Anda di halaman 1dari 23

Budaya Berpakaian

dalam Islam

Kelompok 8
Disusun Oleh :
Erentina Suarna Putri 04011181320052
Ezi Septyandra 04011181320032
M. Ilham Satya Nugraha 04011181320072
Rani Gustini 04011181320092
Riana Eka Emas Santi 04011181320010
Yeni Intan Cahyati 04011181320112
Rumusan Masalah :
1. Apa pengertian Kebudayaan?
2. Apa pengertian aurat ?
3. Bagaimana dalil menutup aurat ?
4. Bagaimana etika berpakaian menurut
ajaran Islam ?
5. Apa hikmah berpakaian Islami ?
Pengertian Kebudayaan
Secara bahasa, kebudayaan berasal dari kata
budaya. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Budi artinya akal, tabiat,
watak, akhlak, perangai, kebaikan, daya upaya, kecerdikan
untuk pemecahan masalah. Dalam bahasa Arab, kata
yang dipakai untuk kebudayaan adalah al-Hadlarah , as
Tsaqafiyah/Tsaaqafah yang artinya juga peradaban. Secara
bahasa, peradaban berasalh dari kata Arab adab yang
berarti etika, sopan santun, terdidik.
Pengertian Aurat
Menurut pengertian bahasa, aurat adalah
kekurangan dan sesuatu yang mendatangkan celaan.
Imam al-Raziy, dalam kamus Mukhtar al Shihaah
menyatakan aurat adalah aurat manusia dan semua hal
yang menyebabkan malu.
Dalam Syarah Sunan Ibnu Majah disebutkan bahwa
aurat adalah setiap yang menyebabkan malu, dan
membawa aib bagi pemiliknya jika terlihat. Dan di dalam
kitab Faidl al-Qadiiir disebutkan bahwa aurat adalah apa-
apa yang menyebabkan rasa malu jika terlihat.
Dalam kitab al-Mubaddi dinyatakan, kata “al-aurat”
secara literal bermakna kekurangan dan sesuatu yang
menyababkan celaan. Disebut aurat, sebab jika
ditampakkan tercela. Dalam kamus Lisaan al-Arab
disebutkan bahwa aurat adalah setiap aib dan cacat cela
pada sesuatu.
Imam Syaukani, di dalam kitab Fath al-Qadiir,
menyatakan :
“Makna asal dari aurat adalah al-khalal (aib, cela, cacat).
Setelah itu, makna aurat lebih banyak digunakan untuk
mengungkapkan aib yang terjadi pada sesuatu yang
seharusnya dijaga dan ditutup, yakni tiga waktu ketika
penutup dibuka”.
Dalil Menutup Aurat
Syariat Islam telah mewajibkan laki-laki dan wanita
untuk menutup aurat, agar masing-masing bisa menjaga
pandangannya. Sebab, yang dimaksud dengan “menjaga
pandangan” adalah tidak melihat hal-hal yang diharamkan
atas dirinya. Dengan kata lain, perintah menjaga pandangan
tak ada bedanya dengan perintah untuk tidak melihat aurat
laki-laki maupun wanita. Sebab, aurat adalah bagian tubuh
manusia yang tidak boleh dilihat, baik oleh laki-laki maupun
wanita.
Kewajiban menutup aurat telah disitir di dalam al-
Quran. Allah swt berfirman;
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu, dan pakaian
indah untuk perhiasan” (al-A’raaf:26).
Imam Muslim, Abu Daud, dan Turmudziy
meriwayatkan sebuah hadits yang menuturkan bahwasannya
Rasulullah saw bersabda;
“Sesungguhnya, Rasulullah saw bersabda, ‘Janganlah seorang
laki-laki melihat aurat laki-laki lain, dan janganlah seorang
wanita melihat aurat wanita lain. Janganlah seorang laki-laki
tidur dengan laki-laki yang lain dalam satu selimut; dan
janganlah seorang wanita tidur dengan wanita lain dalam
satu selimut’” (HR. Imam Muslim, Abu Dawud, dan
Turmudziy).
Imam Mubarakfuriy dalam kitab Tuhfat al-Ahwadziy
menyatakan, bahwa hadis ini merupakan dalil haramnya
seorang laki-laki melihat aurat laki-laki, serta haramnya
seorang perempuan melihat aurat perempuan lain, begitu
juga sebaliknya, seorang laki-laki tidak boleh melihat aurat
wanita dan wanita tidak boleh melihat aurat laki-laki.
Imam Syaukani, dalam kitab Nail al-Authar,
menyatakan, bahwasannya hadits di atas
merupakan dalil mengenai wajibnya menutup
aurat di setiap waktu, kecuali saat buang air,
bersenggama, mandi; dan wajibnya menutup
aurat di hadapan semua orang, kecuali di
hadapan isteri, budak, dokter, saksi, dan qadliy
ketika ada persengketaan. Hadits ini juga
menunjukkan larangan mandi di satu kolam,
dimana, satu dengan yang lain saling melihat
aurat.
Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwasannya ia berkata;
“Sesungguhnya Asma binti Abu Bakar datang menemui
Rasulullah saw, sedangkan ia mengenakan pakaian tipis. Nabi
saw pun segera berpaling darinya seraya bersabda, ‘Wahai
Asma’, jika seorang wanita telah akil baligh, tidak boleh tampak
dari dirinya, kecuali ini dan ini’. Beliau mengisyaratkan wajah
dan kedua telapak tangan” (HR. Abu Dawud).
Allah Ta’ala berfirman:
“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, “Hendaklah
mereka menahan pandangan dan kemaluan mereka.Janganlah
mereka menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang
(terpaksa) nampak dari padanya.Dan hendaklah mereka
menutupkan khimar ke dada-dada mereka.” (QS. An-Nur: 31).
Perhiasan yang dimaksud adalah perhiasan yang
digunakan oleh wanita untuk berhias, selain dari asal
penciptaannya (tubuhnya). Khimar adalah sesuatu yang
digunakan oleh wanita untuk menutupi kepalanya, wajahnya,
lehernya, dan dadanya.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya
belum pernah aku lihat: (1) Kaum yang memiliki cambuk
seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul
orang. (2) Wanita-wanita yang berpakaian tetapi
telanjang, berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah
dirayu atau suka merayu, rambut mereka (disasak)
bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak
dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau
surga.Padahal bau surga itu dapat tercium dari begini
dan begini.” (HR. Muslim).
Makna ‘berpakaian tetap telanjang’ adalah dia
menutup sebagian auratnya tapi menampakkan sebagian
lainnya. Dan ada yang menyatakan maknanya adalah: Dia
menutupi seluruh auratnya tapi dengan pakaian yang tipis
sehingga nampak bagian dalam tubuhnya.
Sementara hadits Abu Hurairah menjelaskan
tentang syarat-syarat hijab dan hijab secara umum, yaitu:
1. Hijab tidak boleh tipis sehingga menampakkan apa
yang ada di baliknya.
2. Hijab tidak boleh ketat sehingga membentuk lekukan
tubuhnya.
3. Haramnya wanita berjalan dengan berlenggok, karena
itu merupakan bentuk menampakkan perhiasannya.
4. Wajibnya wanita menjaga kehormatan dan rasa malu
mereka.
5. Menutup sebagian tubuh dan menampakkan
sebagian tubuh yang lain sama saja dengan telanjang.
Etika Berpakaian Menurut Ajaran
Islam
Islam tidak menetapkan bentuk atau
warna pakaian untuk dipakai, baik ketika
beribadah atau di luar ibadah. Islam hanya
menetapkan bahwa pakaian itu mestilah bersih,
menutup aurat, sopan dan sesuai dengan akhlak
seorang Muslim.
Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai
adab berpakaian (untuk lelaki dan wanita) yaitu:
1. Menutup aurat. Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah
daripada pusat hingga ke lutut. Aurat wanita pula ialah
seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan dan
tapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Paha
itu adalah aurat." (Bukhari).
2. Tidak menampakkan tubuh. Pakaian yang jarang sehingga
menampakkan aurat tidak memenuhi syarat menutup aurat.
Pakaian jarang bukan saja menampak warna kulit, malah
boleh merangsang nafsu orang yang melihatnya.Rasulullah
SAW bersabda yang bermaksud: "Dua golongan ahli neraka
yang belum pernah aku lihat ialah, satu golongan
memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi
memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang
memakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan
juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk. Mereka
tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya
walaupun bau syurga itu dapat dicium daripada jarak yang
jauh." (Muslim).
3. Pakaian tidak ketat. Tujuannya adalah supaya tidak
kelihatan bentuk tubuh badan.
4. Tidak menimbulkan riak. Rasulullah saw bersabda
bermaksud:
"Sesiapa yang melabuhkan pakaiannya kerana
perasaan sombong, Allah SWT tidak akan
memandangnya pada hari kiamat." Dalam hadis lain,
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Sesiapa yang
memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah
akan memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat
nanti." (Ahmad, Abu Daud, an-Nasa'iy dan Ibnu
Majah).
5. Lelaki, wanita berbeza. Maksudnya pakaian yang
khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita,
begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan
hal ini dengan tegas menerusi sabdanya yang
bermaksud: "Allah mengutuk wanita yang meniru
pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru
pakaian dan sikap perempuan." (Bukhari dan
Muslim). Baginda juga bersabda bermaksud: “Allah
melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita
berpakaian lelaki." (Abu Daud dan Al-Hakim).
6. Larangan pakai sutera. Islam mengharamkan kaum
lelaki memakai sutera. Rasulullah SAW bersabda
bermaksud: "Janganlah kamu memakai sutera,
sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak
dapat memakainya di akhirat." (Muttafaq 'alaih)
7. Melabuhkan pakaian. Contohnya seperti tudung yang
seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak iaitu bagi
menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga
dada. Allah berfirman bermaksud:
“Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-
anak perempuanmu serta perempuan-perempuan
beriman, supaya mereka melabuhkan pakaiannya bagi
menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara
yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai
perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka
tidak diganggu.Dan (ingatlah) Allah adalah Maha
Pengampun dan Maha Penyayang."(al-Ahzab:59).
8. Memilih warna sesuai. Contohnya warna-warna lembut
termasuk putih kerana ia nampak bersih dan warna ini
sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah
SAW. Baginda bersabda bermaksud: "Pakailah pakaian
putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu
dengannya (kain putih)." (an-Nasa'ie dan al-Hakim).
9. Larangan memakai emas. Bentuk perhiasan seperti ini umumnya
dikaitkan dengan wanita namun pada hari ini ramai antara para
lelaki cenderung untuk berhias seperti wanita sehingga ada yang
sanggup bersubang dan berantai. Semua ini amat bertentangan
dengan hukum Islam. Rasulullah s.a.w. bersabda bermaksud
: "Haram kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan
(memakainya) kepada wanita”.
10. Mulakan sebelah kanan. Imam Muslim meriwayatkan daripada
Saidatina Aisyah bermaksud: "Rasulullah suka sebelah kanan
dalam segala keadaan, seperti memakai kasut, berjalan kaki dan
bersuci. Apabila memakai kasut atau seumpamanya, mulakan
dengan sebelah kanan dan apabila menanggalkannya, mulakan
dengan sebelah kiri”. Rasulullah SAW bersabda
bermaksud: "Apabila seseorang memakai kasut, mulakan dengan
sebelah kanan, dan apabila menanggalkannya, mulakan dengan
sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang pertama memakai
kasut dan yang terakhir menanggalkannya." (Riwayat Muslim).
11. Selepas beli pakaian: apabila memakai pakaian baru
dibeli, ucapkanlah seperti yang diriwayatkan oleh Abu
Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud: "Ya Allah, segala
puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku
memohon kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang
dibuat baginya, aku mohon perlindungan kepada-Mu
daripada kejahatannya dan kejahatan apa-apa yang
diperbuat untuknya. Demikian itu telah datang
daripada Rasulullah".
12. Berdoa. Ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah:
"Pujian kepada Allah yang mengurniakan pakaian ini
untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri
dalam kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada
Tuhan melainkan Dia”. Sebagai seorang Islam,
sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai
menurut tuntutan agamanya kerana sesungguhnya
pakaian yang sopan dan menutup aurat adalah cermin
seorang Muslim yang sebenar.
Hikmah Berpakaian Islami
1. “Seseorang yang berpakaian islami akan terjaga
kehormatannya. Akhwat-akhwat yang memakai jilbab
insyaAllah tidak akan diganggu oleh para ikhwan usil” (Al
Ahzab: 59).
2. Terjaga dari perilaku yang menyimpang. Kalau di sekeliling
kita masih banyak yang membuka aurat, maka kita harus
pandai-pandai mengalihkan pandangan. 'Katakanlah
kepada laki-laki yang beriman,hendaklah mereka
menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya,
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat.'' (Q.S.An Nur: 30).
"Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah
mereka menahan pandangannya." (Q.S.An Nur: 31).
3. Terhindar dari penyakit tertentu. Pakaian
takwa adalah pakaian yang menutupi tubuh.
Artinya, secara otomatis kulit kita akan
terlindungi dari bahaya sinar ultraviolet yang
bisa menyebabkan kanker kulit.
4. Terhindar dari azab Allah.
Kesimpulan :
1. Allah memerintahkan untuk kaum mukminin untuk
menundukkan pandangan mereka dari yang bukan
mahram mereka. Dan menundukkan pandangan tidak
akan sempurna kecuali jika wanita tersebut berhijab
dengan hijab yang sempurna menutupi seluruh tubuhnya.
2. Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan sedikitpun
dari perhiasan luarnya kepada non mahram, kecuali
terlihat dalam keadaan terpaksa karena tidak bisa
disembunyikan, semisal pakaian terluarnya.
3. Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengulurkan khimar
mereka sampai ke dada-dada mereka, sementara khimar
adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk menutup
kepalanya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai