Disusun Oleh:
ANNISA APRILIA ATHIRA
1102014029
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
TTL : 11/06/1960
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Alamat : Gelam Banjar Agung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2
ANAMNESIS
Perih, Pusing,
Jari kaki Demam
merah, nyeri kaki,
tertusuk tinggi dan
dan mual
paku menggigil
bengkak
3
4
ANAMNESIS
Pasien mengaku adiknya memiliki riwayat diabetes mellitus tetapi sudah meninggal tahun lalu.
5
PEMERIKSAAN FISIK
7
STATUS GENERALIS (cont’d)
Thoraks Pulmo
Inspeksi : Bentuk simetris kanan dan kiri, retraksi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak ictus kordis
Palpasi : Teraba ictus cordis
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS V linea parasternalis dextra,
batas jantung kiri pada ICS VI, 2 cm lateral linea midklavikula
sinistra, batas pinggang jantung pada ICS III linea sternalis
Auskultasi : sinistra.
Bunyi jantung I & II regular, Murmur (-), Gallop (-) 8
STATUS GENERALIS (cont’d)
Abdomen Inspeksi : Datar, pelebaran vena (-), sikatrik (-) caput medusa (-)
Bising usus (+) Normal
Auskultasi : Supel, defans muscular (-), Nyeri Tekan epigastrium (+)
Palpasi : Hepatomegali (-) Splenomegali (-)
Timpani di seluruh lapang abdomen
Perkusi :
9
PEMERIKSAAN PENUNJANG
11
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
Diabetes Melitus tipe 2 dengan Selulitis Pedis ad regio pedis
digiti II sinistra
DIAGNOSIS BANDING
Erisepelas
DIAGNOSIS TAMBAHAN
Hipertensi
12
PENATALAKSANAAN
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
15
DEFINISI DIABETES MELITUS
16
ETIOLOGI DIABETES MELITUS
17
PATOGENESIS
PATOGENESIS
DIABETES TIPE 1
T ubuh tidak dapat me n g ha s i l k a n insulin atau tidak c u k u p
meng ha s i l k a n insulin karena sistem i mun tubuh y a n g
no rma l ny a melindungi tubuh dari segala infeksi deng a n
membunuh bakteri, virus, dan berbagai substansi
berbahaya, n a m u n pa da kondisi ini i mun me n y e r a ng
tubuh dan m en g h a n c u r k a n sel β yang me ng ha s i l k a n
insulin 18
PATOGENESIS
PATOGENESIS
DIABETES TIPE 2
Terjadinya diabetes tipe 2 dimulai dengan resistensi insulin,
kondisi yang timbul saat lemak, otot, dan sel hati tidak
meng g una ka n insulin untuk membaw a glukosa ke sel tubuh agar
digunakan sebagai energi, sehingga tubuh membutu hka n insulin
lebih banyak agar glukosa dapat masuk ke sel. Pada awalnya
pankreas masih m a m p u dengan pembentukan insulin yang
meningkat, n a mu n seiring waktu pankreas tidak menghasilkan
cukup insulin saat gula darah tinggi seperti setelah makan.
19
PATOGENESIS DIABETES MELITUS
D IAGN OS IS
BADAN LEMAH
DIABETES
PANDANGAN KABUR
• POLIURIA
• POLIDIPSI KULIT GATAL
• POLIFAGIA KESEMUTAN
ALUR DIAGNOSIS
DIABETES MELITUS
22
TATALAKSANA DIABETES MELITUS
NON-FARMAKOLOGIS
• EDUKASI
• TERAPI NUTRISI MEDIS
• JASMANI
FARMAKOLOGIS
• ANTIHIPERGLIKEMI ORAL
• ANTIHIPERGLIKEMI
INJEKSI
• TERAPI KOMBINASI 23
TATALAKSANA (NON-FARMAKOLOGIS)
TERAPI NUTRISI
MEDIS
KARBOHIDRAT
• K a r b o hi d r at y ang d ianjurkan s e b e s a r 45- 65% total asupan
energi. T e r u t a m a karbohid rat y ang b e r s e r a t tinggi.
• Pembatasan karbohid rat total <130 g/hari tidak
dianjurkan.
24
TATALAKSANA (NON-FARMAKOLOGIS)
TERAPI
NUTRISI MEDIS
LEMAK
• Asup an lemak dianjurkan sekitar 20 – 25%
kebutuh an kalori, dan tidak d i p e rken a nk a n
melebihi 30% totala s u p an energi.
• B a h a n m a k a n a n yang perlu dibatasi adalah yang
banyak m e n g a n d u n g lemak jenuh dan lemak trans
antara lain: daging b e r l ema k dan su su fullcream.
25
TATALAKSANA (NON-FARMAKOLOGIS)
TERAPI NUTRISI
MEDIS
PROTEIN
• K e b u t u h a n protein s e b e s a r 10 – 20% total asupan
energi
• Pa d a pas ie n d e n g a n nefropati diabetik perlu
p e n u r u n a n a s u p a n protein me njad i 0,8 g/kg B B
pe rha ri atau 1 0 % dari k e b u t u h a n energi, d e n g a n 65%
diantaranya be rnilai biologik tinggi. Kecuali p a d a
pe nd e ri t a DM yang s u d a h me njalani he mod ialis is
a s u p a n protein me njad i 1-1,2 g/kg B B pe rhari .
26
TATALAKSANA (NON-FARMAKOLOGIS)
JASMANI
K egi a t an j a sm a n i sehari-hari d a n latihan j a sm a n i d i l a kuka n
secara secara teratur seb any ak 3-5 kaliperm inggu s e l a m a
sekitar 30-45 menit, deng an total 150 menit pe rm i ng gu . Jeda
antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Dianjurkan
untuk me l akuk an p eme r ik saan glukosa d a r a h sebelum
latihan jasmani. Apabila kadar glukosa d a r a h <100 mg/dL
pasien harus m e n g k o n s u m s i karbohidrat terlebih dahulu dan
bila >250 mg/dL dianjurkan u n t u k m e n u n d a latihan jasmani.
27
TATALAKSANA (FARMAKOLOGIS)
INSULIN
28
OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL
▻ Sulfonilurea
▻ Glinid
▻ Metformin
▻ Tiazolidindion
4. Penghambat DPP-4
5. Penghambat SGLT 2 29
OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL
30
31
INSULIN
33
INDIKASI PEMBERIAN INSULIN
2. Pemeriksaan A1C
Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai
glikohemoglobin, atau hemoglobin glikosilasi (disingkat sebagai A1C),
merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek perubahan terapi 8-
12 minggu sebelumnya.
35
KOMPLIKASI
36
KOMPLIKASI
37
SELULITIS
38
DEFINISI SELULITIS
39
ETIOLOGI SELULITIS
40
MANIFESTASI KLINIS SELULITIS
41
PATOGENESIS
42
DIAGNOSIS SELULITIS
44
PENATALAKSANAAN SELULITIS
45
PENATALAKSANAAN SELULITIS
Dalam kasus selulitis tanpa pengeringan luka atau abses, streptococci terus
menjadi etiologi kemungkinan, dan antibiotik beta-laktam adalah terapi yang tepat,
seperti yang disebutkan di bawah ini:
• Dalam kasus ringan selulitis yang diobati secara rawat jalan, dicloxacillin,
amoxicillin, dan cephalexin adalah pilihan yang masuk akal.
• Klindamisin atau macrolide (klaritromisin atau azitromisin) adalah alternatif
yang masuk akal pada pasien yang alergi terhadap penisilin.
• Levofloxacin juga dapat mewakili alternatif, tetapi prevalensi strain resisten
telah meningkat, dan fluoroquinolones paling baik disediakan untuk
organisme gram negatif dengan sensitivitas yang ditunjukkan oleh kultur
• Beberapa dokter lebih memilih dosis awal antibiotik parenteral dengan waktu
paruh yang panjang (misalnya, ceftriaxone diikuti oleh agen oral)
46
KOMPLIKASI SELULITIS
47
PROGNOSIS SELULITIS
Banyak selulitis dan infeksi jaringan lunak dapat diobati secara rawat jalan dengan antibiotik
oral dan tidak menghasilkan gejala sisa yang abadi. Sebagian besar kondisi pasien merespon
dengan baik terhadap antibiotik oral. Ketika terapi rawat jalan tidak berhasil, atau untuk
pasien yang memerlukan rawat inap awalnya, antibiotik IV biasanya efektif.
Selulitis dapat berkembang menjadi penyakit serius dengan penyebaran bersebelahan yang
tidak terkontrol, termasuk melalui sistem limfatik atau peredaran darah. Kondisi terkait atau
komplikasi termasuk limfangitis, pembentukan abses, dan, jarang, selulitis gangren atau
necrotizing fasciitis. Spesies tertentu, terutama kelompok A beta-hemolytic Streptococcus
(GABHS) dan S aureus, menghasilkan racun yang dapat memediasi infeksi sistemik yang
lebih berat, yang menyebabkan syok septik dan kematian.
48