Bahan Kuliah
Bahan Kuliah
YUDONO AFANDI,
S.Farm, Apt
FAKULTAS FARMASI
STIKES BINA MANDIRI
2017
1
Jadwal Kuliah Fitokimia II
No Pekan Kuliah Waktu
1 I Metabolisme & Jalur Biogenetik Bahan Alam 1 Pekan
2 II Biosintesis Senyawa Poliketida 1 Pekan
3 III Biosintesis Senyawa Poliketida 1 Pekan
4 IV Biosintesis Senyawa Alkaloid 1 Pekan
5 V Biosintesis Senyawa Alkaloid 1 Pekan
6 VI Biosintesis Senyawa Alkaloid 1 Pekan
7 VII MID TEST Total 6 Pekan
8 VIII Biosintesis Senyawa Steroid 1 Pekan
9 IX Biosintesis Senyawa Steroid 1 Pekan
10 X Biosintesis Senyawa Glikosida 1 Pekan
11 XI Biosintesis Senyawa Glikosida 1 Pekan
12 XII Biosintesis Senyawa Flavonoid 1 Pekan
13 XIII Biosintesis Senyawa Flavonoid 1 Pekan
14 XIV FINAL TEST Total 6 Pekan
Penilaian :
Mid : 30%
Final : 30%
Praktek : 30%
Tugas : 10%
2
Materi I
METABOLISME & JALUR BIOGENETIK
Pertemuan Pertama
1. Metabolime Primer dan Sekunder Bahan Alam
- Pengertian Metabolit Primer & Sekunder
- Hubungan Metabolit Primer Dengan Metabolit Sekunder
CO2 O2
Fotosintesis
Glikosida
Gula Karbohidrat Polisakarida Kompleks
AB. Amino Glikosida
Eritrose
Glikolisis
PO4
Squlene Steroid
CO2
3
2. Jalur Biogenetik Bahan Alam
4
Materi II
BIOSINTESIS SENYAWA-SENYAWA
POLIKETIDA
Pertemuan Pertama
1. Addisi Unit-Unit C-2
Unit C-2 yang dimaksud adalah Ketometilenat -(CH3-CO)- yang mengalami
polimerisasi dengan rumus [-(CH3-CO)n-]
Beberapa Contoh Addisi Unit2 C2 :
O COOH CH3 COOH
4x C2
O HO OH
O
Asam Orselinat
O
O O O O
HO
8xC2 ENDOKROSIN
COOH
O O O OH O OH
(Claviceps purpurea) (Centralia endocrose)
O OCH3
O O O OCH3
O
7xC2
O GRISEOFULVIN
COOH O
H3CO O
O
Cl H 3C (Penicillum
griseofulvum)
O OH O
O O CH3
C
O HO KURVULARIN
O
Makrolida dari Curvula Sp
8xC2 O
O O O OH O
5
2. Modifikasi dan Reaksi Pada Rantai Poliketida
- RantaiPoliketometilenat
CH 3 COOH CH3 COOH C2
KONDENSASI
(+ C2)
CH3 -CO-CH3 -COOH CH3-CO-CH3 -COOH C4
Reduksi
KONDENSASI
(+ C2 )
CH3 -(CH2 )2 -C0-CH2 -COOH CH3 -(CO-CH 2 )2 -COOH C6
Reduksi
KONDENSASI
(+ C2)
CH3 -(CH2 )4 -CO-CH2 -COOH CH3 -(CO-CH 2 )3 -COOH C8
dst
dst +C 2
POLIKETIDA
ASAM LEMAK JENUH
O O
O
R
R C O
CO OH HO OH
HO OH
OH
asam 2,4-dihidroksi-6-alkil-benzoat
(turunan resersinol = asam2 orselinat)
6
- Modifikasi Sekunder Poliketida
Ar-CH 3
O
Ar-
CH 2 OH
N AD P H
Ar-CHO
N AD P H
[C]
Ar-COOH
-CO 2 -CO 2
ArH ArO H
3. Senyawa-Senyawa Kuinon, Benzofenon dan Xanton
O
O O
O
Quinone Xantho
ne
O
Benzop
henone
HO
OH Benzenetriol
OH
HO Hidroquinone
7
OH O
OH O Quinhydrone
O CH3
HO
CH3
CH3
Taxodione
H
H3C O
CH3
- Beberapa turunan Benzofenon
NH2
Benzilhidrilamine
O H
Benzohidrol
O
H
O
H
Benzopinacol
8
H
O O
N
NH
O
H
Trifenilcarbinol Phenitoin
- Turunan yang lainnya :
O
HO CH3
Questin
OCH3 O OH
COOCH3
HO HO CH3
Sulokrin
OCH3 O OH
O
OCH3
CH2 Protokotoin
O
OCH3 O OH
9
Pertemuan Kedua
4. Senyawa-Senyawa Depsida dan Depsidon
- Senyawa-Senyawa Depsida
CH3 CH2-CH2-CH3
O
O OH O OH
O
HO OH COOH
HO OH COOH
CH3 CH2-CH2-CH3
Asam Divarikatat
Asam Lekanorat
CH3 CH3
O
O OH
COOH
HO OH
O O OH
CH3
Asam Giroforat
- Senyawa-Senyawa Depsidon
CH3 CH3 CH
O O 3
O Cl O OCH 3
O
HO O HO O Cl
OH Cl
CH
Asam Variolarat H3C
Nidulin 3
5. Senyawa-Senyawa Aflatoksin
O O O
O
O O O
O O
O OCH 3 O OCH 3
Aflatoxin B1 Aflatoxin G1
O O
2 Cincin Tetra Hidrofuran
O
OH
O OCH 3
Aflatoxin M1
10
6. Senyawa-Senyawa Tetrasiklin dan Antibiotik Makrolida
- Senyawa-Senyawa Tetrasiklin
H3C CH 3
HO N
R1 R3 H
R
OH
2
H
NH 2
OH
OH O OH O O
R1 R2 R3
H H H 6 Dimetil Tetrasiklin
H CH3 H Tetrasiklin
Cl H H 7 Kloro 6 Dimetil Tetrasiklin
H CH3 OH 5 Hidroksi Tetrasiklin (Teramycin)
Cl CH3 H 7 Kloro Tetrasiklin (Auromycin)
- Senyawa-Senyawa Antibiotik Makrolida
(Tugas cari jenisnya dan biosintesisnya)
11
Materi III
BIOSINTESIS SENYAWA-SENYAWA
ALKALOID
Tujuan Instruksional Khusus
Mengetahui jalur biosintesis, reaksi yang menyertai serta metabolit yang dihasilkan pada
senyawa-senyawa alkaloid
Pokok Bahasan (4 x Pertemuan)
1. Tatanama dan Sifat Fisika Kimia Senyawa Alkaloid
2. Deteksi, Isolasi dan Pemurnian Senyawa Alkaloid
3. Prinsip Dasar Biosintesis Senyawa Alkaloid
4. Alkaloid Piperidin dan Pirolidin
5. Alkaloid golongan Lainnya
Pertemuan Pertama
1. Tatanama dan Sifat Fisika Kimia Senyawa Alkaloid
- Tatanama Senyawa Alkaloid
Karena begitu banyak tipe alkaloid maka tidak mungkin diadakan
penyatuan penamaan. Bahkan dalam satu kelompok alkaloid, sering terjadi tidak
adanya sistem penamaan dan penomeran yang konsisten. Suatu contoh, adalah
alkaloid indol, dimana banyak terdapat kerangka yang berbeda. Kebanyakan
dalam bidang ini sistem penomeran yang digunakan didasarkan pada biogenesis,
namun sayang Chemical Abstract mempunyai sistem penomeran yang sangat
membingungkan untuk setiap kerangka individu.
Kharaktersistik yang lazim penamaan alkaloid adalah bahwa nama
berakhiran ”in”. Disamping itu alkaloid, seperti bahan alam yang lain,
diberi nama yang dikenal ”trivial” (yaitu non-sistematik). Mereka mungkin
diturunkan dari nama genus (contoh atropin dari Atropa belladonna) ; dari nama
species (contoh, kokain dari Erythroxyloncoca) ; dari nama yang lazim untuk
obat-obatan (contoh, emetin, emetat), atau dari nama pakar kimia alkaloid yang
terkenal
Basa Organik(contoh, pelletierina).
PiridinaBeberapa contoh sitem penamaan pada senyawa
alkaloid :
N. Genus Hidrastina, Atropina
N. Jenis Kokaina, Belladonina
N. Umum Ergotamina
Aktivitas Fisiologik Emetina, Morfina
Nama Penemu Pelletierina
- Sifat Fisika Senyawa Alkaloid
Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal dengan
titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid
yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang
kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan
betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam
pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam
air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.
12
- Sifat Kimia Senyawa Alkaloid
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya
pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan
nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka
ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga
trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa
daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat
menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron
berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau
bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah
mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.
Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau
setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan
berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa
organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering
mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada
dalam bentuk garamnya.
13
berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung
kalium jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks
silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan
perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda.
Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan
pereaksi wagner atau dragendorff.
Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah
pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan
memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian
perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-
piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi
tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat,
jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida.
Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa
membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk
menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (p-
dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat
karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium
amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau fosfat) memberikan warna yang
berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor ultra
ungu alkaloid.
Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk mendeteksi
alkloid Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru
fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah direaksikan dengan asam format dan
fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering dideteksi
dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat.
Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam asam klorida 0,5
N, sensitif terutama pada inti tripolon alkaloid kolkisin dan sejumlah kecil 1 μg
dapat terdeteksi.
- Isolasi Senyawa Alkaoid
Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang
lazim untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya
pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan
kromatografi lapis tipis.
- Pemurnian Senyawa Alkaloid
Dibandngkan dengan KLT, HPLC menunjukkan beberapa keunggulan,
antara lain daya pisah yang lebih besar, ketepatan dan kedapatulangan yang lebih
besar. Dimana detekasi dan analisis kuantitatif dapat menggunakan detektor
kontinyu dari berbagaia macam, hal ini menghasilkan ketepatan dan ketelitian
yang tinggi.
Penggunaan kromatografi fase terbalik dapat memisahkan masing-
alkaloidmasing
utama dan metabolitnya. Pemisahan dengan µBondapak
C 16
ini
dipengaruhi oleh kadar CH3COOH dalam fase gerak tidak mengandung
CH3COOH, kinin dan kinidin tertahan di kolom. Pada kadar CH3COOH 1%
terjadi pemisahan yang baik dimana dengan penambahan asam aksisulfat pada
sistem yang mengandung CH3COOH 1% menaikkan resolusi.
14
Dimana sari kasar kina dipisahkan kolom µBondapak C18 dengan fase
gerak metanol-air (40-60) ditambah 1% asam heptasulfonat dan 0,15% butilfosfat,
senyawa yang keluar berturut-turut adalah sinkonidin, kinidin dan kinin.
NH
N
NH N N
Pirolidin Piperidin Isokuinolin Kuinolin Indol H
15
5. Alkaloid golongan Lainnya
a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik
1. Alkaloid Piperidin-Pyridin
Yaitu mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang
termasuk dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan
Nicotiana tabacum dari famili Solanaceae.
2. Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3).
Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada
otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah
Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil
mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii,
Datura dan Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari
Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae)
3. Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin carbon mengandung 1 atom nitrogen. Alkaloid ini
termasuk alkaloid narkotik yang pada umumnya ditemukan pada famili
Papaveraceae, Contohnya; Opium Poppy (Papaver somniferum),
Chondodendron tomentosum dari familia Menispermaceae.
4. Alkaloid Quinolizidin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak
ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium
junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora
5. Alkaloid Indolizidin
Mempunyai 1 cincin karbon dengan 1 cincin indol
6. Alkaloid Quinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini
adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang
toxic terhadap Plasmodium vivax
7. Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada
alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine,
alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili
Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk penyakit
Leukimia dan Hodgkin‟s.
8. Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid
yang mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili
Solanaceae, Zigadenus venenosus.
9. Alkaloid Purin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan
pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari
famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae, Paullunia
cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae dan
Theobroma cacao.
16
10. Alkaloid Muskarin
Mempunyai 1 cincin karbon dan mengandung okasigen dan 1 atom
nitrogen. Termasuk miscumol yang didapat dari Amanita muscaria, Amanita
phalloides, Amanita ocreata, Amanita pantherina.
b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik
Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu
atom karbon pada rantai samping.
1. Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)
Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah
satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora
williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana,
Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale.
2. Alkaloid Capsaicin
Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens,
Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum
chinense.
17
Materi IV
BIOSINTESIS SENYAWA-SENYAWA
STEROID
Tujuan Instruksional Khusus
Mengetahui jalur biosintesis, reaksi yang menyertai serta metabolit yang dihasilkan pada
senyawa-senyawa steroid
Pokok Bahasan (3 x Pertemuan)
1. Kerangka Dasar, Penomoran dan Konfigurasi dari Senyawa Steroid.
C D
A B
Hexadecahydro-cyclopenta[a]phenanthrene
2. Kegunaan Steroid
Senyawa-senyawa turunan steroid memiliki fungsi yang sangat penting dalam
kelangsungan hidup organisme. Berbagai jenis hormon, asam empedu dan berbagai
macam senyawa anabolik adalah turunan steroid. Keragaman turunan steroid
dihasilkan melalui transformasi struktur dan gugus fungsi steroid berdasarkan reaksi-
reaksi sekunder mengikuti keteraturan biogenetik.
3. Senyawa-Senyawa Kortikosteroid
O O
HO HO
HO HO
H H
HO HO
H H H H
O O
Hydrocortisone
Prednisolone
4. Senyawa-Senyawa Gestogen
H3C OH CH
H H
H H
O
Gestodene
18
5. Senyawa-Senyawa Androgen
O
O H CH3
H CH3
CH3 H
CH3 H
H H
H H
O
O H
Testosterone Stanolone
OH
OH
CH3 CH3
CH3 CH3
CH 3 H
CH3 H
H H O
H H
O
O
OH H
Oxymetosterone Oxandrolo
6. Senyawa-Senyawa Estrogen ne
OH
OH CH
CH3
CH3
CH3
CH3 H
H H H
H H
O
H H3CO
Mestrolone Mestranol
OH
CH3
CH 3 CH3
CH3 H
COOH
H H
H3C CH 3
H3CO O
Methallenestril. Methandrostenolone
19
Materi V
BIOSINTESIS SENYAWA-SENYAWA
GLIKOSIDA
Tujuan Instruksional Khusus
Mengetahui jalur biosintesis, reaksi yang menyertai serta metabolit yang dihasilkan pada
senyawa-senyawa glikosida
Pokok Bahasan (2 x Pertemuan)
1. Kerangka Dasar dan Kegunaan Glikosida
2. Jenis-jenis Gula dan Aglikon dari Senyawa Glikosida
3. Glikosida Jantung
GLIKOSIDA
Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam
kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman glikosida tidak lagi diubah menjadi
senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar
(misalnya terkena panas dan teroksidasi udara).
PENGERTIAN GLIKOSIDA
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu
gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan
oksigen (O – glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan
sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian
gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau
genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai
glikosida.
STRUKTUR GLIKOSIDA
Glikon Aglikon
O
1.
BIOSINTESIS
Apabila bagian aglikon dari suatu glikosida juga merupakan gula, maka
GLIKOSIDA
glikosida ini disebut hollosida, sedang kalau bukan gula disebut heterosida.
Pembicaraan tentang biosintesa dari heterosida umumnya terdiri dari dua bagian yang
20
penting. Yang pertama adalah reaksi umum bagaimana bagian gula terikat dengan
bagian aglikon, diperkirakan reaksi transfer ini sama pada semua sistem biologik. Ini
kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan secara mendetail tentang jalannya reaksi
biosintesa untuk berbagai jenis aglikon yang akan menyusun glikosida.
(glikosida)
Apabila glikosida telah terbentuk, maka suatu enzim lain akan bekerja untuk
memindahkan gula lain kepada bagian monosakarida sehingga terbentuk bagian
disakarida. Enzim serupa terdapat pula dalam tanaman yang mengandung glikosida
lainnya yang dapat membentuk bagian di-, tri- dan tetrasakarida dari glikosidanya
dengan reaksi yang sama.
AGLIKON
Aglikon dari glikosida terdiri dari banyak jenis senyawa kimiawi. Senyawa-
senyawa tersebut meliputi senyawa-senyawa alkoholik dan fenolik, isotiosianat, nitril
sianogenetik, turunan antrasen, flavonoid dan steroid. Meskipun demikian glikosida
tanaman yang pada waktu ini banyak digunakan secara medisinal kebanyakan
mempunyai aglikon steroid, flavonoid atau antrasen. Ini tidak berarti bahwa glikosida
lain tidak penting, hanya yang digunakan untuk pengobatan lebih sedikit.
21
JENIS-JENIS GULA
Glikosida sering diberi nama sesuai bagian gula yang menempel didalamnya
dengan menambahkan kata oksida. Sebagai contoh, glikosida yang mengandung
glukosa disebut glukosida, yang mengandung arabinosa disebut arabinosida, yang
mengandung galakturonat disebut galakturonosida, dan seterusnya.
Secara kimiawi, glikosida adalah senyawa asetal dengan satu gugus hidroksi
dari gula yang mengalami kondensasi dengan gugus hidroksi dari komponen bukan
gula. Sementara gugus hidroksi yang kedua mengalami kondensasi di dalam molekul
gula itu sendiri membentuk lingkaran oksida. Oleh karena itu gula terdapat dalam dua
konformasi, yaitu bentuk alfa dan bentuk beta maka bentuk glikosidanya secara
teoritis juga memiliki bentuk alfa dan bentuk beta. Namun dalam tanaman ternyata
hanya glikosida bentuk beta saja yang terkandung didalamnya. Hal ini didukung oleh
kenyataan bahwa emulsion dan enzim alami lain hanya mampu menghidrolisis
glikosida yang ada pada bentuk beta.
22
Asetal
H O CH3 H3C O H
C C
H – C – OH H – C – OH
HO – C – H O HO – C – O Kondensasi
H – C – OH H – C - OH
H–C H–C
H – C – OH H – C – OH
H H
α β
KLASIFIKASI DARI GLIKOSIDA
GLYCOSIDES
tannins flavonol
group
cardioaktive saponin phenol
group group group
aldehyde alcohol isothiocyanate
group group group
antraquinone cyanophore
group group
lactone
group
23
♥ GLIKOSIDA SAPONIN
Menurut SOBOTKA :
Struktur kimiawi
24
17
HO
Kerangka steroid
H3C CH3
17
CH3
3
HO
Kerangka triterpenoid
25
Proses biosintesienya
HO
O
HO HO
O
Acetic Acid
OH
Mevalonic Acid
Squalen
IP P
H
H
H
HO
C h o le s te r o l
26
SAPONIN = GULA
+ SAPOGENIN
glycone
aglycone
SAPONIN
Glycone Aglicone
Sugar Sapogenin
1. glukosa
2. arabinosa Neutral Acid
3. xylose Saponine Saponine
4. glucuronic acid
Steroide Triterpenoide
27
O
O
O
HO
Pertacyclic triterpenoid
(β – Amyrin)
♥ GLIKOSIDA STEROID
Glikosida steroid adalah glikosida yang aglikonnya berupa steroid. Glikosida
steroid disebut juga glikosida jantung karena memiliki daya kerja kuat dan spesifik
terhadap otot jantung.
Struktur Kimiawi
Secara kimiawi bentuk struktur glikosida jantung sangat mirip dengan asam
empedu yaitu bagian gula yang menempel pada posisi tiga dari inti steroid dan bagian
aglikonnya berupa steroid yang terdiri dari dua tipe yaitu tipe kardenolida dan tipe
bufadienolida. Tipe kardenolida merupakan steroid yang mengandung atom C-23
dengan rantai samping terdiri dari lingkaran lakton 5-anggota yang tidak jenuh dan
alfa- beta menempel pada atom C nomor 17 bentuk beta. Sementara tipe bufadienolida
28
berupa homolog dari kardenolida dengan atom C-24 dan mempunyai rantai samping
lingkaran keton 6-anggota tidak jenuh ganda yang menempel pada atom C nomor 17.
O O
C D
A B
HO
Kardenolida
O
O
A B
HO
Bufadienolida
29
Biosintesa Glikosida Jantung
Aglikon dari glikosida jantung adalah steroid yaitu turunan dari siklo-
pentenofenantren yang mengandung lingkaran lakton yang tidak jenuh pada atom
C-17. Seperti sudah kita ketahui biosintesis dari senyawa steroid pada umumnya
didasarkan atas biosintesa dari senyawa kolesterol. Meskipun tidak semua
senyawa steroid memerlukan kolesterol sebagai prekursor (pra zat)
pembentukannya, paling tidak pembentukan kolesterol ini dianggap sebagai
mekanisme biosintesa senyawa steroid pada umumnya.
CH3 – C O
Co ASH O S CoA
CH3COOH CH3 – C O
-H2O S CoA -CoA
CH3 – C – CH2 – C – S CoA
Asam asetat Asetil CoA asetoasetil – CoA
O
- Co ASH CH3 – C
S CoA
O H3C OH O H3C OH
NADPH2
C C CH2OH O C C C
HO CH2 CH2 HO CH2 CH2
S-CoA
Asam mevalonat
Fasforilase β – hidroksi – β – metal glutaril - CoA
ATP
- ADP
30
O H3C OH O H3C OP
ATP
C C CH2-O-P C C CH2-O-P-P
fosforilase
HO CH2 CH2 HO CH2 CH2
ATP
Dekarboksilasi
H3C H3C
H3C H3C
Geranil pirofosfat
31
Farnesil pirofosfat
Sikloartenol
Lanosterol
OH R H HO
HO HO
Zynosterol Kholesterol
32
♥ GLIKOSIDA ANTRAKUINON
Beberapa jenis obat pencahar yang berasal dari tanaman mengandung glikosida
sebagai isi aktifnya. Glikosida-glikosida yang terdapat di dalam obat pencahar tersebut
mengandung turunan antrasen atau antrakinon sebagai aglikonnya. Simplisia yang
mengandung glikosida ini antara lain Rhamni purshianae Cortex, Rhamni Frangulae
Cortex, Aloe, Rhei Radix, dan Sennae Folium. Kecuali itu Chrysa robin dan Cochineal
(Coccus cacti) juga mengandung turunan antrakinon, akan tetapi tidak digunakan sebagai
obat pencahar karena daya iritasinya terlalu keras (Chrysarobin) sehingga hanya
digunakan sebagai obat luar atau hanya digunakan sebagai zat warna (Cochineal, Coccus
Cacti).
Tanaman-tanaman seperti kelembak, aloe, sena, dan kaskara telah lama dikenal
sebagai obat alami kelompok purgativummeskipun pada saat itu kandungan
kimiawinya belum diketahui dengan jelas. Belakangan, ternyata ada persamaan
kandungan kimiawi antara obat purgativum dengan beberapa bahan pewarna alami.
Senyawa yang pertama ditemukan adalah sena dari tipe antrakuinon, baik dalam keadaan
bebas maupun sebagai glikosida. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa produk alam
juga mengandung turunan antrakuinon yang tereduksi, misalnya oksantron, antranol, dan
antron. Termasuk juga produk lain seperti senyawa yang terbentuk dari dua molekul
antron, yaitu diantron. Senyawa-senyawa ini dapat dalam keadaan bebas (tidak terikat
dengan senyawa gula dalam bentuk glikosida) dapat pula dalam bentuk glikosida dimana
turunan antrakinon tersebut berfungsi sebagai aglikon.
Struktur Kimiawi
Sama halnya dengan sifat glikosida lainnya, glikosida antrakuinon juga mudah
terhidrolisis. Bentuk uraiannya adalah aglikon dihidroksi antrakuinon, trihidroksi
antrakuinon, atau tetrahidroksi antrakuinon.
O O OH
H H H H
O
33
Antrakuinon Antron Antranol
OH
H
OH OH
Diantran
Oksantron ol
Biosintesa Senyawa Antrakinon
Biosintesa senyawa antrakinon diselidiki di dalam mikroorganisme. Dan disimpulkan
bahwa biosintesa pada tumbuhan tinggi terjadi melalui proses yang serupa, salah satu
contoh yang sederhana ialah pembentukan turunan antrakinon dari asam asetat yang
diberi label dalam Peniccilium islandicum, jenis Penicillium yang dikenal menghasilkan
bermacam-macam turunan antrakinon.
C C C C
O O O O
CH3
CO CO CO CO C C C C
C C C C
C C C COOH
CO CO CO CO O O O
34
O
HO CH3
Emodin
OH O
OH
♥ GLIKOSIDA SIANOPORA
Glikosida sianopora adalah glikosida yang pada ketika dihidrolisis akan
terurai menjadi bagian-bagiannya dan menghasilkan asam sianida (HCN).
C + H – C – OH C=O
H – C – OH CH2
OP
CH2-O P HO – C – H
CH2 Eritrose-4-fosfat
H – C – OH
Asam fosfo fenol
piruvat
H – C – OH
CH2O P
Asam 3-deoksi-2-keto-D-
arabino-heptulosa-7-fosfat.
35
HO COOH COOH COOH
O OH O HO OH
OH
OH OH
OH
Asam 5- Asam shikimat
dehidrokuinat Asam 5-dehidroshikimat
Setelah terbentuk asam shikimat dapat mengalami fosforilasi dan bereaksi dengan
asam fosfoenolpiruvat membentuk asam profenat, yang selanjutnya melalui asam
fenilpiruvat menjadi fenilalanin.
♥ GLIKOSIDA ISOTIOSIANAT
Banyak biji dari beberapa tanaman keluarga Crucifera mengandung glikosida
yang aglikonnya adalah isotiosianat. Aglikon ini merupakan turunan alifatik atau
aromatik. Senyawa-senyawa yang penting secara farmasi dari glikosida ini adalah sinigrin
(Brassica nigra = black mustard), sinalbin (Sinapis alba = white mustard) dan glukonapin
(rape seed).
Biosintesa Glikosida Isotiosianat
Aglikon dari glikosida isotiosianat dapat merupakan senyawa alifatik atau turunan
aromatik. Penelitian dengan radio isotop telah menunjukkan bahwa aglikon yang berupa
senyawa alifatik biosintesanya dapat melalui “Acetate Pathway” sedang yang aromatik
melalui “Shikimic Acel Pathway”.
H
CH2-CH-COOH CH2-CH-COOH
CH2-C
36
S-glukosa
CH2-N=C=S CH 2-C
Mirosina
N-OSO3K
♥ GLIKOSIDA FLAVONOL
Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid. Glikosida ini
merupakan senyawa yang sangat luas penyebarannya di dalam tanaman. Di alam dikenal
adanya sejumlah besar flavonoid yang berbeda-beda dan merupakan pigmen kuning
yang tersebar luas diseluruh tanaman tingkat tinggi. Rutin, kuersitrin, ataupun sitrus
bioflavonoid (termasuk hesperidin, hesperetin, diosmin dan naringenin) merupakan
kandungan flavonoid yang paling dikenal.
3CH3COOH + B calkon B
CH O CH2
C
CH COOH
HOOC
CH
O O
B
HO O
A
OH O flavanoid
37
♥ GLIKOSIDA ALKOHOL
Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki gugus
hidroksi. Senyawa yang termasuk glikosida alcohol adalah salisin. Salisin adalah
glikosida yang diperoleh dari beberapa spesies Salix dan Populus.
CH2OH CHO
COOH CHO
O–glukosa O–glukosa
HO glukosa-O
OCH3
Salisin (alkohol) helisin asam ferulat glukovanila
(aldehida)
NH3C OH
OH
Fenilalanin
asam sinamat hidrokinon
glukosa
O
OH
Arbutin
(fenol)
COOH
O O glukosa
O
38
♥ GLIKOSIDA ALDEHIDA
Salinigrin yang terkandung dalam Salix discolor terdiri dari glukosa yang
diikat oleh m-hidroksibenzaldehida sehingga merupakan glikosida yang
aglikonnya suatu aldehida.
♥ GLIKOSIDA LAKTON
Meskipun kumarin tersebar luas dalam tanaman, tetapi glikosida yang
mengandung kumarin (glikosida lakton) sangat jarang ditemukan. Beberapa
glikosida dari turunan hidroksi kumarin ditemukan dalam bahan tanaman seperti
skimin dan Star anise Jepang, aeskulin dalam korteks horse chestnut, daphin
dalam mezereum, fraksin dan limettin.
♥ GLIKOSIDA FENOL
Beberap aglikon dari glikosida alami mempunyai kandungan bercirikan
senyawa fenol. Arbutin yang terkandung dalam uva ursi dan tanaman
Ericaceae lain menghasilkan hidrokuinon sebagai aglikonnya. Hesperidin dalam
buah jeruk juga dapat digolongkan sebagai glikosida fenol. Uva ursi adalah daun
kering dari Arctostaphylos uva ursi (Famili Ericaceae). Tanaman ini merupakan
semak yang selalu hijau merupakan tanaman asli dari Eropa, Asia, Amerika
Serikat dan Kanada.
FUNGSI GLIKOSIDA
Secara umum arti penting glikosida bagi manusia adalah untuk sarana
pengobatan dalam arti luas yang beberapa diantaranya adalah sebagai obat
jantung, pencahar, pengiritasi lokal, analgetikum dan penurunan tegangan permukaan.
Fungsi glikosida :
1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer
2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi
3. Glikosida sebagai pengatur tekanan turgor
4. Proses glikosidasi untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang mengganggu
5. Glikosida sebagai petunjuk sistematik
39
Penggunaan glikosida dimana beberapa diantara glikosida merupakan obat yang
sangat penting, misalnya yang berkhasiat kardiotonik, yaitu glikosida dari Digitalis,
Strophanthus, Colchicum, Conyallaria, Apocynum dan sebagainya yang berkhasiat
laksatifa/pencahar seperti Senna, Aloe, Rheum, Cascara Sagrada dan Frangula yang
mengandung glikosida turunan antrakinon emodin. Selanjutnya sinigrin, suatu
glikosida dari Sinapis nigra, mengandung alilisotiosianat suatu iritansia lokal.
Gaulterin adalah glikosida dari gaulteria yang dapat menghasilkan metal salisilat
sebagai analgesik.
40
beberapa glikosida, aglikon atau gula yang hanya terdapat di dalam tanaman atau
familia tertentu.
6. Menurut hasil penelitian Fuch dan kawan-kawan (1952), ternyata bahwa didalam
waktu 24 jam tidak terdapat perubahan yang berarti pada kadar glikosida baik ditinjau
dari sudut biologi maupun secara kimiawi. Juga pada tanaman yang ditempatkan
pada tempat yang gelap selama 24 jam, tidak ada perubahan kadar glikosida.
PEMBENTUKAN GLIKOSIDA
Apabila glukosa direaksikan dengan metal alkohol, menghasilkan dua senyawa.
Kedua senyawa ini dapat dipisahkan satu dari yang lain dan keduanya tidak memiliki
sifat aldehida. Keadaan ini membuktikan bahwa yang menjadi pusat reaksi adalah
gugus –OH yang terikat pada atom karbon nomor 1. Senyawa yang terbentuk
adalah suatu asetal dan disebut secara umum glikosida. Ikatan yang terjadi antara
gugus metal dengan monosakarida disebut ikatan glikosida dan gugus –OH yang
bereaksi disebut gugus –OH glikosidik.
Metilglikosida yang dihasilkan dari reaksi glukosa dengan metal alcohol disebut
juga metilglukosida. Ada dua senyawa yang terbentuk dari reaksi ini, yaitu metil–α–
D–glukosida atau metil-α-D-glukopiranosida dan metil-β-D-glukosida atau metil-β-
D-glukopiranosida. Kedua senyawa ini berbeda dalam hal rotasi optic, kelarutan serta
sifat fisika lainnya. Dengan hidrolisis, metil glikosida dapat diubah menjadi
karbohidrat dan metilalkohol.
Glikosida banyak terdapat dalam alam, yaitu pada tumbuhan. Bagian yang
bukan karbohidrat dalam glikosida ini dapat berupa metilalkohol, gliserol atau lebih
kompleks lagi misalnya sterol. Di samping itu antara sesama monosakarida dapat
terjadi ikatan glikosida, misalnya pada molekul sukrosa terjadi ikatan α-glukosida-β-
fruktosida.
41
Materi VI
BIOSINTESIS SENYAWA-SENYAWA
FLAVONOID
Tujuan Instruksional Khusus
Mengetahui jalur biosintesis, reaksi yang menyertai serta metabolit yang dihasilkan pada
senyawa-senyawa flavonoid
Pokok Bahasan (3 x Pertemuan)
1. Kerangka Dasar dan Sistem Penomoran Senyawa Flavonoid
2. Mekanisme Dasar Biosintesis Senyawa Flavonoid
3. Hipotesis Biogenetik Pelter
4. Senyawa Khalkon
5. Senyawa Dihidrokhalkon
6. Senyawa Auron
7. Senyawa Flavonon
BIOSINTESIS
SENYAWA FLAVANOID
A C C C B
42
Cincin A : karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol terdistribusi.
HO O HO O
A Atau A
C3 C6 (B) C3 C6 (B)
OH
OCH3
C6 (A) C3 B OH
OH
43
B B
C O
C
A A C
C
C C
Khalkon flavon
Dihidrokhalkon katekin
Flavon -3, 4-diol
Flavanon
Flavon
Antosianidi
n
Flavon -3-ol
Flavon -3-on-3-ol
O O
C
A C C B A C
C C B
Tingkat oksidasi tiga karbon bagian molekul flavanoid dapat dinyatakan oleh
hubungan formal seperti ditunjukkan dalam ringkasan berikut. Perlu diperhatikan
bahwa cincin –A selalu memiliki gugus hidroksil yang letaknya sedemikian hingga
memberikan kemungkinan untuk terbentuknya cincin heterosikliks dalam senyawa
trisiklis. Dalam bisiklis khalkon dan hidrokhalkon gugus hidroksil tetap terikat pada
cincin –A.
A – COCH2CH2 – B hidrokhalkon
flavanon, khalkon
A – COCH2CHOH – B
flavanon
A – COCH2CO – B
A – CH2CCOCO – B antosianin
44
A – COCOCH2 – B auron
A – COCHCHOH – B 3 – hidroksi flavanon
OH
A – COCOCH – B flavanol
OH
DIHIDROKHALKON
Meskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu senyawa yang
penting yaitu phlorizin merupakan konstituen umum famili Rosaceae juga terdapat
dalam jenis buah-buahan seperti apel dan pear. Phlorizin telah lama dikenal dalam
bidang farmasi, ia memiliki kesanggupan menghasilkan kondisi seperti diabetes.
Phlorizin merupakan β -D-glukosida phloretin. Phloretin mudah terurai oleh alkali
kuat menjadi phloroglusinol dan asam p-hidroksihirosinamat (asam phloretrat). Jika
glukosida phlorizin, dipecah dengan alkali dengan cara yang sama, maka ternyata sisa
glukosa tidak dapat terlepas dan dihasilkan phloroglusinol β-O-glukosida. Akhirnya,
kedudukan sisa glukosa yang dibentuk oleh reaksi ditunjukkan dalam persamaan 1 ;
interaksi gugus asetoksil dengan satuan –CHCH2CH2Ar menunjukkan bahwa satuan
glukosa harus terikat pada kedudukan – 2‟ dalam phlorizin. Glikolisasi gugus
hidroksil orto terhadap gugus karbonil di dalam adalah tidak umum, hal ini terutama
karena ikatan yang efektif antara –OH dan O=C.
Adanya gugus-gugus hidroksil pada kedudukan -2,6 relatif terhadap gugus
karbonil mengakibatkan satu daripadanya reaktif dan dapat terjadi glikosilasi.
45
H2O
Florisin Floretin D-glukosa
H+
NaOH
HO OH
CH 2 CH2 COOH
+ HO
OH Asam floretat
HO O
C6H11O 5
Asam floretat (1)
NaOH
OH
Me2SO4
Tri-O-metil florisin
K 2CO3 / aseton
1) H 2O/H
2) Ac 2 O/N 2 Oac
O
CH 3 O CH 3
CH 2 OCH3
CH 3O O
Florisin adalah :
OH
COCH 2CH2 OH
O C6H11O5 D-glukosa
Senyawa ini dipisahkan secara kromatografi kertas memakai pengembang yang biasa.
Mereka dideteksi dengan menyemprot kertas dengan ρ-nitroanilina yang terdiazotasi
dan dengan AlCl3 dalam alcohol. Floridzin menghasilkan warna merah jingga dengan
pereaksi pertama dan fluoresensi kehijauan yang kuat dengan pereaksi kedua.
46
KHALKON
Polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun terdistribusinya di
alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat mengalami isomerisasi menjadi
flavanon dalam satuan keseimbangan, persamaan 2.
3
2 4
3
5
4„ „ 2„ 6
5„ C
6„
O
merein
: 2‟, 3,4‟ , 3,4 – penta OH (4‟ – glukosida)
koreopsin
: 2‟, 4‟, 3,4 – tetra OH (4‟ – glukosida)
stillopsin
: 2,4 , „5‟ , 3,4 – penta OH (? – glukosida)
lanseolin
: 2‟, 4‟ , 3,4 – tetra OH-3‟-OMe (? – glukosida)
semua senyawa tersebut terdapat khalkon yang terdapat dalam spesies coreopis
Gambar : Beberapa khalkon yang terdapat di alam
47
OH OH
OH O OH
HO OH HO
O O
Butin
Butein
(Keduanya dapat diisolasi, stabil)
OH OH
OH O (2)
HO OH HO
O OH O
KARTAMIN
Carfhanus tinctorius L. (fam. Compositae), mengandung pigmen bunga kuning
yang berubah menjadi merah bila umur bunga bertambah. Ekstrak bunga juga
berwarna merah, dengan pembentukkan bunga merah. Pigmen merah pertama
kali
disebut kartamin, merupakan glikosida dan bila dihidrolisis dengan asam fosfat
berair memberikan dua senyawa isomer yaitu kartamidin dan isokartamidin. Sekarang
pigmen merah dinyatakan sebagai “Kartamon”.
Kartamidin dan isokartamidin merupakan isomer flavanon seperti ditunjukkan
dalam persamaan (3a) dibawah ini oleh sintesis senyawa termetilasi sepenuhnya
dan demitilasi menjadi tetrahidroksi flavanon.
48
OCH3
OCH3
CH
CH OH OH
NaOH H2 O/H+
+
3O O 3O
CH 3 COCH3
OCH3 CHO CH OCH3
O
3O
OCH3 OH
O O
CH 3O HO
AlCl 3 (3)
HO
CH 3O C 3 H6
OH
CH3O O O
Isokartamidin
(Kartamidin = 5, 7, 8, 4‟ - tetrahidroksiflavanon)
OH (A) Pembentukan
cincin (A) Isokartamidin
HO - COCH = CH OH
(B)
Kartamidin
HO OH (B)
Pembentukan dua flavanon dari precursor tunggal segera terbentuk dengan terjadinya
transformasi seperti ditunjukkan dalam persamaan (3b) ; zat antara khalkon dapat
melakukan siklisasi baik dengan adisi gugus hidroksil -2‟ atau -6‟ terhadap ikatan
rangkap. Kartamon berwarna merah, dan polihidroksi khalkon merupakan senyawa
yang berwarna kuning hingga jingga – kuning ; sebagai contoh koreopsin. Prekursor
berwarna kuning ini sekarang dipandang sebagai khalkon glukosida yang mengalami
oksidasi menjadi quinonoid glikosida yang berwarna merah (kartamon).
Pembentukkan flavanon pada hidrolisis kartamon harus melibatkan reduksi terhadap
quinon, kemungkinan pada hidrolisis melepaskan glukosa (4).
49
OH OH
HO O
OH (O) HO
( R = glukosit) H2 O/H+
HO O
OR O OR O
Pigmen bunga kuning Kartamon (merah) (4)
OH OH
O OH
HO (H) HO
HO
O
OH OH
O O
Usulan semula menyatakan bahwa senyawa yan dikenal dengan kartamin (pigmen
merah) adalah quinonoid “enol” khalkon (5).
OH OH
O OH HO OH
H+
H2 O
HO (5)
Glukose O
OH OH OH O
Kartamin
(struktur awal)
Kartamidin
Isokartamidin
50
FLAVAN
Flavan tidak lazim sebagai konstituen tanaman. Sejauh ini hanya ada satu contoh
dalam kelompok ini yang merupakan senyawa yang terdapayb di alam.Senyawa
fenolat kompleks yang merupakan konstituen resin dari tanaman genus
Xanthorrhoea mengandung berbagai senyawa flavanoid yan ternyata pemisahan dan
pemurniannya sukar dilakukan. Metilasi (dengan metal sulfat dan kalium karbonat
dalam aseton) terdapat resin kotor dari X, preissii menghasilkan sejumlah senyawa
flavanoid. Salah
satu dari padanya adalah 4‟ , 5 , 7-trimetoksi flavan (penomoran system sesuai
dengan gambit tipe umum senyawa flavanoid). Reduksi flavan dengan natrium dan
etanol dalam cairan ammonia dan metilasi fenol yang diperoleh menghasilkan
senyawa yang dikenal 1-p-metoksifenil-3- (2,4,6-trimetoksifenil)-propana (6)
O OH
CH 3O N2 CH 3O
3
O-metilat
(6)
O
OH CH 3O
(Resin Xanthorroea)
FLAVANON
Flavanon (biasanya sebagai glikosida) terdistribusi luas dialam. Flavanon terdapat
dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari
tanaman genus Prunus (fam. Rosaceae) dan buah jeruk. Dua glikosida yang paling
lazim adalah neringenin dan hesperetin, terdapat dala buah anggur dan jeruk.
Beberapa flavanon yang terdapat dialam diberikan dalam gambar dibawah berikut.
51
Penentuan struktur flavanon cepat dilakukan berdasarkan metoda klasik.
Polihidroksiflavanon mudah dikenal dengan terbentuknya warna merah, lembayung,
bila flavanon direduksi dengan magnesium dalam asam klorida dalam larutan etanol.
Persoalan dasar dalam menentukan struktur flavanon adalah (a) posisi ikatan sisa
gula, jika senyawa merupakan glikosida ; dan (b) posisi gugus inti hidroksil dan
metoksi cincin -A dan –B
Flavanon dan khalkon dipecah oleh hidrolisis alkalis menjadi turunan asam
benzoate yang terdiri dari cincin –B dan tergantung pada kondisi fenol yang
terdapat pada cincin –A (missal phloroglusinol) atau menjadi asetofenon yang sesuai.
Pada persamaan 7 digambarkan beberapa pemecahan seperti yang diuraikan diatas.
OH
OH
O
HO HO OH
50% KOH
+
COCH3
COOH
O
Liquiritigenin
(7)
OH
O OCH3 HO
HO HO OH
30%
NaOH CH 3 O CH = CHCOOH +
OH OH
O
Homoeridiktiol Asam ferurat
OH OCH3
O O
RO RO OH
OH OH
O O
R = H, naringenin R = H, hesperitin
R = A*, naringi R = A*, hesperidin
R = B*,
neohesperidin
52
OH
O O
RO CH 3O
OH OR
O
R = H, pinocembrin
R = H, sakuranetin
R = CH3, pinostrobin
R = I-glucosyl, sakuranin
Sisa gula :
H
O
HO CH
O CH
A= 3 O
H H H H 2
H H O
OH OH HO OH H H
H OH
Rutinosa = 6-0(- -L-rhamnopiranosil)-D-glukopiranosa
HOC
O
H2
H H O
H OH H H
O
H O
B
=
H
O
H CH
O 3
H H
H H
OH
OH
Neohesperidosa = 2-0(- -L-rhamnopiranosil)-D-glukopiranosa
53
Gambar : Flavanon alam
Cara lain yang berguna untuk menentukan struktur flavanon adalah melibatkan
dehidrogenasi ikatan -2,3 yang memberikan flavon. Karena flavanon sering sukar
disintesis sedangkan tidak ada masalah untuk flavon, maka prosedur ini sangat
berharga (persamaan 8)
OH OH
O OCH3 O OCH3
CH 3O CH 3O
I2 (8)
NaOAc
OH OH
O O
FLAVON
Apigenin dan luteolin terdistribusi secara luas dai alan dan merupakan contoh
dasar bentuk subtitusi yang diturunkan dari kombinasi yang diturunkan dari bagian –
C6-C3 dengan satuan asetat :
Hampir setiap bentuk yang mungkin dikenal di alam, dari flavon sendiri hingga
nobiletin 5,6,,7.8,3‟, 4-heksametoksiflavon. Gambar dibawah ini memuat beberapa
flavon alami. Kebanyakan hidroksiflavon terdapat sebagai glukosida.
54
O O
HO
OH
O O
Flavon Khrisin
OH OH
O O OH
HO HO
OH OH
O O
Apigenin Luteolin
O OCH3 O
HO HO
HO
OH OH
O O
Baikalein Wogonin
OCH3
OCH3
OCH3 O OCH3 O
CH 3O CH3 O
OCH3
Nobiletin Tangeretin
Flavon mudah dipecah oleh alkali, menghasilkan diasilmetan atau tergantung pada
kondisi reaksi asam benzoate yang diturunkan dari cincin - B dan 0-
hidroksiasetonfenon pada cincin –A. Reaksi diberikan pada persamaan 9.
Diasilmetan yang diturunkan dari flavon seperti dalam persamaan 9, mudah
dikenal sebagai hasil degradasi. Warna hijau terangnya menunjukkan bahwa senyawa
55
dalam bentuk enol. Diasilmetan mudah disntesis dari asetofenon yang sesuai dan ester
asam benzoate tersubtitusi (persamaan 10a) atau dari 0-asiloksiasetofenon, seperti
digambarkan dalam persamaan 10b. Karena 0- hidroksidiasilmetan mudah diubah
menjadi flavon dengan pembentukan cincin oleh pengaruh katalisator asam, prosedur
ini berguna sebagai metoda sintesis flavon.
OCH3
O OCH3
CH 3O 10% CH 3O OH
OCH 3 Lebih
CH 3O KOH CH 3O Lanjut
COCH2CO OCH 3
OCH3 O OCH3
(9)
OCH3
OH
CH 3O OCH3
+
COCH 3
CH 3 O
OCH3 COOH
Flavon stabil terhadap asam kuat dan esternya mudah didealkilasi denga
penambahan HI atau Hbr, atau dengan aluminium klorida dalam pelarut inert. Namun
demikian, selama dimetilasi tata ulang sering teramati ; oleh pengaruh asam kuat
dapat menyebabkan pembukaan cincin pada cara yang lain. Sebagai contoh demetilasi
5,8-dimetoksiflavon dengan HBr dalam asam asetat menghasilkan 5,6-
dihidroksiflavon (persamaan 11a). Dalam keadaa khusus, pembukaan lanjut dapat
terjadi (persamaan 11b)
56
OCH3
OH
CH 3O CH 3O OH
A. + OCH3
COCH 3 N3 Oet
CH 3O CH 3O
OCH3
OCH3 OCH3 COCH2 CO
COOEt OCH3
H+
HO OCH3 OH OCH3
O OCH3 OH
OCH3
CH 3O CH 3O C
CH 3O CH 3O C
CH2
OCH3 OCH3 O
O
OCH3
O
CH 3O OCH3
(10)
CH 3O
OCH3
O
OCH3 OCH3
O
OCH3 OCH3
O-
O C 3 O OCH3
CH 3O CH 3O C
OCH
CH 3O CH3O C
CH2
COCH3
OCH3 OCH3 O
O- OH
CH 3O OCH3 H+ CH 3O OCH3
57
OCH3 O OH
HBr OH
A.
COCH2CO
OCH 3 OH
O
O
OH
HO COCH2CO HO
OH OH
O
OCH3
O O
HI
OCH3 OH
B. HO
O O
(11)
HO OH
O O
HI
OH OH
HO
OH
O O
FLAVANOL (3 – HIDROKSIFLAVON)
Flavanol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam
berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavanol alami yang paling sederhana adalah
58
galangin, 3,5,7-tri-hidroksiflavon ; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah
3,5,7,8,3‟,4‟,5-heptahidroksiflavon.
OH
O O
HO HO
OH OH
OH OH
O O
Galangi Kaempfenol
n
OH
OH
OH
O OH O
HO HO OH
OH OH
OH OH
O O
Quersetin Miriseti
n
O
OH
CH 2
O OCH3 O OCH3
CH 3 O O CH3 O
CH 3 O OCH 3 OCH3
OCH 3 OH
O O
Melisimpleksin Termati
n
OH
OH
OH
OH
OCH3 O OCH 3 O
HO HO OH
OH OH
OH OH
O O
Limositr Hibisefi
in n
59
Meskipun flavon, flavonol, flavanon pada umumnya terdistribusi melalui famili
tanaman tinggi tetapi tidak terdapat hubungan khemotaksom yang jelas. Genus
Melicope mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan genus Citrus mengandung
nobiletin, tangeretin dan 3‟,4‟,5,6,7 – pentametoksiflavon (persamaan 9)
60
OH
OH
O O OH
HO OH HO
OH OH
OH OH
OH
OH
OH
O O
HO OH HO
OH OH
OH
OH
O
HO OH
OH
(A) OH OH
HO OH
OH +
OH H
KO s i OH COOH
Fu
O CH OH Semua dapat
HO
OH 1)
2) Na OCH3
Me /Et O
til a H
OH t OCH3
CH3 O OCH 3
OH
OCH3
O CH 2 OH (12)
HO
OH
OH
61
OH OH
O O
HO OH HO OH
+
(B) OH OH
OH OH
Sianidin (kation) (+) - epikatekhin
Reduksi (+) –katekhin tetrametil eter dan (-) – epikatekhin tetrametil eter dengan
natrium dan etanol dalam ammonia cair, diikuti dengan metilasi terhadap fenol yang
dihasilkan, memberikan anantiomer 1 –(3,4 –dimetoksifenil) -3(2,4,6 –
trimetoksifenil)-2 –propanol (persamaan 13).
OCH3
OCH3
OH
O CH2
HO OH 1) methylate
HO - C - H
(A) 2) Na/NH3/EtOH
OH
OH 3) methylate CH2
CH 3O OCH3
OCH3
OCH3
OH OCH3
O CH2 (13)
HO OH Melalui
H - C - OH
(B) OH
OH CH2
CH 3O
OCH3
OCH3
62
Kenyataan lebih lanjut untuk konfigurasi katekhin dan epikatekhin diperoleh
dalam reaksi turunan 3 –tosil tetrametil eter dengan hidrazin untuk mengeliminasi H -
OTos dan menghasilkan 2-ariflav-2-ena, suatu hasil yang sesuai dengan kedudukan
trans –diaksial hydrogen pada C – 2 dan gugus tosilokasi pada C – 3 (persamaan 14)
OCH3
O Ar O Ar
CH 3O CH 3O NH2 NH 2 CH O
HO 3
A
Otos
r
OCH3 OCH3
H
Ar = Veratril HOAc
OH
CH 3O OH CH 3O OH
CHO + ArCOCH 3 Khalkon H2 /Pt
CH2 CH 2COAr
OCH3 Hcl
OCH3
+ O
Ar Ar
CH 3O O CH 3O
H2
Cl -
Pt
OCH3 OCH3
Garam flavilium
O O OH
COAr Ar (14)
CH 3O CH 3O
OCH3 OCH3
Pada sisi lain, 3 –tosilat katekhin tetrametil eter tidak mengalami reaksi eliminasi
-2,3. Eliminasi TosOH disertai dengan perpindahan gugus 2 –aril ke posisi -3, dengan
pembentukan 3 –ariflav -2-ena. Reaksi ditunjukkan dalam persamaan 15
63
O Ar O
CH Quinolin CH3O
3O
OTos Ar
OCH3 OCH3
Ar = Veratril 1) Na/EtOH
2) Me2SO4 /NaOH
CH3O OCH3
CH2CHAr
OCH3
CH 3
OCH3
CH3O OCH3 OCH3 AlCl3 H 2 /Pt (15)
+
CH 2COCl
OCH3
64
OH COOH
OH
O H OH _ _
HO HO C H
O3
HO_C _H
OH
OH H CH2COOH
COH
CH 2 CH2OH CH2OH
H HO HO H HO H
HO H
H HO HO H
CH2OH CH2CHO CH2 CH2OH
2-deoksi-D-ribosa (16)
65
pada saat ini pembuktian dilakukan berdasarkan sintesis. Sintesis sianidin klorida
ditunjukkan seperti pada persamaan 17.
OH OH
HO HO
C6 H 9COCl
CHO CHO
OH
OBz
OAc
OBz
HO AcO
HO AcO
COCH 2 Cl COCH 2Ac
OH
Cl - (17)
HO O OH
1) KOH
2) HCl
OH
OH
Sianidin klorida
66
OH OH
O O
HO OH H2 O HO OH
OH OH
OH OH
OH
Leukosianidin hidrat Leukosianidin
(proantosianidin)
(18)
OH
+
O
HO OH
OH
OH
Sianidin
(kation)
Prekursor intermediet antosianin adalah 2 –flaven-4,4-diol atau 3-flaven-2,3-diol.
Reduksi terhadap rutin terasetilasi (quersetin 3 –rutinosida) dengan litium aluminium
hidrida dan hasil yang diperoleh kemudian direaksikan dengan HCl menghasilkan
sianidin 3-rutinosida, ini menunjukkan bahwa reaksi berlangsung melalui 2-flaven-
3,4-diol seperti ditunjukkan dalam persamaan 19.
OH OH
O O
HO OH H+
HO OH
OR OR
OH OH
OH OH2 C H2O
OH
O
OH HO OH
O OR
HO OH OH
(19)
OR
OH
O
(Sebagai asetat) R = rutino sil (Delokalisasi muatan +)
67
PROANTISIANIDIN KOMPLEKS
Banyak tanaman mengandung senyawa flavanoid kompleks yang tidak berwarna
dan bila dihidrolisis dengan asam akan kembali menjadi antosianidin dan katekhin.
Senyawa tersebut sering memiliki berat molekul tinggi dan mempunyai
kemampuan untuk menyamak kulit, hingga disebut ”Condenset tannin”. Suatu
kemungkinan tannin dihasilkan berdasarkan kondensasi berulang “monomer” – C15
dan beberapa pendukung memberi nama dimmer.
Proantosianidin mengandung 30 atom karbon yang telah diisolasi dari sejumlah
tanaman. Type senyawa tersebut telah dikenal mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
1. Ia membentuk oktametil eter dan deka –asetat
2. oktametil eter membentuk diasetat
3. pada hidrolisis asam, diperoleh katekhin dan epikatekhin
4. panambahan dengan asam kuat menghasilkan sianidin
Sifat-sifat senyawa C30 menunjukkan bahwa ia terdiri atas molekul katekhin (atau
epikatekhin) dengan flavan-3,4-diol. Bentuk kombinasi lain adalah dengan
subtitusi flavan-3,4-diol menjadi inti phloroglusinol berdasarkan kondensasi yang
dikatalisir – asam seperti ditunjukkan dalam persamaan 20.
68
O Ar O Ar
HO H + HO
OH OH
OH OH
OH
Flavan -3, 4-diol O Ar
HO
OH
OH
Katekhin
(Ar = 3, 4-dihidroksifenil)
(20)
O Ar
HO
OH
OH
O Ar
HO
OH
OH
“Dimer”
Berdasarkan cara yang sama maka tannin terbentuk berdasarkan kondensasi antara
dua flavanoid yag menghasilkan “dimer” yang kemudian dapat melakukan
kondensasi lebih lanjut seperti yang dinyatakan dalam persamaan 21.
Percobaan mendukung konsep tersebut dengan diperolehnya pengamatan bahwa
flavan-3,4-diol berkondensasi dengan phloroglusinol pada kondisi asam yang cocok
menghasilkan 4 –(2,4,6-trihidroksifenil)-flavan-3-ol.
69
O Ar O Ar
HO HO
X
OH OH
OH OH
OH
O Ar
HO
OH
OH
O Ar (21)
HO
OH
OH
O Ar
HO
OH
OH
O Ar
HO
OH
OH
Dst
70
Hipotesis Biogenik dari PELTER
O OH
H
H
O
HO O
OKS OKS HO
KHALKON
OH
HO O HO O
-Hidroksi khalkon
OH
H
O
HO
OH OH
O
H H
O O HO O
HO HO
OH
OH OH
O
HO O H O
HO O H HO
2,3-sis-flavananol
2,3-trans-flavananol OH
Red Red O
HO
OH OH Ok 2-hidroksi-2-benzil
s kamavon
H H
O O
HO HO Flavonol
OH OH Antosianidin
H H
HO HO
OH OH
2,3-trans-flavan-3,4-diol 2,3-sis-flavan-3,4-diol
+H+
Red Red
- H 2O
OH OH
H H
O O Tanin terkondensasi
HO HO
H
OH OH
H
HO HO
2,3-trans-flavan,3-ol 2,3-sis-flavan,3-ol
71
Kegunaan flavanoid dalam bidang kesehatan antara lain :
penyembuhan perdarahan kapiler sub-kutan
Anti-inflammasi
Anti-tumor/Anti-kanker
Anti-virus
Anti-allergi Anti-
kolesterol
Estrogen dan
Osteoporosis
72
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Didik. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya.
Jakarta.
73