Anda di halaman 1dari 22

PERATURAN TENTANG

PERAPOTEKAN PERMENKES NO.


73 TAHUN 2016 DAN KEPMENKES
1332 TAHUN 2002

KELOMPOK 3 :
CICI ANGRAINI (1501060)
DEFINISI APOTEK

TUGAS DAN FUNGSI APOTEK

ASPEK PENDIRIAN APOTEK

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK


DEFINISI APOTEK

✢Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat


dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
Sediaan farmasi, Perbekalan Kesehatan lainnya
kepada masyarakat.

KEPMENKES 1332 Tahun 2002


• suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
Pelayanan hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Kefarmasian

• tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga


Standar kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Pelayanan
Kefarmasian

PERMENKES No 73 Th 2016 Tentang Perapotekan


Ketentuan Umum (Pasal 1)
Tugas dan Fungsi Apotek
✢Pasal 8 :
Apotek wajib mengirimkan laporan Pelayanan
Kefarmasian secara berjenjang kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan
kementerian kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

PERMENKES No 73 Th 2016 Tentang


Perapotekan
Tugas dan Fungsi Apotek
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 26 TAHUN 1965 TENTANG APOTIK

Pasal 2
Tugas dan fungsi apotik, ialah:
a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk pencampuran dan
penyerahan obat atau bahan obat.
b. Penyaluran perbekalan kesehatan di bidang farmasi yang meliputi: obat,
bahan obat, obat aseli Indonesia, kosmetik, alat-alat kesehatan, dan
sebagainya.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017
TENTANG APOTEK

Tempat pengabdian profesi seorang


apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker.

Sarana farmasi yang melaksanakan


peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat
atau bahan obat.
Sarana penyaluran perbekalan
farmasi yang harus menyebarkan
obat yang diperlukan masyarakat
secara meluas dan merata.
Aspek Pendirian Apotek
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN
BAB II
2017 TENTANG APOTEK
PERSYARATAN PENDIRIAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
(1) Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik
perorangan maupun perusahaan.
(2) Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama dengan pemilik modal maka pekerjaan
kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.
Pasal 4
Pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi:
a. lokasi;
b. bangunan;
c. sarana, prasarana, dan peralatan;dan
d. ketenagaan.

Bagian Kedua
Lokasi
Pasal 5

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di


wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kefarmasian.
Bagian Ketiga
Bangunan
Pasal 6

1. Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan,


dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anakanak, dan orang lanjut usia.
2. Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
3. Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat
perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun,
dan bangunan yang sejenis.
a. penerimaan b. pelayanan
Resep; Resep dan
peracikan
(produksi
Bagian Keempat sediaan secara
c. terbatas);
Sarana, Prasarana, dan Peralatan penyerahan
Sediaan
Farmasi dan
Pasal 7 Alat d. konseling;
Kesehatan

Bangunan Apotek sebagaimana dimaksud


e. f. arsip.
dalam Pasal 6 paling sedikit memiliki penyimpanan
sarana ruang yang berfungsi: Sediaan
Farmasi dan
Alat
Kesehatan;dan
Pasal 8 Pasal 9
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri
atas: (1) Peralatan Apotek meliputi semua
peralatan yang dibutuhkan dalam
a. instalasi air bersih;
pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
b. instalasi listrik; (2) Peralatan sebagaimana dimaksud
c. sistem tata udara;dan pada ayat (1) antara lain meliputi rak
d. sistem proteksi kebakaran. obat, alat peracikan, bahan
pengemas obat, lemari pendingin,
meja, kursi, komputer, sistem
pencatatan mutasi obat, formulir
catatan pengobatan pasien dan
peralatan lain sesuai dengan
kebutuhan.
3) Formulir catatan pengobatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan catatan mengenai riwayat penggunaan Sediaan Farmasi dan/atau Alat
Kesehatan atas permintaan tenaga medis dan catatan pelayanan apoteker yang
diberikan kepada pasien.

Pasal 10
Sarana, prasarana, dan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 sampai
dengan Pasal 9 harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik.
Bagian Kelima
Ketenagaan
Pasal 11

(1) Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan


Apotek dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga
Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga
administrasi.

(2) Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib
memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB III
PERIZINAN Bagian Kesatu Surat Izin Apotek
Pasal 12

1. Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.


2. Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
3. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA.
4. SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
Standar pelayanan kefarmasian di Apotek
Permenkes No. 73 tahun
2016
pasal 1
• Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
• Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Permenkes No. 73 tahun
2016
pasal 2
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan
pasien (patient safety).
Permenkes No. 73 tahun
2016
pasal 3 ayat 1

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar:


a.pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan farmasi klinik.
Permenkes No. 73 tahun 2016
pasal 3 ayat 2 dan 3
(2) Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. perencanaan kebutuhan;
b. permintaan;
c. penerimaan;
d. penyimpanan:
e. pendistribusian;
f. pengendalian;
g. pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan; dan
h. pemantauan dan evaluasi pengelolaan.
(3) Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. pengkajian resep, penyerahan Obat, dan pemberian informasi Obat;
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
c. konseling;
d. ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap);
e. pemantauan dan pelaporan efek samping Obat;
f. pemantauan terapi Obat; dan g. evaluasi penggunaan Obat.
Permenkes No. 73 tahun
2016
pasal 4 ayat 1 dan 2

1) Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek


harus didukung oleh ketersediaan sumber daya
kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi kepada
keselamatan pasien,dan standar prosedur operasional sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Sumber daya kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. sumber daya manusia; dan
b. sarana dan prasarana.
Permenkes No. 73 tahun
2016
pasal 5 ayat 1

Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di apotek, harus


dilakukan evaluasi mutu pelayanan kefarmasian.

Permenkes No. 73 tahun


2016
pasal 6

Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di apotek


harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu,
bermanfaat dan terjangkau
Permenkes No. 73 tahun
2016
pasal 7

penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di apotek wajib


mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri ini.
Permenkes No. 73 tahun 2016
pasal 8

Apotek wajib mengirimkan laporan layanan kefarmasian secara


berjenjang, kepada dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas
kesehatan provinsi dan kementrian kesehatan seesuai dengan
ketentuanperaturan perundang-undangan
Terimakasih.. !

Anda mungkin juga menyukai