Presiden
KPA KPA
KPA
kppn
B.O. B.Penerima Pihak.III
Kewenangan Menteri Keuangan
Selaku Pengelola Fiskal dan Wk. Pemerintah dalam hal kepemilikan
kekayaan Negara yg dipisahkan, dg tugas :
1. menyusun kebij. fiskal ekonomi makro
2. menyusun ranc. APBN
3. mengesahkan dok. Pelaks. Angg.
4. perjanjian int. di bid. Moneter
5. pemungutan pendptn negara sesuai UU.
6. melaks. Fungsi kebendaharaan umum.
7. menyusun laporan Keuangan
( sbg. pertanggungjawaban pelaksanaan APBN).
8. tugas lainnya di bid pengelolaan fiskal
Penerimaan Pengeluaran
RKAKL Anggaran
RKAKL
Penyusunan
Teknis
RKAKL RAPBN
Pemerintah
Pembahasan
RKAKL RUU-APBN
RKP
PERRES
(DJAPK)
Depkeu
RKAP/ RINCIAN
RAPBN APBN
RUU UU SAPSK
APBN APBN
DPR
Panitia
Anggaran
Komisi
Sektora
l
SINKRONISASI DALAM SISTEM PENGANGGARAN
RENCANA RENCANA
Medium Term
KERJA KERJA
Expenditure
KEMENTERIAN / PEMERINTAH
BELANJA K/L Framework
LEMBAGA (RKP)
(MTEF)
(REN-JA K/L)
KERANGKA
PENGELUARAN
JANGKA
APBN
APBN MENENGAH
(KPJM)
RENCANA
KERJA DAN
ANGGARAN
LEMENTERIAN /
LEMBAGA
(RKA-K/L) Menggunakan 3 Pendekatan Penyusunan
Penganggaran Terpadu
( Unified Budget )
Kepala Satuan Kerja / KPA, satu-satunya
penanggungjawab kegiatan atas anggaran
yg dikuasainya
Penyatuan anggaran rutin dan pembangunan
ke dalam satu jenis akun belanja,
meniadakan terjadinya duplikasi anggaran
dan kegiatan
Adanya keterpaduan yang sinergis antara
pelaksanaan fungsi, program dan kegiatan
pada masing-masing satker
Performance Budgeting System
Merupakan sistem penganggaran yang
didasari atas rencana kinerja instansi
pemerintah yang telah mendapat
persetujuan
Mempresentasikan gambaran aspek
keuangan dari seluruh kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan Negara
sebagaimana diuraikan dalam Rencana
Kinerja, dalam rangka pencapaian visi
dan misi organisasi
Siklus KPJM
Medium Term Expenditure Framework
RANGKAIAN TINDAKAN YG
DILAKSANAKAN SATUAN KERJA PEMBEBANAN
SESUAI DENGAN TUGAS POKOKNYA ANGGARAN PADA
UNTUK MENGHASILKAN JENIS BELANJA YANG
KELUARANAN YANG DITENTUKAN SESUAI
1. SATUAN KERJA PUSAT ESELON I
2. SATUAN KERJA PUSAT ESELON II
3. SATUAN KERJA INSTANSI VERTIKAL
ESELON II
Cyclus APBN
1. Perencanaan Anggaran ( RUU-APBN )
2. Penetapan Anggaran ( UU-APBN )
3. Pelaksanaan Anggaran ( kementrian negara /
lembaga )
4. Pengawasan Anggaran ( pengawas fungsional )
5. Perhitungan Anggaran Negara, LKPP setelah
diperiksa BPK
Asas Umum
UU-APBN, sebagai dasar bagi pemerintah pusat untuk
melakukan penerimaan dan pengeluaran negara
Perda-APBD, sebagai dasar bagi pemerintah daerah
untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah.
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran,
dilarang melakukan tindakan yang dapat
membebankan APBN/APBD apabila anggaran
pengeluaran tersebut tidak tersedia dan/atau tidak
cukup tersedia
Semua pengeluaran negara/daerah, yg sesuai dengan
prog. pemerintah pusat/daerah dibiayai dengan
APBN/APBD
Anggaran yang digunakan utk kegiatan mendesak /
tidak terduga disediakan dalam bagian anggaran
tersendiri, yg selanjutnya dilaksanakan dengan PP.
Kelambatan pembayaran atas tagihan yg berkaitan dg
Dilarang atas beban APBN :
1. Perayaan atau peringatan kementrian negara/
lembaga/pemerintah daerah
2. Pemberian ucapan selamat, hadiah/tanda mata,
karangan bunga utk berbagai peristiwa
3. Pesta utk berbagai peristiwa dan pekan olah raga
kementrian negara/lembaga/pemerintah daerah
4. Pengeluaran lain-lain utk kegiatan/keperluan yg
sejenis spti tsb di atas.
Dibatasi atas beban APBN :
Penyelenggaraan rapat, rapat dinas, seminar,
pertemuan, loka karya, peresmian kantor/proyek dan
sejenisnya. Boleh dilakukan secara sederhana dan hal-
hal yg sangat penting.
Pendapatan Negara
Adalah hak pemerintah pusat yg diakui sbg penambah nilai kekayaan bersih.
Belanja Negara
Adalah kewajiban pemerintah pusat yg diakui sbg pengurang nilai kekayaan
bersih.
Pembiayaan
Adalah setiap penerimaan yg perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yg
akan diterima kembali, baik pd tahun anggaran bersangkutan maupun pd
tahun anggaran berikutnya.
Dilarang atas beban APBN :
1. Perayaan atau peringatan kementrian negara/
lembaga/pemerintah daerah
2. Pemberian ucapan selamat, hadiah/ tanda mata,
karangan bunga utk berbagai peristiwa
3. Pesta utk berbagai peristiwa dan pekan olah raga
kementrian negara /lembaga/ pemerintah daerah
4. Pengeluaran lain-lain utk kegiatan/keperluan yg
sejenis spti tsb di atas.
Dibatasi atas beban APBN :
Penyelenggaraan rapat, rapat dinas, seminar,
pertemuan, loka karya, peresmian kantor/proyek dan
sejenisnya, boleh dilakukan secara sederhana dan
hal-hal yg sangat penting.
UU No. 1 Tahun 2004
1. UU Perbendaharaan Negara sebagai wujud
pelaksanaan pengelolaan keuangan negara.
2. Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Negara
dilakukan secara terbuka dan bertangungjawab
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
3. Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk
investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yg
ditetapkan dalam APBN/APBD
Pejabat Perbendaharaan
Menteri / Pimp. Lbg selaku Pengguna Anggaran
/ Pengguna Barang
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara
Gubernur / Bupati / Walikota selaku Kepala
Pemerintahan Daerah
Kepala Satuan Pengelola Keuangan Daerah
adalah Bendahara Umum Daerah
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah
Pengguna Angaran / Penguna Barang Daerah
Pendelegasian Kewenangan PA
Menyusun dok. Pelaks. Anggaran.
Menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Barang
Menetapkan pjbt. yg bertugas melakukan pemungutan pen. Negara.
Menetapkan pjbt. Yg melakukan pengel. utang dan piutang.
Melakukan tindakan yg mengakibatkan yg mengakibatkan pengel.
Bel. Negara.
Menetapkan pjbt yg bertugas melakukan pengujian dan perintah
pembayaran.
Menggunakan BMN
Menetapkan pjbt yg bertugas melakukan pengelolaan BMN.
Mengawasi pelaks. Anggaran.
Menyusun dan menyampaikan lap. Keu.
( seluruhnya tersebut di atas di lingkungan kementrian
negara/lembaga yg dipimpinnya ).
TEKNIS SATKER
DIPA
(DJPBN)
Depkeu
DIPA
KPPN
Pengesahan
DIPA
DPR
Penyusunan
Dokumen BEPEKA
Pelaksanaan
Anggaran
Prinsip Pelaksanaan Anggaran
PEMBUATAN
KOMITMEN
PENGUJIAN
Ps. 19 Ayat 2
UU No. 1 Th. 2004
SP2D
PENGUJIAN
Ps. 18 Ayat 2 SPM
UU No. 1 Th. 2004 PENGUJIAN
Pengujian: •Substantif :
Wetmatigheid
Wetmatigheid
Rechmatigheid Rechmatigheid
Doelmatigheid Formal
MEKANISME PENCAIRAN (LS)
DJPb
KANWIL
KPPN 7 DJPb 8
KAS NEGARA
REKENING
DAERAH
KONTRAKTOR
DAERAH
/ SUPPLIER
4 6 SP2D
SPM
KUASA 3 2 1
BERITA PENYELESAIAN
PENGGUNA ACARA PEKERJAAN
ANGGARAN SERAH
TERIMA
MEKANISME PENCAIRAN (UP)
DAERAH
KPPN DAERAH
SUPLIER
KAS NEGARA
SP2D 5
4
SPM/GU REKENING
2
6
KUASA 1
PENGGUNA DAERAH
DAERAH
ANGGARAN BENDAHARA
BUKTI2
Pengelolaan Piutang dan Utang
Pemerintah Pusat dpt memberikan pinjamanatau
hibah kpd Pemda/BUMN/BUMD sesuai UU APBN
Pelaksanaan pemberian pinjaman diatur dg PP
Setiap pejabat (perbendaharaan) wajib
mengusahakan agar setiap piutang
negara/daerah diselesaikan seluruhnya tepat
waktu.
Penyelesaian piutang diselesaikan menurut
peraturan perundang-undngan yg berlaku.
BAGAN ALIR PROSES PEMBAYARAN PADA SATUAN KERJA
PEMBUAT BENDAHARA UNIT AKUNTASI
KOMITMEN
PENGUJI TAGIHAN PENGELUARAN
PENERBIT SPM
SATKER
Bayar
SK LAPORAN
SPK KEUANGAN
KONTRAK
Draft
SPM - GU SPM GU
BUKTI
Proses
Draft SPM LS
SAI
Daftar Lembur SPM - LS
DAFTAR GAJI BUKTI
BA PK
BA PB
Transfer
BA SERAH UP/GU
TERIMA
PEMBEBANAN
Benar Transfer
BUKTI DAN pihak III
SP2D
TAGIHAN UJI DAN
SPM
PERIKS
A
Salah
KPPN
Penyelesaian Piutang
Piutang Negara :
Oleh Menteri Keuangan
Jika bag.piutang negara yg tidak disepakati tidak lebih dari
Rp.10.000.000.000,- (10 M)
Oleh Presiden
Jika bag.piutang yg tidak disepakati lebih dari Rp.10.000.000.000,-
(10 M) s.d Rp.100.000.000.000,- (100 M)
Oleh Presiden setelah mendpt pertimbangan DPR
Jika bag.piutang negara yg tidak disepakati lebih dari
Rp.100.000.000.000,- (100 M)
Piutang Daerah :
Oleh Gub./Bupati/W.Kota
Jika bag.piutang daerah yg tidak disepakati tidak lebih dari
Rp.5.000.000.000,- (5 M)
Oleh Gub./Bupati/W.Kota setelah mendpt pertimbangan DPRD
Jika bag.piutang daerah yg tidak disepakati lebih dari
Rp.5.000.000.000,- (5 M)
Penghapusan Piutang
Piutang Negara :
Oleh Menteri Keuangan
Utk jumlah s.d. Rp.10.000.000.000,- (10 M)
Oleh Presiden
Utk jumlah piutang negara lebih dari Rp.10.000.000.000,- (10 M) s.d.
Rp.100.000.000.000,- (100 M)
Oleh Presiden dg persetujuan DPR
Utk jumlah piutang negara lebih dari Rp.100.000.000.000,- (100 M)
Piutang Daerah:
Oleh Gub./Bupati/W.Kota
Utk jumlah piutang daerah s.d. Rp.5.000.000.000,- (5 M)
Oleh Gub.Bupati/W.Kota dg persetujuan DPRD
Utk jumlah piutang daerah lebih dari Rp.5.000.000.000,- (5 M)
Pengelolaan Utang
DAN
( UU No. 1/2004 )
Tindak Lanjut Pelaksanaan UU
Penyelesaian selanjutnya atas
pelaksanaan UU No. 17/2003,
UU No. 1 / 2004 dan
UU No. 15/ 2003
ditetapkan lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah, Peraturan
Menteri Keuangan atau Petunjuk
Teknis lainnya sesuai paket yang
ditetapkan.
PPAKP
2008