Anda di halaman 1dari 15

GANGGUAN PATOLOGIS

PENCERNAAn COLITIS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 KELAS 3D :
 Arum M P16
 Islami Bela Pertiwi P16
 Nanda Evitasari P16199
 Nurul Azizah P16201
 Puji Putra Pratama P16202
 Septiana Windasanti P16
 Sinta P16
 Zahra Fauziah Rabbani P16
Pengertian
 Kolitisadalah radang pada kolon.
Radang ini disebabkan akumulasi
cytokine yang mengganggu ikatan antar
sel epitel sehingga menstimulasi sekresi
kolon, stimulasi sel goblet untuk
mensekresi mucus dan mengganggu
motilitas kolon. ( Tilley et al, 1997).
Etiologi
 Infeksi
 Faktor family / genetic
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit
putih daripada orang kulit hitam dan cina .
 Trauma : benda asing, material yang bersifat abrasif.
 Alergi : protein dari pakan atau bisa juga protein
bakteri.
 Polyps rektokolon
 Intususepsi ileokolon
 Inflamasi : Lymphoplasmacytic, eoshinophilic,
granulopmatous, histiocytic
 Neoplasia : Lymphosarcoma, Adenocarcinoma
 Sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome)
Manifestasi Klinis
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya
adalah berupa buang air besar yang lebih sering. Gejala
yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut
dan diare berdarah. Pasien juga dapat mengalami:
1. Anemia
2. Fatigue/ Kelelahan
3. Berat badan menurun
4. Hilangnya nafsu makan
5. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
6. Lesi kulit (eritoma nodosum)
7. Kram perut
8. Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
9. Anoreksia
Komplikasi

 Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi


meliputi :
 Terbentuknya lubang pada usus besar
 Diare yang sertai darah dan lendir
 Demam
 Nyeri pada rektum
 Perdarahan hebat
 Pertumbuhan yang terhambat atau terganggu
 Peradangan dan pembetukan jaringan parut
fibrosis disaluran empedu
 Membesarnya usus besar karena penumpukan
gas dari proses peradangan
Patofisiologi
 Suatu serangan bisa mendadak dan berat,
menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit perut
dan peritonitis (radang selaput perut). Jika penyakit ini
terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin
normal atau keras dan kering. Tetapi selama atau
diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar
lendir yang mengandung banyak sel darah merah dan
sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bias
ringan atau malah tidak muncul. Jika penyakit
menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita
buang air besar sebanyak 10-20 kali/hari.
 Penderita sering mengalami kram perut yang berat,
kejang pada rektum yang terasa nyeri, disertai
keinginan untuk buang air besar yang sangat. Tinja
tampak encer dan mengandung nanah, darah dan
lendir. Yang paling sering ditemukan adalah tinja yang
hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.
 Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan
berat badannya berkurang
Pemeriksaan Penunjang
 Gambaran radiologi
1. Foto polos abdomen
2. Barium enema
3. Ultrasonografi (USG)
4. CT-scan dan MRI
 Pemeriksaan Endoskopi
1. Endoskopi temuan di kolitis ulseratif meliputi:
2. Hilangnya penampilan vaskular kolon
3. Eritema (atau kemerahan
dari mukosa) dan kerapuhan dari mukosa
4. Ulserasi yang dangkal, yang mungkin anak
sungai, dan
5. Pseudopolyps.
Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan Medis
1. Terapi obat-obatan
2. Terapi obat-obatan sedative dan anti diare / anti
peristaltic digunakan untuk mengurangi peristaltic
sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang
terinflamasi. Terapi ini dilanjutkan sampai frekuensi
defekasi dan konsistensi feses pasien mendekati
normal.
3. Sulfonamida seperti sulfasalazim (asulfidine) atau
sulfisoxasol (gentrisin) biasanya efektif untuk
menangani inflamasi ringan dan sedang. Antibiotic
digunakan untuk infeksi sekunder terutama untuk
komplikasi purolen seperti abses perforasi dan
peritonitis. Zulfadin membantu dalam mencegah
pembengkakan (Brunner dan Suddarth,2015)
 Penatalaksanaan Keperawatan
1. Masukkan diet dan cairan
2. Cairan oral, dit rendah residu – tinggi protein-
tinggi kalori, dan terapi suplemen vitamin dan
pengganti besi diberikan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit yang dihubungkan dengan dehidrasi
akibat diare diatasi dengan terapi intravena
sesuai dengan kebutuhan. Adanya makanan
yang mengeksaserbasi diare harus dihindari. Susu
dapat menimbulkan diare pada individu intoleran
terhadap lectose. Selain itu makanan dingin dan
rokok juga dapat dihindari, karena keduannya
dapat meningkatkan mobilitas khusus nutrisi
parentral total dapat diberikan ( Brunner dan
Suddarth, 2015 )
Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, agama, penanggung jawab, dll
b. Alasan masuk
Pada anamnesis, keluhan utama yang lazim didapatkan adalah
nyeri abdomen, diare, tenesmus intermiten, dan pendarahan
rektalRiwayat kesehatan
c. Riwayat penyakit sekarang
kondisi ringan karena colitis ulseratif adalah penyakit mukosa
yang terbatas pada kolon, gejala yang paling umum adalah
pendarahan anus, diare, dan sakit perut.
d. Riwayat penyakit dahulu
penting digali untuk menentukan penyakit dasar yang
menyebabkan kondisi enteritis regional
e. pemeriksaan fisik
bervariasi tergantung pada sejauh mana, durasi, dan tingkat
keparahan penyakit.pemeriksaan fisik yang di dapatkan sesuai
manifestasi klinik yang muncul pada colitis ulseratif berat survey
umum pasien terlihat lemah dan kesakitan
pemeriksaan fisik focus akan didapatkan :
 Takipnea dapat hadir karena sembelit atau sebagai mekanisme
kompensasi asidosi dalam kasus dehidrasi
parah.
 Takikardial dapat mewakili anemia atau hipopolemia. Turgor kulit >3
detik menandakan gejala dehidrasi.
 Perubahan tingkat kesadaran berhubungan dengan penurunan perfusi
ke otak. Pasien dengan episkleritis dapat hadir dengan erythematous
yang menyakitkan mata.
 Oliguria dan anuria pada dehidrasi berat.
 Inspeksi : kram abdomen, Perut didapatkan kembung. Pada kondisi
kronis, status nutrisi bisa didapatkan tanda-tanda kekurangan gizi, seperti
atrofi otot dan pasien terlihat kronis.
 Palpasi : nyeri tekan abdomen (tenderness), menunjukkan penyakit
parah dan kemungkinan perforasi. Nyeri lepas dapat terjadi pada
kuadran kanan bawah. Sebuah masa dapat teraba menunjukkan
abstruksi atau megakolon. Pembesaran limpa mungkin menunjukkan
hipertensi portal dari hepatitis autoimun terkait atau kolangitis sklerosis
 Perkusi : nyeri ketuk dan timpani akibat adanya flatulen.
 Auskultasi : bising usus bisa normal, hi[eraktif atau hipoaktif. Nada
gemerincing bernada tinggi dapat ditemukan dalam kasus-kasus
obstruksi.
 Kelemahan fisik umum skunder dari keletihan dan pemakaian energy
setelah nyeri dan diare.
Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau
malabsorpsi usus ditandai dengan peningkatan
bunyi usus/ peristaltik, defikasi sering dan berair,
perubahan warna feses, dan nyeri abdomen, kram.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan kehilangan cairan: diare ditandai
dengan mual, muntah, dan diare berat.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorpsi nutrien, status
hipermetabolik, secara medik masukan makanan
dibatasi ditandai dengan penurunan berat badan,
penurunan lemak subkutan/ massa otot, tonus otot
buruk, bising usus, konjungtiva dan membrane
mukosa pucat serta menolak untuk makan.
Intervensi Keperawatan
Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus
ditandai dengan peningkatan bunyi usus/ peristaltik, defikasi sering dan
berair, perubahan warna feses, dan nyeri abdomen, kram.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
diare pasien terkontol dengan out come :
 Penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali normal
 Mengidentifikasi / menghindari factor pemberat.
Intervensi :
 Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, karakteristik,
jumlah, dan faktor pencetus
 Tingkatkan tirah baring, berikan alat- alat disamping tempat tidur.
 Identifikasi makanan dan cairan yang mencetus diare.
 Mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap.
 Berikan kesempatan untuk menyatakan frustasi sehubungan dengan
proses penyakit.
 Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein
serum, ansietas, dan kelesuan
 Memberikan obat sesuai indikasi.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan cairan: diare ditandai dengan mual, muntah, dan diare
berat.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam
diharapkan diare pasien terkontol dengan out come:
• Mempertahankan volume cairan adekuat dibuktikan oleh membran
mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik.
• Tanda vital stabil, keseimbangan masukan dan keluaran dengan urine
normal dalam konsentrasi jumlah.
intervensi :
 Awasi masukan dan keluaran, karakter, dan jumlah feses;
perkirakan kehilangan yang tak terlihat.
 Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa,
penurunan turgor kulit, pengisisan kapier lambat.
 Ukur berat badan tiap hari.
 Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring; hindari kerja.
 Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya
darah samar.
 Catat kelemahan otot umum atau disritmia jantung
 Berikan cairan parenteral, tranfusi darah sesuai indikasi.
 Awasi hasil laboratorium.
 Berikan obat sesuai indikasi
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorpsi nutrien, status hipermetabolik, secara medik masukan
makanan dibatasi ditandai dengan penurunan berat badan,
penurunan lemak subkutan/ massa otot, tonus otot buruk, bising usus,
konjungtiva dan membrane mukosa pucat serta menolak untuk makan.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan
diare pasien terkontol dengan out come:
1. Menunjukan berat badan stabil atau peningkatan berat badan
sesuai dengan nilai laboratorium normal.
2. Tidak ada tanda malnutrisi.
Intervensi:
1. Timbang berat badan tiap hari.
2. dorong tirah baring atau pembatasan aktivitas selama fase sakit
akut.
3. Anjurkan istirahat sebelum makan.
4. Berikan kebersihan oral.
5. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang
menyenangkan, dengan situasi tidak terburu- buru.
6. Catat masukan dan perubahan simtomtologi..

Anda mungkin juga menyukai