Anda di halaman 1dari 27

Biosorpsi Logam Berat Cr(VI)

dengan Menggunakan Biomassa


Saccharomyces cerevisiae

DIPRESENTASIKAN OLEH :

MOHAMMAD SUHUD ABDILLAH AKBAR


3314201201

MAGISTER TEKNIK LINGKUNGAN


 Secara umum, keuntungan pemanfaatan
mikroorganisme sebagai biosorben adalah biaya
operasional rendah, efisiensi dan kapasitas
pengikatan logam tinggi, lumpur yang dihasilkan
minimum, memiliki mekanisnme desorpsi yang
memungkinkan recovery logam, memiliki
mekanisme regenerasi sehingga dapat digunaknan
kembali, bahan bakunya banyak tersedia dan mudah
didapat, dan tidak memerlukan tambahan nutrisi
jika menggunakan mikroba yang sudah mati.
 Beberapa contoh biosorben yang dapat digunakan dalam
penanganan limbah khromium adalah chitosan, serbuk
gergaji, mikroalga, dan rumput laut serta Saccharomyces
cerevisiae.
 Saccharomyces cerevisae sudah banyak diteliti berkaitan
dengan potensinya sebagai biosorben dan bioakumulator
logam berat, diantaranya karena memiliki persentase
material dinding sel sebagai sumber pengikat logam yang
tinggi juga biomassa Saccharomyces cerevisiae mudah
didapatkan karena banyak digunakan dalam proses
fermentasi, sedangkan kesetimbangan biosoprsi dengan
kondisi optimum untuk kadmium dilaporkan terjadi
sebesar 35 mg/g sel.
Pendahuluan

 Salah satu logam berat yang merupakan sumber


polusi dan perlu dihilangkan dalam perairan adalah
logam khromium (Cr). Pemanfaatan logam ini
banyak digunakan dalam industri penyepuhan
logam, penyamakan kulit, tekstil, pendinginan air,
pulp serta proses pemurnian bijih. Menurut surat
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup, baku mutu air limbah yang
boleh dialirkan ke air permukaan untuk Cr(VI)
sebesar 0,05 – 1 mg/L, dan untuk Cr(total) sebesar
0,1-2mg/L.
Bahan dan Metode

1. Pembuatan Kultur
 Kultur Saccharomyces cerevisiae yang digunakan
didapat dari kultur komersial kultur disimpan pada
lemari pendingin pada suhu 4oC.
 Pengayaan dilakukan dengan metode berikut :
1) Sebanyak 500 ml media cair Saboroud ditempatkan
pada gelas erlemeyer 1000 ml.
2) Kemudian Saccharomyces cerevisiae diinokulasi
secara steril lalu di tempatkan pada shaker berputar
dengan kecepatan 100 rpm selama 2 jam pada suhu
ruang rata-rata 25oC.
2. Pembuatan Biosorben
 Kultur yang sudah siap dipisahkan dengan cara
sentrifugasi pada kecepatan 8000 rpm selama 10
menit. Biomassa yang sudah terpisah dikeringkan
dengan menggunakan oven pada suhu 105 oC untuk
mendapatkan biomassa kering. Biomassa yang
sudah kering Kemudian ditumbuk agar membentuk
butiran butiran yang lebih kecil.
3. Pembuatan Larutan Logam
 Larutan logam dibuat secara artificial dengan
menggunakan potassium dichromate (K2Cr2O7) pa.
 Sebanyak 564 mg garam K2Cr2O7 dicampurkan
kedalam 0,5 liter air distilasi tanpa penambahan
asam untuk membuat larutan Cr dengan konsentrasi
400 mg/L.
 Pengenceran dilakukan untuk mendapatkan
konsentrasi yang diperlukan untuk penelitian.
Pengaturan asam dilakukan dengan menggunakan
asam HCl dan basa NaOH 1 N.
4.Pengujian Penyerapan Logam pada Variasi pH
 Biomassa Saccharomyces cerevisiae kering sebanyak 0.5
gr dimasukkan kedalam 100 ml larutan artificial
mengandung Cr dengan konsentrasi 50 mg/l dengan
variasi pH 2, 3, 4, 5, dan 7.
 Larutan kemudian dikocok dengan shaker pada
kecepatan 150 rpm selama 120 menit.
 Larutan disentrifugasi pada 8000 rpm selama 10 menit
untuk memisahkan supernatant dengan sorben.
 Konsentrasi tersisa Cr di dalam supernatan ditentukan
dengan mengguanakan Atomic Absorption Spectroscopy
(AAS).
5. Pengujian Penyerapan Logam Pada Variasi Waktu Kontak
dan Konsentrasi.
 Biomassa Saccharomyces cerevisiae kering sebanyak 0.5 gr
dimasukkan kedalam 100 ml larutan artificial mengandung Cr
dengan konsentrasi 10 mg/L pada pH optimum.
 Larutan kemudian dikocok dengan shaker pada kecepatan
150 rpm pada beberapa variasi waktu 30, 60, 90, dan 120
menit.
 Larutan disentrifugasi pada 8000 rpm selama 10 menit untuk
memisahkan supernatan dengan sorben.
 Konsntrasi tersisa Cr didalam supernatan ditentukan dengan
mengguanakan AAS.
 Uji juga dilakukan dengan waktu 120 menit dengan variasi
konsentrasi pada 2, 4, 6, 8, 10, dan 20 mg/L.
6. Penentuan Kandungan Cr tersisihkan
 Penentuan kandungan logam Cr ditentukan dengan
menggunakan AAS.
 Penentuan persentase logam yang tersisihkan
dihitung dengan persamaan :
% Penyisihan = [(Co – Ce) / Co] x 100%
dengan Co adalah konsentrasi awal larutan logam
(mg/L), Ce adalah konsentrasi setelah equilibirium
(mg/L)
7. Isoterm Adsorpsi
 Isoterm adsorpsi di buat untuk menjelaskan bentuk
interaksi yang terjadi antara logam berat dengan
sorben. Isoterm adsorpsi di buat dengan
menggunakan data pada pengujian penyerapan
logam pada variasi konsentrasi.
 Persamaan yang digunakan dalam pembuatan
isoterm ini adalah :
a. Isoterm Freudlich
 Isoterm freundlich berlaku pada kondisi adsorpsi
yang terjadi pada berbagai lapisan, persamaan yang
digunakan adalah,
S = Kf Cen
dengan Kf dan n merupakan konstanta. S
merupakan banyaknya logam yang terikat per gram
sorben (mg/g)
b. Isoterm Langmuir
 Isoterm Langmuir berlaku untuk kondisi adsorpsi yang
terjadi pada satu lapisan, persamaan yang digunakan
adalah,

dengan qmax merupakan tetapan kapasitas adsorpsi


maximum (mg/g) dan Kads adalah konstanta energi
ikatan (mg/L).
c. Isoterm Linear
S = Kd Ce
dengan Kd adalah konstanta distribusi.
Hasil dan Pembahasan

Pengujian Penyerapan pada Variasi pH


 pH dapat mempengaruhi kelarutan ion logam
dalam larutan, kemampuan ion logam lain untuk
mengikat pada permukaan biomassa dan
mempengaruhi muatan pada permukaan biomassa
selama reaksi berlangsung.
Pengujian Penyerapan pada Variasi Waktu Kontak
 Pengaruh waktu kontak dengan kemampuan
penyerapan menjadi penting karena berpengaruh
pada kapasitas pengolahan dan biaya operasi pada
aplikasi teknologi
Pengujian Penyerapan Pada variasi Konsentrasi
 Pengujian larutan di lakukan dengan kisaran
konsentrasi antara 2 sampai 20 mg/l.
 konsentrasi rendah dikarenakan proses sorbsi
berjalan baik pada konsentrasi limbah yang tidak
terlalu besar.
Penentuan Kandungan Cr tersisihkan
 Penentuan kandungan logam Cr ditentukan dengan
menggunakan AAS. Penentuan persentase logam
yang tersisihkan dihitung dengan persamaan :
 % Penyisihan = [(Co – Ce) / Co] x 100%
 dengan Co adalah konsentrasi awal larutan logam
(mg/L), Ce adalah konsentrasi setelah equilibirium
(mg/L)
Isoterm Adsorpsi

 Pembuatan isotherm adsorbs penting dilakukan


karena dapat memberikan gambaran yang
representative terhadap hasil pengujian yang
dilakukan dan juga dapat menjadi dasar dalam
pembuatan desain reaktor kontinu.
Isoterm Freundlich

 Isoterm freundlich merupakan persamaan empirik


yang dikembangkan berdasarkan adsorpsi multi
lapisan
 Analisis dengan menggunakan isoterm freudlich
dilakukan dengan melinearkan persamaan isoterm
freundlich S = Kf Cen menjadi persamaan linear
Log S = log Kf + n Loc C. Model isoterm freudlich
untuk penyisihan Cr pada variasi konsentrasi 2 –
20 mg/l ditunjukkan dalam gambar.
 Model isoterm freundlich pada gambar 4 memiliki
nilai kelinearan 0,981. Dari perhitungan didapatkan
nilai n sebesar 0,887 dan nilai Kf sebesar 3,8759.
 Sehingga didapatkan persamaan isoterm freundlich :
S = 3,875 Ce 0,887
Isoterm Langmuir

 Isoterm langmuir dikembangkan untuk proses


adsorpsi monolayer dengan kondisi luas area aktif
teridentifikasi dengan persebaran yang sama.
 Analisa isoterm langmuir dilakukan dengan
membentuk persamaan linear antara Ce/S dengan
Ce. Nilai qmax dan Kads didapatkan dari kondisi
slope pada garis linear. Slope bernilai 1/qmax
sedangkan perpotongan dengan sumbu Ce/S
bernilai 1/(qmaxKads). Model isoterm Langmuir
berdasarkan data variasi konsentrasi ditunjukkan
pada gambar.
 Persamaan langmuir diatas memiliki nilai kelinearan
0,633. Nilai kapasitas sorbsi maksimum sebesar 62,5
mg/g dan Kads 0,0285. Dari nilai tersebut didaptkan
persamaan isoterm langmuir, yaitu,
 S=
Isoterm Linear

 Cocok digunakan kisaran konsentrasi yang memiliki


rentang yang kecil dan relatif sempit serta konsentrasi
logam yang rendah. Isoterm linear juga sering
teramati pada adsorpsi senyawa hidrofobik pada
permukaan organik.
 Isoterm linear digunakan dalam anailisa isoterm
adsorpsi karena memiliki karakteristik yang cocok
dengan penelitian yang dilakukan. Model isoterm
linear dapat dilihat pada gambar
 Isoterm linear diatas memiliki kelinearan 0,965 dengan
nilai Kd sebesar 1,383. Konstanta Kd merupakan koefisien
distribusi yang menggambarkan banyaknya site pada
permukaan partikel yang reaktif dalam bentuk fraksi
terhadap permukaan partikel. Semakin besar nilai Kd maka
sorben memiliki permukaan aktif yang lebih besar karena
dapat menampung logam berat dalam jumlah lebih besar
per satuan luas permukaan. Persamaan isoterm linear
untuk kondisi ini menjadi,
 S = 1,383 Ce
 Dari ketiga isoterm yang dibuat, isoterm freundlich
yang paling merepresentasikan proses sorpsi yang
terjadi.
 proses sorpsi terjadi pada beberapa lapisan pada
sorben.
 Hal ini dapat terjadi karena sorben kering dibuat
dengan cara pemanasan pada oven dengan suhu
105oC.
 Proses ini diduga mengakibatkan berubahnya
struktur lapisan padapermukaan sel biomassa
Saccharomyces cerevisae.
Kesimpulan

 Biosorpsi ion logam berat Cr(VI) dengan menggunakan


biomassa Saccaheromyces cerevisiae yang dikeringkan
memiliki potensi untuk berkembang menjadi pengolahan
alternatif untuk penyisihan logam berat. pH optimum
terjadi pada pH 3.
 Persentase penyisihan yang semakin membesar seiring
bertambahnya waktu kontak namun berkurang
bertambah besarnya konsentrasi logam dengan nilai
penyisihan tertinggi sebesar 45%.
 Analisa isoterm dilakukan dengan tiga persamaan
isoterm, yaitu Freundlich, Langmuir dan Linear. Hasil
analisa menunjukkan qmax sebesar 62,5 mg/g.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai