KEJAHATAN
REAKSI
PENJAHAT
SOSIAL
SEGI EMPAT KEJAHATAN
KEJAHATAN KORBAN
Korban merupakan :
sebagai pihak yang mengalami penderitaan dan kerugian.
Sebagai pihak yang turut mendukung (faktor pencetus)
atas terjadinya suatu kejahatan (dapat secara tidak
disadari)
Tujuan dan manfaat Viktimologi
Muladi
Menganalisis pelbagai aspek yang berkaitan dengan korban.
Berusaha untuk menjelaskan atau memberikan sebab musabab terjadinya
vitimisasi.
Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia.
Arief Gosita
Mempelajari hakekat korban dan yang menimbulkan korban.
Memberikan sumbangan dengan mengerti lebih baik tentang korban
(peran korban dalam hubungannya dengan pelaku)
Memberikan dasar pemikiran untuk mengatasi masalah kompensasi
pada korban (masukan untuk keputusan-keputusan peradilan)
Siapakah
Pihak-pihak yang
“korban” itu : dominan menjadi
orang-perorangan korban :
badan hukum termasuk
dilihat dari berbagai segi :
juga negara.
• dari segi usia : anak-anak
Di dalam korban harus dan lansia
terdapat suatu pemulihan • dari segi gender : wanita
• dari segi social/ekonomi
:orang-orang ekonomi
rendah.
HUBUNGAN VIKTIMOLOGI DENGAN KRIMINOLOGI
a. Mendapatkan ganti kerugian atau penderitaannya. Pemberian ganti
kerugian tersebut harus sesuai dengan kemampuan memberi ganti
kerugian pihak pelaku dan taraf keterlibatan pihak korban dalam
terjadinya kejahatan dan delikuensi tersebut.
b. Menolak restitusi untuk kepentingan pelaku (tidak mau diberi restitusi
karena tidak memerlukannya.
c. Mendapatkan restitusi/kompensasi untuk ahli warisnya bila pihak
korban meninggal dunia karena tindakan tersebut.
d. Mendapat hak miliknya kembali.
e. Mendapatkan perlindungan dari ancaman pihak pelaku bila melapor
dan menjadi saksi.
f. Mempergunakan upaya hukum (rechtmidden)
Pelayanan Terhadap Korban
Declaration of basic Principal of Justice for Victims of
crime and abuse of power oleh PBB:
1. Acces to justice and fair treatment
2. Restitution
3. Compensation
4. Assistance
Menurut UU PSK, perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian
bantuan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang wajib dilaksanakan oleh
LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan.
Kedudukan Korban dalam Sistem
Peradilan Pidana
Pasal 184 KUHAP (1)
Alat Bukti yang sah ialah ;
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
Pasal 160 (1) huruf b
“ yang pertama-tama didengar keterangannya adalah korban yang menjadi saksi”
ASAS-ASAS HUKUM
ACARA PIDANA
perlakuan yang sama di muka hukum tanpa diskriminasi apapun.
Praduga tidak bersalah
Pelanggaran atas hak-hak individu warga negara (yaitu dalam hal
penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan)
Seorang tersangka hendak diberitahu tentang persangkaan dan pendakwaan
terhadapnya.
Seorang tersangka dan terdakwa berhak mendapat bantuan penasehat hukum.
Seorang tersangka dan terdakwa berhak mendapat bantuan penasehat hukum
Seorang tedakwa berhak hadir di muka pengadilan.
Adanya peradilan yang bebas dan dilakukan dengan cepat serta sederhana.
Peradilan harus terbuka untuk umum.
Tersangka maupun terdakwa berhak memperoleh kompensasi dan rehabilitasi
KEDUDUKAN KORBAN DALAM UNDANG-
UNDANG NO.13 TAHUN 2006 TENTANG
PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN
Dalam Konsideran Undang-undang No. 13 Tahun 2006 Tentang
Perlindungan Saksi Dan Korban disebutkan secara tegas dan jelas
bahwa kedudukan saksi dan korban kejahatan memiliki peranan yang
sangat penting dalam mekanisme sistem peradilan pidana.
Dalam Pasal 2 UU No 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa perlindungan
terhadap saksi dan korban diberikan dalam semua tahap proses
peradilan pidana.
Dalam Pasal 5 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2006 dapat dilihat tentang
hak yang diberikan kepada saksi dan korban.
Dalam Pasal 7 UU No 13 Tahun 2006 menyebutkan bahwa korban
dapat mengajukan hak atas kompensasi (dalam kasus pelanggaran
HAM berat)