Anda di halaman 1dari 25

DIAN ANDRIASARI., SH.,MH.

Segi Tiga Studi Kejahatan

KEJAHATAN

REAKSI
PENJAHAT
SOSIAL
SEGI EMPAT KEJAHATAN

KEJAHATAN KORBAN

PENJAHAT REAKSI SOSIAL


KOMPLEKSITAS STUDI KEJAHATAN
Sejarah Lahirnya Viktimologi

 Benjamin Mendelshon, merupakan orang yang pertama
kali memperkenalkan istilah “viktimologi”.
 Tahun 1941 (Hans Von Hentig) dalam Jurnal Kriminologi
yang berjudul “Remarks on the interaction of perpetrator and
victim”
 Tahun 1949, Von Hentig dalam tulisannya “The Criminal
and his Victim”- langkah awal mulai mengkaji aspek
“korban” secara serius.
 Tahun 1947, Benyamin Mendelshon mulai
memperkenalkan nama “Victimology”1956 dlm tulisan
“reveue internationale de criminologie et de police technique”
kemudian diikuti oleh sarjana lainnya; Ellenberger (1954),
H. Manheim (1965), Schafer (1968), Fiseler (1978)

 Kriminologi:  Viktimologi
1. Suatu sub-disiplin 1. Suatu sub-disiplin
dalam ilmu sosial dalam kriminologi
2. Berbasis pendekatan- 2. Memiliki berbagai ciri
pendekatan dan
pemikiran-pemikiran seperti halnya ilmu
utama dalam sosiologi induknya
3. Studi sistematik dan 3. Baru berkembang di
akademik. penghujung abad 19
4. Universal dan ilmiah
Viktimologi, yaitu ilmu yang mempelajari mengenai
korban, penyebab timbulnya korban (penimbul
korban), akibat dari penimbulan korban


Korban merupakan :
sebagai pihak yang mengalami penderitaan dan kerugian.
Sebagai pihak yang turut mendukung (faktor pencetus)
atas terjadinya suatu kejahatan (dapat secara tidak
disadari)
Tujuan dan manfaat Viktimologi
Muladi
Menganalisis pelbagai aspek yang berkaitan dengan korban.
Berusaha untuk menjelaskan atau memberikan sebab musabab terjadinya
vitimisasi.
Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia.


Arief Gosita
 Mempelajari hakekat korban dan yang menimbulkan korban.
 Memberikan sumbangan dengan mengerti lebih baik tentang korban
(peran korban dalam hubungannya dengan pelaku)
 Memberikan dasar pemikiran untuk mengatasi masalah kompensasi
pada korban (masukan untuk keputusan-keputusan peradilan)
Siapakah
Pihak-pihak yang
“korban” itu : dominan menjadi
 orang-perorangan korban :
 badan hukum termasuk
dilihat dari berbagai segi :
juga negara.
• dari segi usia : anak-anak
 Di dalam korban harus dan lansia
terdapat suatu pemulihan • dari segi gender : wanita
• dari segi social/ekonomi
:orang-orang ekonomi
rendah.
HUBUNGAN VIKTIMOLOGI DENGAN KRIMINOLOGI

1. Mereka yang berpendapat bahwa viktimologi tidak terpisahkan dari


kriminologi. Diantaranya adalah Von Hentig, H. Mannheim dan Paul
Cornil. mereka mengatakan bahwa kriminologi merupakan ilmu
pengetahuan yang menganalisis tentang kejahatan dengan segala aspeknya,
termasuk korban. Dengan demikian, melalui penelitiannya, kriminologi akan
dapat membantu menjelaskan peranan korban dalam kejahatan dan berbagai
persoalan yang melingkupinya..
2. Mereka yang menginginkan viktimologi terpisah dari kriminologi,
diantaranya adalah Mendelsohn. Ia mengatakan bahwa viktimologi merupakan
suatu cabang ilmu yang mempunyai teori dalam kriminologi, tetapi dalam
membahas persoalan korban, viktimologi juga tidak dapat hanya terfokus pada
korban itu sendiri.
Beberapa Alasan Perlunya Korban
Kejahatan Mendapatkan Perhatian

 SPP dianggap terlalu  SPP dipandang oleh
banyak memberikan sebagian pihak menjadi
perhatian pada
permasalahan dan peranan
faktor kriminogen dan
pelaku kejahatan (offender viktimogen
centered).
Ruang Lingkup Viktimologi

 Meneliti topik-topik tentang korban
1. Peranan korban pada terjadinya tindak pidana
2. Hubungan antara pelaku dengan korban
3. Rentannya posisi korban dan peranan korban dalam
sistem peradilan pidana
Menurut J.E Sahetapy

 Bagaimana seseorang (dapat) menjadi korban yang
ditentukan oleh suaty victimity yang tidak selalu
berhubungan dengan masalah kejahatan.
 Korban penyalahgunaan kekuasaan.
Objek Studi Viktimology

 Berbagai macam viktimkisasi kriminal atau
kriminalitas
 Teori-teori etiologi viktimisasi kriminal
 Para peserta yang terlibat dalam terjadinya atau
eksistensi suatu viktimisasi kriminal atau
kriminalitas.
 Reaksi terhadap viktimisasi kriminal
 Respons terhadap suatu viktimisasi kriminal;
 Faktor-faktor viktimogen
Korban

 Pengertian korban tercantum dalam Pasal 1 angka 2 UUPSK no.13 Tahun
2006. “Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik,
mental, dan /atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak
pidana.
 Menurut Arif Gosita “ Korban adalah mereka yang menderita jasmaniah
dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang bertentangan
dengan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang mencari pemenuhan
kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan hak
asasi yang menderita”
 Menurut (Van Boven) Deklarasi Prinsip-prinsip Dasar Keadilan Bagi
Korban Kejahatan dan Penyalahgunaan kekuasaan sbb; “Orang yang
secara individual maupun kelompok telah menderita kerugian, termasuk
cedera fisik maupun mental, penderitaan, emosional, kerugian ekonomi
atau perampasan yang nyata terhadap hak-hak dasarnya, baik karena
tindakan (by act) maupun karena kelalaian (by omission)
Tipologi Korban

1. Yang sama sekali tidak bersalah
2. Yang jadi korban karena kelalaiannya
3. Yang sama salahnya dengan pelaku
4. Yang lebih bersalah dari pelaku
5. Yang korban adalah satu-satunya yang bersalah
(dalam hal ini pelaku dibebaskan)
Beberapa Kategori Korban Menurut Von
Hentig

a. The depressed, who are weak and submissive
b. The acquasitive, who succumb to confidence games
and racketeers
c. The wanton, who seek escapimin forbidden vices
d. The lonesome and heartbroken , who are susceptible
to theft and fraud
e. The termentors, who provoke violence
f. The blocked and fighting, who are unable to take
normal defensive measures
Ditinjau dari Perspektif Tingkat Keterlibatan
Korban dalam Terjadinya Kejahatan

 NonParticipating Victims  adalah mereka yang
menyangkal/menolak kejahatan dan penjahat tetapi tidak turut
berpartisipasi dalam penanggulangan kejahatan.
 Latent or predisposed victims adalah mereka yang mempunyai
karakter tertentu cenderung menjadi korban pelanggaran tertentu.
 Provocative victims adalah mereka yang menimbulkan kejahatan atau
pemicu kejahatan.
 Participating victims adalah mereka yang tidak menyadari atau
memiliki perilaku lain sehingga memudahkan dirinya menjadi korban.
 False victims adalah mereka yang menjadi korban karena dirinya
sendiri.
Hak-hak Korban

Menurut UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban
Pasal 5 UUPSK:
a. berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya;
b. ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan
dan dukungan keamanan;
c. memberikan keterangan tanpa tekanan;
d. mendapat penerjemah;
e. bebas dari pertanyaan yang menjerat;
f. mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus;
g. mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan;
h. mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;
i. mendapat identitas baru;
j. mendapatkan tempat kediaman baru;
k. memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan;
l. mendapat nasihat hukum; dan/atau
m. memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu
perlindungan berakhir.
Hak-hak Korban Menurut Arif Gosita


a. Mendapatkan ganti kerugian atau penderitaannya. Pemberian ganti
kerugian tersebut harus sesuai dengan kemampuan memberi ganti
kerugian pihak pelaku dan taraf keterlibatan pihak korban dalam
terjadinya kejahatan dan delikuensi tersebut.
b. Menolak restitusi untuk kepentingan pelaku (tidak mau diberi restitusi
karena tidak memerlukannya.
c. Mendapatkan restitusi/kompensasi untuk ahli warisnya bila pihak
korban meninggal dunia karena tindakan tersebut.
d. Mendapat hak miliknya kembali.
e. Mendapatkan perlindungan dari ancaman pihak pelaku bila melapor
dan menjadi saksi.
f. Mempergunakan upaya hukum (rechtmidden)
Pelayanan Terhadap Korban


 Declaration of basic Principal of Justice for Victims of
crime and abuse of power oleh PBB:
1. Acces to justice and fair treatment
2. Restitution
3. Compensation
4. Assistance

Menurut UU PSK, perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian
bantuan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang wajib dilaksanakan oleh
LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan.
Kedudukan Korban dalam Sistem
Peradilan Pidana
 Pasal 184 KUHAP (1)

Alat Bukti yang sah ialah ;
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
 Pasal 160 (1) huruf b
“ yang pertama-tama didengar keterangannya adalah korban yang menjadi saksi”
ASAS-ASAS HUKUM
ACARA PIDANA

 perlakuan yang sama di muka hukum tanpa diskriminasi apapun.
 Praduga tidak bersalah
 Pelanggaran atas hak-hak individu warga negara (yaitu dalam hal
penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan)
 Seorang tersangka hendak diberitahu tentang persangkaan dan pendakwaan
terhadapnya.
 Seorang tersangka dan terdakwa berhak mendapat bantuan penasehat hukum.
 Seorang tersangka dan terdakwa berhak mendapat bantuan penasehat hukum
 Seorang tedakwa berhak hadir di muka pengadilan.
 Adanya peradilan yang bebas dan dilakukan dengan cepat serta sederhana.
 Peradilan harus terbuka untuk umum.
 Tersangka maupun terdakwa berhak memperoleh kompensasi dan rehabilitasi
KEDUDUKAN KORBAN DALAM UNDANG-
UNDANG NO.13 TAHUN 2006 TENTANG
PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

 Dalam Konsideran Undang-undang No. 13 Tahun 2006 Tentang
Perlindungan Saksi Dan Korban disebutkan secara tegas dan jelas
bahwa kedudukan saksi dan korban kejahatan memiliki peranan yang
sangat penting dalam mekanisme sistem peradilan pidana.
 Dalam Pasal 2 UU No 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa perlindungan
terhadap saksi dan korban diberikan dalam semua tahap proses
peradilan pidana.
 Dalam Pasal 5 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2006 dapat dilihat tentang
hak yang diberikan kepada saksi dan korban.
 Dalam Pasal 7 UU No 13 Tahun 2006 menyebutkan bahwa korban
dapat mengajukan hak atas kompensasi (dalam kasus pelanggaran
HAM berat)

Anda mungkin juga menyukai