Lessor lessee
Pajak Penghasilan : Pajak Penghasilan :
• Penghasilan : angsuran pokok + • Beban sewa : angsuran pokok +
bunga, Penghasilan : bukan objek bunga, Beban sewa : beban yang
PPh 23 tetapi pengenaan pajaknya dapat dikurangkan, Beban sewa :
dilakukan dengan perhitungan bukan objek 23
akhir tahun dalam SPT Tahunan. • Beban penyusutan aset tetap :
• Beban penyusutan aset tetap : beban yang tidak boleh
Beban yang tidak boleh dikurangkan.
dikurangkan.
• Beban penyisihan piutang tak
tertagih : beban yang dapat
dikurangkan.
• Mekanisme angsuran pajak PPh 25
diatur oleh UU PPh.
Pajak Pertambahan Nilai : Pajak Pertambahan Nilai :
• Memungut PPN atas penyerahan • -
barang modal kepada lesser.
2. Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi
Lessor Lessee
Jurnal penyusutan :
Apabila dalam akuntansi disusutkan oleh lessee, maka didalam perpajakan lessee dan lessor
tidak mengakui penyusutan hingga masa manfaat leasing sudah selesai dan aset tetap baru
telah menjadi milik lessee. Hal ini merupakan beda waktu ( beda temporer ) antara
akuntansi dan perpajakan. Perusahaan harus melakukan koreksi pada rekonsiliasi fiskal saat
pengisian SPT Tahunan.
Metode penyusutan yg dibolehkan dalam ketentuan fiskal adalah :
1. Straight-line method ( Metode garis Lurus )
2. Declining balance method ( saldo menurun ganda )
Untuk menghitung penyusutan ditetapkan sebagai berikut (ps 11 ayat (6) UU PPh
Kelompok harta berwujud Masa manfaat Tarif penyusutan sbgm di maksud
(tahun) ayat (1) ayat (2)
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 25 % 50 %
Kelompok 2 8 12,5 % 25 %
Kelompok 3 16 6,25 % 12,5 %
Kelompok 4 20 5% 10 %
II. Bangunan
Permanen 20 5% -
Tidak permanen 10 10 % -
Total beban penyusutan kendaraan mobil boks isuzu panther adalah (100jt x 35/100) + (
70,5jt x 1/100) = 11.460.000 dan dibuatkan jurnal untuk membukukannya yaitu :
31/12/2011 Beban penyusutan gedung 11,46jt
Akm. Peny. gedung 11,46jt
3. Beban penyusutan atas mobil boks isuzu panther menurut perpajakan adalah ( 100jt x
12,5% x 10/12 ) + ( 20jt x 12,5% x 2/12 ) = 10.840.000
Atas perbedaan pengakuan besarnya beban penyusutan aset tetap yang terjadi antara
akuntansi dan perpajakan, maka perusahaan tidak perlu membuat jurnal
penyesuaian.perbedaan pengakuan besarnya beban penyusutan aset tersebut menimbulkan
beda tetap (beda permanen) antara perpajakan dan akuntansi. Oleh karena itu, perusahaan
harus melakukan koreksi positif pada rekonsiliasi fiskal saat pengisian SPT Tahunan sebesar
11.460.000 – 10.840.000 = 620.000
Menurut penjelasan Pasal 10 UU PPh Nomor 36 tahun 2008, nilai perolehan atau nilai
penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta adalah jumlah yang seharusnya
dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
Contoh soal :
Tanggal 11 agustus 2011 terjadi pertukaran kendaraan operasional, yaitu mobil avanza yang
dibeli pada tanggal 14 Desember 2009, ditukar dengan mobil Kijang innova. Harga pasar
mobil kijang innova sebesar Rp. 230.000.000. sisanya dibayar secara tunai melalui bank.
mobil avanza dibeli dengan harga 150.000.000. metode penyusutan menurut pajak dan
akuntansi adalah metode garis lurus, dengan masa manfaat sama dengan
PMK.96/PMK.03/2009
Diminta :
1. Hitunglah laba atau rugi atas pertukaran, secara akuntansi maupun perpajakan
2. Buatlah jurnal atas pertukaran aset tersebut
3. Hitunglah besarnya koreksi fiskal pada saat pengisian SPT
Jawab :
1. Laba atau rugi pertukaran aset tetap
Sesuai pasal 16D UU PPn No. 42 Tahun 2009 atas penyerahan aset oleh PKP
yang menurut tujuan semula aset tersebut tidak untuk diperjualbelikan
terutang PPN, sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat
dikreditkan
Perlakuan aset tetap setelah dievaluasi akan memiliki nilai buku yang sama
dengan nilai pasar. Nilai pasar (nilai setelah dilakukan revaluasi aset tetap)
tersebut merupakan dasar penyusutan yang baru dan mulai berlaku pada
saat dilakukannya revaluasi. Masa manfaat aset tetap menjadi nol kembali
atau seolah-olah belum pernah disusutkan
Menurut SAK- ETAP yang diatur oleh IAI (2009:76), aset
tak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik . Ciri
utama aset tak berwujud ialah berupa benda yang tidak
dapat dilihat dan di pegang.
Bentuk aset takberwujud yaitu
hak paten
hak cipta
waralaba (franchise)
merek dagang dan goodwill
Biaya perolehan aset tak berwujud :
Harga beli, termasuk bea impor dan pajak yang sifatnya
tidak dapat dikreditkan setelah diskon dan potongan
dagang
Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
dengan mempersiapakan aset hingga siap digunakan
sesuai dengan tujuannya
Proses penyusutan aset tak berwujud dalam akuntansi dan
perpajakan disebut amortisasi. Aset tak berwujud menurut
perpajakan (penjelasan pasal 11 A ayat (1) uu PPh Nomor
36 Tahun 2008) harus diamortisasikan apabila harta itu
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun yang
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan.
Namun untuk perhitungan amortisasi dalam perpajakan
sesuai dengan ketentuan UU PPh nomor 36 tahun 2008
pasal 11 a, aset tak berwujud dikelompokkan menjadi
kelompok 1,2,3 dan 4 dengan masa manfaat 4,8,16,dan 20
tahun.
Tarif Amortisasi Berdasarkan
Kelompok aset tak metode
Masa manfaat
berwujud Garis Lurus Saldo
menurun
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 5 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12.5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
Penentuan masa manfaat dan tarif amortisasi untuk aset
tak berwujud yang masa manfaatnya tidak tercantum pada
kelompok masa manfaat yang ada, maka WP dapat
menggunakan masa manfaaat yang terdekat. Contoh : aset
tak berwujud tersebut dapat diamortasikan dengan
menggunakan kelompok masa manfaat 4 tahun
Biaya pendirian dan perluasan modal dapat dibebankan
sebagai biaya pada tahun pengeluaran atau diamortisasi
berdasarkan metode garis lurus atau saldo menurun
dengan masa manfaat sesuai dengan pasal 11 A ayat (1)
UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 di atas
Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi
komersial (biaya pendirian) yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun, dapat di kapitalisasi dan
diamortisasi sesuai dengan ketentuan masa manfaat
dan tarif emortisasi dalam UU PPh. Sedangkan, untuk
pengeluaran biaya pendirian yang memiliki masa
manfaat kurang dari 1 tahun. Haruslah dibebankan
sekaligus pada tahun berjalan yang bersangkutan.
PT Boki yang baru berdiri tahun 2008 telah menghabiskan biaya
sebesar Rp50.000.000 untuk mendapatkan berbagai izin pengurusan
pendirian perusahaan. Biaya tersebut diperlakukan sebagai aset
lainnya dan memiliki masa manfaat 5 tahun (menurut pertimbangan
pihak manajemen), sehingga oleh perusahaan diamortisasi metode
garis lurus.
Jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tersebut pada tahun pertama
adalah sebagai berikut :
Keterangan Debit Kredit