Anda di halaman 1dari 14

PERHITUNGAN PPH PASAL 22 ATAS

BENDAHARAWAN PEMERINTAH DAN INDUSTRI


TERTENTU YANG DITUNJUK SEBAGAI PEMUNGUT
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
563/KMK.03/2003, Bendaharawan Pemerintah yaitu
Bendaharawan dan Pejabat yang melakukan pembayaran
yang dananya berasal dari APBN/APBD, ditetapkan sebagai
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penghasilan (PPh) pasal 22. Selain sebagai Pemungut,
Bendaharawan Pemerintah juga sebagai pemotong PPh pasal
4 ayat 2, PPh Pasal 21/26, dan Pasal 23/26 sebagaimana
ketentuan yang berlaku umum.
Bendaharawan Pemerintah baik tingkat pusat maupun
tingkat daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan No.154/PMK.03/2010 atau wajib memungut Pajak
Penghasilan Pasal 22 sehubungan pembayaran atas
penyerahan barang.
PELAPORAN PPH PASAL 22

Bendaharawan pemungut PPh Pasal 22 harus melaporkan


hasil pemungutannya paling lambat 14 hari setelah masa
pajak berakhir dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 22
Form F.1.1.32.02. Apabila kewajiban tersebut tidak
dilaksanakan, maka Wajib Pajak dikenakan sanksi
administratif berupa denda bahkan sanksi pidana
Contoh :

Pada tanggal 14 Januari 2016 bendahara membeli 4 buah


printer dari CV. Komputerindo seharga Rp. 22.000.000,-
(harga termasuk PPN). Besarnya pemotongan pajak atas
pembelian printer tersebut adalah sebagai berikut :
Jawab :
Pemungutan PPh
Atas pembayaran untuk pembelian printer dipungut PPh
Pasal 22 sebagai berikut:
Harga pembelian = 22.000.000
Dasar Pengenaan Pajak = 100/110 X 22.000.000 = 20.000.000
PPh Pasal 22 (1,5% X 20.000.000) = 300.000

Pemungutan PPN
Atas pembayaran untuk pembelian printer dipungut PPN
sebagai berikut:
Dasar Pengenaan Pajak = 20.000.000
PPN (10% X 20.000.000) = 2.000.000
Contoh :

PT. ABC merupakan importir yang memili-ki API, di bulan


Juni 2016 mengimpor barang dari USA senilai FOB $ 125,000.
Bia-ya yang ia keluarkan di LN berkaitan dengan impor
tersebut terdiri dari biaya tambang 10% dan biaya asuransi
8%. Sedangkan biaya yang harus ia bayar di DN meliputi bea
masuk pabean 10%, biaya masuk tambahan 7,5%. Hitunglah
PPh 22 atas impor barang tersebut ?
Cost : Rp 10.000 X 125.000 = Rp.1.250.000.000
Freight : Rp 1.250.000.000 X 10% = Rp. 125.000.000
Insurance : 8% (1.250.000.000) = Rp. 100.000.000
CIF = Rp.1.475.000.000
Bea Masuk : 10% X Rp 1.475.000.000 = Rp. 147.500.000
BMT : 7,5% X Rp 1.475.000.000 = Rp. 110.625.000
Total Nilai Impor = Rp 1.744.875.000

PPh Pasal 22:


2,5% X 1.733.125.000 = Rp 43.328.125
Hasil pemungutan PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi
industri tertentu tersebut disetorkan ke Kas negara melalui
Bank persepsi yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan atau
melaui kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP) paling lambat tanggal 10 masa pajak berikutnya. Dan
melaporkan hasil pungutannya dengan menggunakan SPT
masa ke KPP tempat pemungut terdaftar paling lambat
tanggal 20 masa pajak berikutnya. Sedangkan bagi
distributor dalam negeri yang dipungut dapat
memperitungkan sebagai pembayaran pajak penghasilan
dalam tahun berjalan (kredit pajak dalam negeri).
Contoh :

PT Semen Ajaib merupakan industri semen dengan merek


dagang “Semen Ajaib” yang mulai beroperasi melakukan
penjualan sejak tanggal 1 Januari 2013. PT Semen Indonesia
merupakan distributor penjualan semen produksi PT Semen
Ajaib untuk wilayah Jakarta. Pada tanggal 21 Januari 2013 PT
Semen Ajaib menjual semen kepada PT Semen Indonesia
sebesar Rp2.400.000.000,00 tidak termasuk PPN. Bagaimana
perlakuan PPh atas penjualan semen oleh PT Semen Ajaib
tersebut?
Jawab:
Industri semen ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 atas
penjualan semen kepada distributor di dalam negeri dengan
tarif sebesar 0,25% dari Dasar Pengenaan PPN.
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh PT Semen
Ajaib adalah:
0,25% x Rp2.400.000.000,00 = Rp6.000.000,00

Kewajiban PT Semen Ajaib sebagai pemungut PPh Pasal 22


adalah:
a. melakukan pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan semen
sebesar Rp6.000.000,00 serta memberikan Bukti
Pemungutan PPh Pasal 22 kepada PT Semen Edar
Indonesia;
b. melakukan penyetoran PPh Pasal 22 tersebut paling lambat
tanggal 11 November 2013;
c. melaporkan pemungutan PPh Pasal 22 atas transaksi
tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 22 Masa Pajak Oktober
2013 paling lambat tanggal 20 November 2013.
Contoh 2:

PT ABC mengimpor barang dari USA dengan harga


US$30.000. Asuransi yang dibayar diluar negeri sebesar 5%
dari harga dan biaya angkut sebesar 10% dari harga. Bea
masuk dan bea masuk tambahan masing-masing 10% dan
20%. (Berdasarkan kurs pajak US% = Rp 10.000). PT ABC
tidak memiliki API dan mengimpor melalui PT XYZ; importir
yang memiliki API. Berdasarkan perjanjian kedua pihak,
handling fee dtetapkan sebesar 1,5% dari harga impor.
Hitung PPh 22 yang harus dipungut dan Jurnal transaksi ini.
Jawab :
Harga faktur $ 30.000
Biaya asuransi $ 1.500
Biaya angkut $ 3.000
CIF $ 34.500

CIF dalam rupiah $34.500 x Rp 10.000 Rp. 345.000.000


Bea masuk 10% x Rp 345.000.000 Rp. 34.500.000
Bea masuk tambahan 20% x Rp 345.000.000
Rp.69.000.000
Nilai Impor Rp. 488.500.000

Pajak Penghasilan pasal 22= 2,5% X Rp 448.500.000 = Rp 11.212.500


Handling Fee = 1,5% x Rp 448.500.000 = Rp 6.727.500

Anda mungkin juga menyukai