Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 3

ANUGRAH WIJA GAU


ELANG PRIMAVERA SALEH
MUHAMMAD FARID
Menjelaskan karakteristik
Ikatan Ion, Ikatan Kovalen,
Ikatan Koordinasi, Ikatan
Logam, Ikatan Hidrogen
,Ikatan van der Waals.
Ikatan Ion
Ikatan ion adalah ikatan kimia yang terbentuk karena terdapat
gaya tarik-menarik elektrostatis antara ion positif (kation) dengan
ion negatif (anion) dengan perbedaan skala keelektronegatifan
antara kedua ion di atas 1,7. Ikatan ion terjadi antara atom logam
dengan non-logam. Contoh ikatan ion adalah NaCl yang
merupakan reaksi antara ion Na+ dengan Cl-. Kekuatan ikatan ion
dipengaruhi oleh perbedaan skala keelektronegatifan antara
kedua ion. Semakin besar skalanya, maka semakin kuat ikatan ion.
Misalnya pada garam meja (natrium
klorida). Ketika natrium (Na) dan klor
(Cl) bergabung, atom-atom natrium
kehilangan elektron, membentuk kation
(Na+), sedangkan atom-atom klor
menerima elektron untuk membentuk
anion (Cl-). Ion-ion ini kemudian saling
tarik-menarik dalam rasio 1:1 untuk
membentuk natrium klorida.
Na + Cl → Na+ + Cl- → NaCl
Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi
akibat penggunaan pasangan elektron
secara bersama-sama oleh dua atom yang
berikatan. Ikatan kovalen merupakan ikatan
kimia yang paling umum dijumpai. Ikatan
kovalen ditandai dengan perbedaan skala
keelektronegatifan antara kedua ion sangat
kecil bahkan ada yang tidak memilikinya,
yakni antara 0 sampai 0,3.
Ikatan Kovalen Koordinasi
Ikatan Kovalen Koordinasi adalah ikatan yang terbentuk dengan cara
penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom
yang berikatan [Pasangan Elektron Bebas (PEB)], sedangkan atom yang lain
hanya menerima pasangan elektron yang digunakan bersama. Pasangan
elektron ikatan (PEI) yang menyatakan ikatan dativ digambarkan dengan
tanda anak panah kecil yang arahnya dari atom donor menuju akseptor
pasangan elektron.

Senyawa NH4Cl terbentuk dari ion NH4+ dan ion Cl–. Ion
NH4+ terbentuk dari molekul NH3 dan ion H+, sedangkan ion
H+ terbentuk jika hidrogen melepaskan satu elektronnya.
Ikatan kovalen koordinasi digambarkan dengan lambang
elektron yang sama (dua titik). Hal itu menunjukan bahwa
pasangan elektron itu berasal dari atom yang sama.
Ikatan kovalen dituliskan dengan tanda (-),
sedangkan kovalen koordinasi dituliskan
dengan tanda (→). Jika NH4+ berikataan
dengan Cl–, akan terbentuk senyawa NH4Cl.
Jadi, pada senyawa NH4Cl terdapat tiga
jenis ikatan, yaitu tiga ikatan kovalen, satu
ikatan kovalen koordinasi, dan satu ikatan ion
(antara ion NH4+ dengan ion Cl–).
Ikatan Logam
Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya
gaya tarik-menarik yang terjadi antara ion-ion positif
dengan elektron-elektron pada kulit terluar (valensi) dari
suatu atom unsur logam, seperti emas, perak, perunggu,
tembaga, kuningan, besi, aluminium, timah, dan
sebagainya.

Elektron-elektron pada atom logam dapat bebas bergerak


karena atom logam mempunyai sedikit elektron valensi
sehingga sangat mudah untuk dilepaskan membentuk ion
positif. Oleh karena itu, kulit terluar atom logam relatif
longgar (banyak tempat kosong) sehingga elektron dapat
berpindah dari satu atom ke atom yang lain.
Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang terbentuk antara
unsur H dengan atom F, O dan N. ikatan hidrogen jauh
lebih lemah dari ikatan kovalen maupun ikatan ion. Ikatan
hidrogen adalah jenis ikatan intermolekul (antarmolekul)
dan bukan ikatan intramoleku (di dalam molekul).
Ikatan Hidrogen = Unsur H + F atau O atau N

Contoh senyawa yang berikatan hidrogen adalah air


(H2O), NH3, HF dan sebagainya.
Ikatan Van der Waals
Ikatan Van der Waals merupakan ikatan yang dimiliki oleh gas-
gas mulia yang mengalami proses kondensasi, sehingga fasenya
berubah menjadi fase cair pada saat temperaturnya mencapai
temperatur yang sangat rendah. Ikatan Van der Waals
merupakan ikatan yang lebih lemah jika dibandingkan dengan
ikatan kovalen, ion dan ikatan logam.
Ikatan Van Der Waals = Unsur Gas Mulia Berwujud Cair

Dalam fasa gas, masing-masing atom gas mulia


dapat berdiri dengan bebas dan stabil tanpa
terikat oleh atom-atom yang lain. Namun
demikian, pada saat mengalami proses
kondensasi, maka atom-atom tersebut akan saling
terikat oleh gaya yang relatif lemah yang disebut
sebagai gaya Van der Waals.
Menjelaskan Karakteristik
Ikatan Sigma (σ) dan Ikatan Pi
(π)
Ikatan Sigma (σ)
ikatan sigma (ikatan σ) adalah sejenis ikatan kimia kovalen
yang paling kuat. Ikatan sigma dapat dijelaskan dengan jelas
untuk molekul diatomik menggunakan konsep grup simetri.
Dalam pendekatan formal ini, ikatan σ adalah simetris
terhadap rotasi di sumbu ikat. Dengan definisi ini, bentuk
ikatan sigma yang umum adalah s+s, pz+pz, s+pz, dan
dz2+dz2 (z ditentukan sebagai sumbu ikat). Teori kuantum
juga mengatakan bahwa orbital molekul (MO) yang
bersimetri sama akan bercampur. Konsekuensi dari
percampuran molekul diatomik ini adalah fungsi gelombang
orbital molekul s+s dan pz+pz menyatu. Ruang lingkup
percampuran ini tergantung pada energi relatif dari MO
yang bersimetri.
Ikatan Pi (π)
ikatan pi (ikatan π) adalah ikatan kimia kovalen yang dua
cuping orbital atom yang berlektron tunggal bertumpang
tindih dengan dua cuping orbital atom lainnya yang juga
berlektron tunggal. Hanya terdapat satu bidang simpul
dari orbital yang melewati dua inti atom.

Ikatan pi biasanya lebih lemah dari ikatan sigma karena


rapatan elektronnya lebih jauh dari inti atom yang
bermuatan positif, sehingga memerlukan lebih banyak
energi. Dari sudut pandang mekanika kuantum,
kelemahan ikatan ini dijelaskan oleh ketumpangtindihan
yang sangat sedikit di antara orbital p oleh karena
orientasinya yang paralel.
Menjelaskan Konsep
Hibridisasi, Resonansi, dan
Aplikasi dalam Ikatan Kimis
Hibridisasi
Hibridisasi dapat didefinisikan sebagai peleburan orbital-orbital
dari tingkat energy yang berbeda menjadi orbital yang orbital
yang energinya setingkat. Menentukan hibridisasi dapat diperoleh
dari domain electron dengan melihat PEB dan PEI yang
dipromosikan atau perpindahan elektron diatom pusat yang
memiliki jumlah elektron penuh dalam orbital tersebut, harus
dipromosi ke orbital selanjutnya agar diperoleh orbital setengah
penuh untuk mengikat elektron pada ikatannya.
Resonansi
Resonansi adalah delokalisasi elektron pada molekul atau ion
poliatomik tertentu dimana ikatannya tidak dapat dituliskan dalam
satu struktur Lewis. Struktur molekul atau ion yang mempunyai
delokaliasi elektron disebut dengan struktur resonan.

Masing-masing struktur resonan dapat melambangkan struktur


Lewis, dengan hanya satu ikatan kovalen antara masing-masing
pasangan atom. Beberapa struktur Lewis digunakan bersama-sama
untuk menjelaskan struktur molekul. Namun struktur tersebut tidak
tetap, melainkan ada sebuah osilasi antara ikatan rangkap
dengan elektron, saling berbolak-balik. Maka dari itu disebut
dengan resonansi. Struktur yang sebenarnya mungkin saja adalah
peralihan dari dua struktur resonan. Bentuk peralihan (intermediet)
dari struktut resonan disebut dengan hibrida resonan.
Resonansi dalam kimia diberi simbol garis dengan dua arah panah
(↔). Perhatikan contoh resonansi
ozon (O3) berikut ini:

Pada ozon, terdapat perpindahan elektron antar inti yang dijelaskan


dengan anak panah. Perhatikan contoh berikut:
Aplikasi dalam Ikatan Kimia
1. Ikatan Ion
Untuk memenuhi kebutuhan elektrolit dalam tubuh, maka seorang
atlet dianjurkanmeminum minuman yang dapat menjaga cairan
elektrolit dalam tubuhnya seimbang yaitu minuman yang
mengandung Kalium Iodida (KI). Ion Kalium mentrasfer elektronke
ion Iodium, sehingga terbentuk senyawa ion. Kalium (K) kehilangan
satu elektronsedangkan Iodium (I) bertambah satu elektron. KI
digunakan untuk mengatasi masalah penyakit thyroid pada
manusia.:
2. katan Kovalen
HCL merupakan bahan baku pebuatan besi (III) klorida
(FeCL3) dan polyalumuniumchloride (PAC), yaitu bahan
kimia yang digunakan sebagai bahan baku koagulan
danflokulan. Koagulan dan flokulan digunakan pada
pengolahan air

3. Ikatan Kovalen Koordinat


Pembentukan NH4+ yang digunakan sebagai
bahan pupuk, obat"obatan, asam nitrat,urea,
hidrasin, amin, dan pendingin.
Menjelaskan Karakteristik dan
Aplikasi Ikatan Valensi dan Teori
Orbital Molekukl
Karakteristik dan Aplikasi Teori
Ikatan Valensi
Teori ikatan valensi menjelaskan sifat ikatan kimia dalam suatu molekul
dari sudut valensi atom. Teori ini menyimpulkan suatu aturan bahwa atom
pusat dalam suatu molekul cenderung untuk membentuk ikatan elektron
ganda sesuai dengan batasan geometris seperti kurang lebih ditentukan
oleh aturan oktet.
1. Ikatan valensi terjadi karena adanya gaya tarik pada elektron-
elektron yang tidak berpasangan pada atom-atom.
2. Elektron – elektron yang berpasangan memiliki arah spin yang
berlawanan.
3. Elektron-elektron yang telah berpasangan tidak dapat membentuk
ikatan lagi dengan elektron-elektron yang lain.
4. Kombinasi elektron dalam ikatan hanya dapat diwakili oleh satu
persamaan gelombang untuk setiap atomnya.
5. Elektron-elektron yang berada pada tingkat energi paling rendah
akan membuat pasangan ikatan-ikatan yang paling kuat.
6. Pada dua orbital dari sebuah atom, orbital dengan kemampuan
bertumpang tindih paling banyaklah yang akan membentuk ikatan
paling kuat dan cenderung berada pada orbital yang
terkonsentrasi itu.
Teori ikatan valensi mengasumsikan bahwa sebuah ikatan
kimia terbentuk ketika dua valensi elektron bekerja dan
menjaga dua inti atom bersama. Oleh karena efek
penurunan energi sistem, teori ini berlaku dengan baik
pada molekul diatomik. Menurut teori ini, elektron-elektron
dalam molekul menempati orbital-orbital atom dari
masing-masing atom.

Penerapan teori ikatan valensi pada molekul diatomik


dapat dilihat pada pembentukan molekul H2 dari atom H.
Karakteristik dan Aplikasi Teori
Orbital Elektron
Teori orbital molekul adalah teori yang menjelaskan ikatan kimia
melalui diagram orbital molekul Sifat magnet dan sifat-sifat molekul
dapat dengan mudah dijelaskan dengan menggunakan pendekatan
mekanika kuantum lain yang disebut dengan teori orbital molekul.
Salah satu contohnya teori orbital molekul dapat menjelaskan sifat
paramagnetisme dari molekul O₂ sesuai hasil percobaan, bahwa
oksigen bersifat paramagnetik dengan dua elektron tidak
berpasangan dan bukan diamagnetik seperti yang dijelaskan
dengan menggunakan teori ikatan valensi. Temuan ini membuktikan
adanya kekurangan mendasar dalam teori ikatan valensi. Teori
orbital molekul menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital
molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital orbital atom dari atom
yang berikatan dengan molekul secara keseluruhan. Seperti halnya
untuk menjelaskan sifat-sifat ion kompleks, teori orbital molekul juga
dapat dijadikan pendekatan yang baik karena teori orbital molekul
dapat menjelaskan fakta bahwa ikatan anatara ion logam dan ligan
bukan hanya merupakan ikatan ion yang murni tetapi juga terdapat
ikatan kovalen pada ion atau senyawa kompleks.
Teori orbital molekul memperhatikan semua elektron
dalam pendistribusian energi untuk menentukan ikatan
suatu senyawa diamagnetik atau paramagnetik. Jika
dibandingkan dengan teori ikatan valensi yang hanya
memperhatikan elektron yang berada di kulit terluarnya
teori orbital molekul lebih valid . Hal ini dapat dilihat
pada penentuan ikatan oksigen (O2). Teori ikatan valensi
menunjukan bahwa oksigen bersifat diamagnetik karena
semua elektron pada kulit terluarnya berpasangan. Pada
kenyataannya oksigen merupakan paramagnetik.
Pendekatan orbital molekul dapat menjelaskan mengapa
oksigen paramagnetik karena terdapat elektron yang
tidak berpasangan pada pendistribusian energi

Anda mungkin juga menyukai