKONOMI
1. PROGRAM
“PENCIPTAAN TIM PENGENDALIAN ADVISORY PEMERINTAH DAERAH MELALUI PROGRAM
WIRAUSAHA BARU” INFLASI DAERAH MELALUI SURVEI, RISET & SOSIAL BANK INDONESIA
(TPID) PENELITIAN (PSBI)
Arah Kebijakan Bank Indonesia Surabaya Tahun 2013 - Perbankan 28

Beberapa kebijakan untuk memperkuat ketahanan, efisiensi dan peranan


perbankan dalam intermediasi diantaranya….

1. Peningkatan Linkage 2. Penurunan Suku Bunga Kredit 3. Peran Perbankan dlm


Program ke UMKM (minimum secara berkesinambungan Pembiayaan Sertifikasi Tanah
20%)

4. Optimalisasi Kliring BPR 5. Kebijaan Penggunaan ATM 6. Kesiapan Perbankan terkait


(JETS) Bersama oleh BPR OJK
Kebijakan Bank Indonesia Surabaya Tahun 2013 – Sistem Pembayaran 29

Guna
mendukung
stabilitas
1. Kelancaran pembayaran non tunai dan 2. Tersedianya jaringan sistem
tersedianya uang layak edar perbankan di daerah keuangan,
( Kepulauan Madura) dibutuhkan
sistem
pembayaran
yang handal,
aman dan
efisien

3. Sosialisasi mengenali keaslian 4. Pemberantasan uang palsu


uang, khususnya untuk pelaku usaha berkoordinasi dengan Botasupal
di daerah terpencil
30

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai