Anda di halaman 1dari 6

Asset Misappropriation

(Penyalahgunaan Aset terkait Kas)


Oleh:
Dewi
Dicky
Dzul
Pedi
Rezky
Penyalahgunaan Aset
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian
aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan
bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang
tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value). Contoh
modus penyalahgunaan aset diantaranya adalah menggelapkan
pendapatan, pencurian aset berwujud milik organisasi (misalnya
pencurian persediaan), pencurian atas barangbarang sisa (scrap)
untuk dijual, melakukan pembayaran fiktif untuk barang atau
jasa yang tidak pernah diterima oleh organisasi, menggunakan
aset milik organisasi untuk kepentingan pribadi, dan lain-lain
Terkait Kas (Cash)
a) Theft of Cash on Hand
 Praktik ini berupa pencurian uang perusahaan oleh pegawai
yang belum dibukukan / belum dibuat bukti penerimaannya
oleh perusahaan.
Terkait Kas (Cash)
b) Theft of Cash Receipts
i. Skimming
 Merupakan pencurian uang perusahaan sebelum bukti penerimaan uang tersebut dicatat dalam buku
kas. Skema ini bisa dilakukan dalam:
 Penjualan (Sales)
Praktik ini bisa berupa tidak mencatat penerimaan uang (unrecorded) ataupun mencatatnya namun
dalam jumlah yang lebih rendah dari yang sebenarnya diterima (understated).
 Penagihan Piutang (Receivables)
Praktik ini bisa berupa menghapusbukukan piutang (write off), menggelapkan penerimaan
pembayaran piutang dan kemudian menutupinya dengan pembayaran berikutnya dari pelanggan
yang sama ataupun berbeda (lapping), juga bisa berupa menggelapkan penerimaan pembayaran piutang
dan menutupinya dengan mencatat pengeluaran fiktif agar pembukuan nampak balance.
 Pengembalian Barang atau Lainnya (Refunds and Other)
Praktik ini berupa penggelapan penerimaan pengembalian atas pembelian atau sebagian pembelian
yang dibatalkan.
ii. Cash Larceny
 Merupakan pencurian uang yang telah dibukukan oleh perusahaan.
Terkait Kas (Cash)
c) Fraudulent Disbursements
 Disebut juga sebagai pembebanan yang tidak semestinya, biasa terjadi dengan cara:
i. Billing Schemes
 Dilakukan dengan cara merekayasa tagihan seolah-olah perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar kepada perusahaan tertentu (Shell Company),
mengirimkan pembayaran ganda kepada vendor, kemudian meminta vendor mengembalikan salah satunya namun tidak dikembalikan kepada perusahaan (Non-
Accomplice Vendor), ataupun dengan cara melakukan pembebanan kepada perusahaan terhadap pembelian barang/jasa pribadi yang sebenarnya tidak dibeli,
dibutuhkan, ataupun digunakan oleh entitas (Personal Purchases).
ii. Payroll Schemes
 Dilakukan dengan cara membayar kepada pegawai/buruh yang sebenarnya tidak ada/fiktif/sudah meninggal/pension (Ghost Employee), pembayaran gaji yang
melebihi keharusan dengan cara me-mark up jam kerja (Falsified Wages), ataupun dengan cara menciptakan penjualan fiktif untuk meningkatkan komisi
penjualan dan bonus penjualan (Commission Schemes).
iii. Expense Reimbursement Schemes
 Dilakukan dengan cara memasukkan pengeluaran pribadi ke dalam daftar pengeluaran yang akan diganti oleh perusahaan (Mischaracterized Expenses),
mengubah nilai kwitansi atas pengeluaran-pengeluaran bisnis menjadi lebih besar dari yang sebenarnya (Overstated Expenses), membuat pengeluaran-
pengeluaran fiktif seolah-olah dalam rangka bisnis (Fictitious Expenses), ataupun membebankan pengeluaran untuk kegiatan yang sama berkali-kali (Multiple
Reimbursements).
iv. Check Tampering
 Dilakukan dengan cara memalsukan tanda tangan orang yang berwenang mengotorisasi cek (Forged Maker), mencuri cek yang telah diotorisasi namun belum
diserahkan kepada pihak ketiga dan mencairkannya dengan atas nama (Forged Endorsement), mencuri cek yang telah diotorisasi namun belum diserahkan
kepada pihak ketiga dan mengubah tujuan pembayaran atau penerima cek (Altered Payee), ataupun manajer yang berwenangmenyalahgunakan kewenanganya,
membuat pembayaran melalui cek kepada dirinya sendiri (Authorized Maker).
v. Register Disbursements
 Dilakukan dengan cara menggelapkan tanda terima atas refund dari pelanggan, kemudian membuat transaksi refund baru dengan bukti yang sama (False Voids),
ataupun membuat transaksi refund kepada pelanggan fiktif seolah-olah terdapat pengembalian barang dari pelanggan (False Refunds).
Sekian
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai