Anda di halaman 1dari 73

Oleh

YUDONO AFANDI,
S.Farm, Apt

FAKULTAS FARMASI
STIKES BINA MANDIRI
2017

1
Jadwal Kuliah Fitokimia II
No Pekan Kuliah Waktu
1 I Metabolisme & Jalur Biogenetik Bahan Alam 1 Pekan
2 II Biosintesis Senyawa Poliketida 1 Pekan
3 III Biosintesis Senyawa Poliketida 1 Pekan
4 IV Biosintesis Senyawa Alkaloid 1 Pekan
5 V Biosintesis Senyawa Alkaloid 1 Pekan
6 VI Biosintesis Senyawa Alkaloid 1 Pekan
7 VII MID TEST Total 6 Pekan
8 VIII Biosintesis Senyawa Steroid 1 Pekan
9 IX Biosintesis Senyawa Steroid 1 Pekan
10 X Biosintesis Senyawa Glikosida 1 Pekan
11 XI Biosintesis Senyawa Glikosida 1 Pekan
12 XII Biosintesis Senyawa Flavonoid 1 Pekan
13 XIII Biosintesis Senyawa Flavonoid 1 Pekan
14 XIV FINAL TEST Total 6 Pekan
Penilaian :
Mid : 30%
Final : 30%
Praktek : 30%
Tugas : 10%

2
Materi I
METABOLISME & JALUR BIOGENETIK

Tujuan Instruksional Khusus


Mengetahui proses dan peranan metabolisme serta jalur biogetik yang terjadi pada suatu
bahan alam
Sub Pokok Bahasan (2 x Pertemuan)
1. Metabolime Primer dan Sekunder Bahan Alam
2. Jalur Biogenetik Suatu Bahan Alam
3. Metabolisme Primer dan Metabolisme Intermediat

 Pertemuan Pertama
1. Metabolime Primer dan Sekunder Bahan Alam
- Pengertian Metabolit Primer & Sekunder
- Hubungan Metabolit Primer Dengan Metabolit Sekunder
CO2 O2

Fotosintesis

Glikosida
Gula Karbohidrat Polisakarida Kompleks
AB. Amino Glikosida
Eritrose
Glikolisis
PO4

Fenil Propanol Amin


FospoEnolPirupat As. Shikimik
Alkaloid
As. Amino Aromatik Peptida
Protein
Pirupat As. Amino Alifatik Penicillin
Sefalosforin
Malonil CoA Lemak Lilin&Lemak
Ac-CoA
As. Eritromycin
Lemak Tetrasiklin
Antraquinon

Siklus Asam Trikarboksilat Isoprene Terpenoid

Squlene Steroid
CO2

Bagan Hubungan Biosintesis Metabolit Primer Menjadi Metabolit Sekunder

3
2. Jalur Biogenetik Bahan Alam

4
Materi II
BIOSINTESIS SENYAWA-SENYAWA
POLIKETIDA

Tujuan Instruksional Khusus


Mengetahui jalur biosintesis, reaksi yang menyertai serta metabolit yang dihasilkan pada
senyawa-senyawa poliketida
Sub Pokok Bahasan (2 x Pertemuan)
1. Adisi unit-unit C-2
2. Modifikasi dan Reaksi Pada Rantai Poliketida
3. Senyawa-Senyawa Kuinon, Benzofenon dan Xanton
4. Senyawa-senyawa Depsida dan Depsidon
5. Senyawa-senyawa Aflatoksin
6. Senyawa Tetrasiklin dan Antibiotik Makrolida

 Pertemuan Pertama
1. Addisi Unit-Unit C-2
Unit C-2 yang dimaksud adalah Ketometilenat -(CH3-CO)- yang mengalami
polimerisasi dengan rumus [-(CH3-CO)n-]
Beberapa Contoh Addisi Unit2 C2 :
O COOH CH3 COOH
4x C2

O HO OH
O
Asam Orselinat
O
O O O O
HO
8xC2 ENDOKROSIN

COOH
O O O OH O OH
(Claviceps purpurea) (Centralia endocrose)
O OCH3
O O O OCH3

O
7xC2
O GRISEOFULVIN
COOH O
H3CO O
O

Cl H 3C (Penicillum
griseofulvum)
O OH O
O O CH3
C

O HO KURVULARIN
O
Makrolida dari Curvula Sp
8xC2 O

O O O OH O

5
2. Modifikasi dan Reaksi Pada Rantai Poliketida
- RantaiPoliketometilenat
CH 3 COOH CH3 COOH C2

KONDENSASI
(+ C2)
CH3 -CO-CH3 -COOH CH3-CO-CH3 -COOH C4

Reduksi

CH3 -CH2 -CH2-COOH

KONDENSASI
(+ C2 )
CH3 -(CH2 )2 -C0-CH2 -COOH CH3 -(CO-CH 2 )2 -COOH C6

Reduksi

CH3 -(CH2 )2 -CH2 -CH2 -COOH

KONDENSASI
(+ C2)
CH3 -(CH2 )4 -CO-CH2 -COOH CH3 -(CO-CH 2 )3 -COOH C8

dst
dst +C 2
POLIKETIDA
ASAM LEMAK JENUH

R-CO-CH 2 -CO-CH 2 -C0-CH 2 -COOH R


R R= CH 3 -(C0-CH 2 ) n -
C O
n= 1,2,3,....
O
O

O O
O

R
R C O

CO OH HO OH

HO OH
OH
asam 2,4-dihidroksi-6-alkil-benzoat
(turunan resersinol = asam2 orselinat)

Asam orselinat R =CH 3

6
- Modifikasi Sekunder Poliketida
Ar-CH 3
O
Ar-
CH 2 OH

N AD P H
Ar-CHO
N AD P H
[C]
Ar-COOH
-CO 2 -CO 2

ArH ArO H
3. Senyawa-Senyawa Kuinon, Benzofenon dan Xanton
O

O O

O
Quinone Xantho
ne

O
Benzop
henone

- Beberapa turunan Quinone :


OH

HO
OH Benzenetriol
OH

HO Hidroquinone

7
OH O

OH O Quinhydrone
O CH3

HO
CH3
CH3
Taxodione

H
H3C O
CH3
- Beberapa turunan Benzofenon
NH2

Benzilhidrilamine
O H

Benzohidrol

O
H

O
H

Benzopinacol

8
H
O O
N

NH
O
H

Trifenilcarbinol Phenitoin
- Turunan yang lainnya :
O

HO CH3
Questin

OCH3 O OH

COOCH3
HO HO CH3

Sulokrin

OCH3 O OH

O
OCH3
CH2 Protokotoin

O
OCH3 O OH

9
 Pertemuan Kedua
4. Senyawa-Senyawa Depsida dan Depsidon
- Senyawa-Senyawa Depsida
CH3 CH2-CH2-CH3
O
O OH O OH
O

HO OH COOH
HO OH COOH
CH3 CH2-CH2-CH3
Asam Divarikatat
Asam Lekanorat
CH3 CH3
O
O OH
COOH

HO OH
O O OH
CH3
Asam Giroforat

- Senyawa-Senyawa Depsidon
CH3 CH3 CH
O O 3
O Cl O OCH 3
O

HO O HO O Cl

OH Cl
CH
Asam Variolarat H3C
Nidulin 3

5. Senyawa-Senyawa Aflatoksin
O O O
O

O O O

O O

O OCH 3 O OCH 3
Aflatoxin B1 Aflatoxin G1
O O
2 Cincin Tetra Hidrofuran
O
OH

O OCH 3
Aflatoxin M1

10
6. Senyawa-Senyawa Tetrasiklin dan Antibiotik Makrolida
- Senyawa-Senyawa Tetrasiklin
H3C CH 3
HO N
R1 R3 H
R
OH
2
H
NH 2

OH
OH O OH O O
R1 R2 R3
H H H 6 Dimetil Tetrasiklin
H CH3 H Tetrasiklin
Cl H H 7 Kloro 6 Dimetil Tetrasiklin
H CH3 OH 5 Hidroksi Tetrasiklin (Teramycin)
Cl CH3 H 7 Kloro Tetrasiklin (Auromycin)
- Senyawa-Senyawa Antibiotik Makrolida
(Tugas cari jenisnya dan biosintesisnya)

11
Materi III
BIOSINTESIS SENYAWA-SENYAWA
ALKALOID
Tujuan Instruksional Khusus
Mengetahui jalur biosintesis, reaksi yang menyertai serta metabolit yang dihasilkan pada
senyawa-senyawa alkaloid
Pokok Bahasan (4 x Pertemuan)
1. Tatanama dan Sifat Fisika Kimia Senyawa Alkaloid
2. Deteksi, Isolasi dan Pemurnian Senyawa Alkaloid
3. Prinsip Dasar Biosintesis Senyawa Alkaloid
4. Alkaloid Piperidin dan Pirolidin
5. Alkaloid golongan Lainnya

 Pertemuan Pertama
1. Tatanama dan Sifat Fisika Kimia Senyawa Alkaloid
- Tatanama Senyawa Alkaloid
Karena begitu banyak tipe alkaloid maka tidak mungkin diadakan
penyatuan penamaan. Bahkan dalam satu kelompok alkaloid, sering terjadi tidak
adanya sistem penamaan dan penomeran yang konsisten. Suatu contoh, adalah
alkaloid indol, dimana banyak terdapat kerangka yang berbeda. Kebanyakan
dalam bidang ini sistem penomeran yang digunakan didasarkan pada biogenesis,
namun sayang Chemical Abstract mempunyai sistem penomeran yang sangat
membingungkan untuk setiap kerangka individu.
Kharaktersistik yang lazim penamaan alkaloid adalah bahwa nama
berakhiran ”in”. Disamping itu alkaloid, seperti bahan alam yang lain,
diberi nama yang dikenal ”trivial” (yaitu non-sistematik). Mereka mungkin
diturunkan dari nama genus (contoh atropin dari Atropa belladonna) ; dari nama
species (contoh, kokain dari Erythroxyloncoca) ; dari nama yang lazim untuk
obat-obatan (contoh, emetin, emetat), atau dari nama pakar kimia alkaloid yang
terkenal
Basa Organik(contoh, pelletierina).
 PiridinaBeberapa contoh sitem penamaan pada senyawa
alkaloid :
N. Genus  Hidrastina, Atropina
N. Jenis  Kokaina, Belladonina
N. Umum  Ergotamina
Aktivitas Fisiologik  Emetina, Morfina
Nama Penemu  Pelletierina
- Sifat Fisika Senyawa Alkaloid
Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal dengan
titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid
yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang
kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan
betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam
pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam
air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.

12
- Sifat Kimia Senyawa Alkaloid
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya
pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan
nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka
ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga
trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa
daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat
menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron
berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau
bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah
mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.
Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau
setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan
berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa
organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering
mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada
dalam bentuk garamnya.

2. Deteksi, Isolasi dan Pemurnian Senyawa Alkaloid


- Deteksi (Identifikasi) Senyawa Alkaloid
Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman
yang mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram
bahan tanaman kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan
disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu
yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam klorida 1%
dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat.
Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang
bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika
larutan asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini
berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk
menentukan adanya alkaloid quartener.
Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang
terdapat dalam tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau laktat). Bahan tanaman
kering pertama-tama diubah menjadi basa bebas dengan larutan encer amonia.
Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan kloroform, ekstrak dipekatkan
dan alkaloid diubah menjadi hidrokloridanya dengan cara menambahkan asam
klorida 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji terhadap alkaloidnya dengan
menambah pereaksi mayer, Dragendorff atau Bauchardat. Perkiraan kandungan
alkaloid yang potensial dapat diperoleh dengan menggunakan larutan encer
standar alkaloid khusus seperti brusin.
Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis
alkaloid. Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk
bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri,
bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan
merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri
klorida dalam nitrit

13
berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung
kalium jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks
silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan
perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda.
Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan
pereaksi wagner atau dragendorff.
Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah
pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan
memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian
perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-
piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi
tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat,
jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida.
Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa
membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk
menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (p-
dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat
karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium
amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau fosfat) memberikan warna yang
berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor ultra
ungu alkaloid.
Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk mendeteksi
alkloid Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru
fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah direaksikan dengan asam format dan
fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering dideteksi
dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat.
Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam asam klorida 0,5
N, sensitif terutama pada inti tripolon alkaloid kolkisin dan sejumlah kecil 1 μg
dapat terdeteksi.
- Isolasi Senyawa Alkaoid
Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang
lazim untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya
pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan
kromatografi lapis tipis.
- Pemurnian Senyawa Alkaloid
Dibandngkan dengan KLT, HPLC menunjukkan beberapa keunggulan,
antara lain daya pisah yang lebih besar, ketepatan dan kedapatulangan yang lebih
besar. Dimana detekasi dan analisis kuantitatif dapat menggunakan detektor
kontinyu dari berbagaia macam, hal ini menghasilkan ketepatan dan ketelitian
yang tinggi.
Penggunaan kromatografi fase terbalik dapat memisahkan masing-
alkaloidmasing
utama dan metabolitnya. Pemisahan dengan µBondapak
C 16
ini
dipengaruhi oleh kadar CH3COOH dalam fase gerak tidak mengandung
CH3COOH, kinin dan kinidin tertahan di kolom. Pada kadar CH3COOH 1%
terjadi pemisahan yang baik dimana dengan penambahan asam aksisulfat pada
sistem yang mengandung CH3COOH 1% menaikkan resolusi.

14
Dimana sari kasar kina dipisahkan kolom µBondapak C18 dengan fase
gerak metanol-air (40-60) ditambah 1% asam heptasulfonat dan 0,15% butilfosfat,
senyawa yang keluar berturut-turut adalah sinkonidin, kinidin dan kinin.

3. Prinsip Dasar Biosintesis Senyawa Alkaloid


Biosintesis alkaloid mula-mula didasarkan pada hasil analisa terhadap ciri
struktur tertentu yeng sama-sama terdapat dalam berbagai molekul alkaloid.
Alkaloid aromatik mempunyai satu unit struktur yaitu ß-ariletilamina. Alkaloid-
alkaloid tertentu dari jenis 1-benzilisokuinolin seperti laudonosin mengandung
dua unit ß-ariletilamina yang saling berkondensasi‟ Kondensasi antara dua unit ß-
ariletilamina tidak lain adalakh reaksi kondensasi Mannich.
M
e(CH3)2NH + HCHO + CH3COCH3 (CH3)2NCH2CH2COCH3 + H2O
nurut reaksi ini, suatu aldehid berkondensasi dengan suatu amina menghasilkan
suatu ikatan karbon-nitrogan dalam bentuk imina atau garam iminium, diikuti
oleh serangan suatu atom karbon nukleofilik ini dapat berupa suatu enol atau
fenol.
Dari percobaan menunjukkan bahwa ß-ariletilamina berasal dari asam-
asam amino fenil alanin dan tirosin yang dapat mengalami dekarboksilasi
menghasilkan amina. Asam-asam aminom ini, dapat menyingkirkan gugus-gugus
amini (deaminasi oksidatif) diikuti oleh dekarboksilasi menghasilkan aldehid.
Kedua hasil transformasi ini yaitu amina dan aldehid melakukan kondensasi
Mannich.
Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-
reaksi sekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur
alkaloida. Salah satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi
rangkap oksidatif fenol pada posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini
berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.
Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen
menghasilkan gugus metoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil
ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh
keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat,
fenilpropanoid dan poliasetat.
Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang
diikuti oleh reaksi Mannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya
terjadi reaksi reduksi dan esterifikasi menghasilkan hiosiamin.

4. Alkaloid Piperidin dan Pirolidin


Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari
struktur molekul., maka alkaloid dapat dibedakan atas beberapa jenis seperti
alkaloid pirolidin, piperidin, isokuinolin, kuinolin dan indol, struktur alkaloid
tersebut adalah sebagai berikut :

NH
N
NH N N
Pirolidin Piperidin Isokuinolin Kuinolin Indol H

15
5. Alkaloid golongan Lainnya
a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik
1. Alkaloid Piperidin-Pyridin
Yaitu mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang
termasuk dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan
Nicotiana tabacum dari famili Solanaceae.
2. Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3).
Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada
otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah
Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil
mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii,
Datura dan Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari
Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae)
3. Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin carbon mengandung 1 atom nitrogen. Alkaloid ini
termasuk alkaloid narkotik yang pada umumnya ditemukan pada famili
Papaveraceae, Contohnya; Opium Poppy (Papaver somniferum),
Chondodendron tomentosum dari familia Menispermaceae.
4. Alkaloid Quinolizidin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak
ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium
junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora
5. Alkaloid Indolizidin
Mempunyai 1 cincin karbon dengan 1 cincin indol
6. Alkaloid Quinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini
adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang
toxic terhadap Plasmodium vivax
7. Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada
alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine,
alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili
Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk penyakit
Leukimia dan Hodgkin‟s.
8. Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid
yang mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili
Solanaceae, Zigadenus venenosus.
9. Alkaloid Purin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan
pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari
famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae, Paullunia
cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae dan
Theobroma cacao.

16
10. Alkaloid Muskarin
Mempunyai 1 cincin karbon dan mengandung okasigen dan 1 atom
nitrogen. Termasuk miscumol yang didapat dari Amanita muscaria, Amanita
phalloides, Amanita ocreata, Amanita pantherina.
b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik
Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu
atom karbon pada rantai samping.
1. Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)
Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah
satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora
williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana,
Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale.
2. Alkaloid Capsaicin
Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens,
Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum
chinense.

17
Materi IV
BIOSINTESIS SENYAWA-SENYAWA
STEROID
Tujuan Instruksional Khusus
Mengetahui jalur biosintesis, reaksi yang menyertai serta metabolit yang dihasilkan pada
senyawa-senyawa steroid
Pokok Bahasan (3 x Pertemuan)
1. Kerangka Dasar, Penomoran dan Konfigurasi dari Senyawa Steroid.

C D

A B

Hexadecahydro-cyclopenta[a]phenanthrene
2. Kegunaan Steroid
Senyawa-senyawa turunan steroid memiliki fungsi yang sangat penting dalam
kelangsungan hidup organisme. Berbagai jenis hormon, asam empedu dan berbagai
macam senyawa anabolik adalah turunan steroid. Keragaman turunan steroid
dihasilkan melalui transformasi struktur dan gugus fungsi steroid berdasarkan reaksi-
reaksi sekunder mengikuti keteraturan biogenetik.
3. Senyawa-Senyawa Kortikosteroid
O O
HO HO

HO HO

H H
HO HO

H H H H

O O
Hydrocortisone
Prednisolone
4. Senyawa-Senyawa Gestogen
H3C OH CH

H H

H H

O
Gestodene

18
5. Senyawa-Senyawa Androgen
O
O H CH3
H CH3
CH3 H
CH3 H

H H
H H
O
O H
Testosterone Stanolone
OH
OH
CH3 CH3
CH3 CH3

CH 3 H
CH3 H

H H O
H H
O
O
OH H
Oxymetosterone Oxandrolo
6. Senyawa-Senyawa Estrogen ne
OH
OH CH
CH3
CH3
CH3
CH3 H

H H H
H H
O
H H3CO
Mestrolone Mestranol
OH
CH3
CH 3 CH3
CH3 H
COOH

H H
H3C CH 3
H3CO O
Methallenestril. Methandrostenolone

19
Materi V
BIOSINTESIS SENYAWA-SENYAWA
GLIKOSIDA
Tujuan Instruksional Khusus
Mengetahui jalur biosintesis, reaksi yang menyertai serta metabolit yang dihasilkan pada
senyawa-senyawa glikosida
Pokok Bahasan (2 x Pertemuan)
1. Kerangka Dasar dan Kegunaan Glikosida
2. Jenis-jenis Gula dan Aglikon dari Senyawa Glikosida
3. Glikosida Jantung

GLIKOSIDA

Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam
kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman glikosida tidak lagi diubah menjadi
senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar
(misalnya terkena panas dan teroksidasi udara).

PENGERTIAN GLIKOSIDA

Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu
gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan
oksigen (O – glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan
sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian
gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau
genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai
glikosida.

STRUKTUR GLIKOSIDA

Glikon Aglikon
O
1.
BIOSINTESIS
Apabila bagian aglikon dari suatu glikosida juga merupakan gula, maka
GLIKOSIDA
glikosida ini disebut hollosida, sedang kalau bukan gula disebut heterosida.
Pembicaraan tentang biosintesa dari heterosida umumnya terdiri dari dua bagian yang

20
penting. Yang pertama adalah reaksi umum bagaimana bagian gula terikat dengan
bagian aglikon, diperkirakan reaksi transfer ini sama pada semua sistem biologik. Ini
kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan secara mendetail tentang jalannya reaksi
biosintesa untuk berbagai jenis aglikon yang akan menyusun glikosida.

Hasil-hasil penyelidikan telah menunjukkan bahwa jalan reaksi utama dari


pembentukan glikosida meliputi pemindahan (transfer) gugusan uridilil dari uridin
trifosfat kesuatu gula-l-fosfat. Enzim-enzim yang bertindak sebagai katalisator pada
reaksi ini adalah uridilil transferase (a) dan telah dapat diisolasi dari binatang,
tanaman dan mikroba. Sedang gula fosfatnya dapat pentosa, heksosa dan turunan gula
lainnya. Pada tingkat reaksi berikutnya enzim yang digunakan adalah glikolisis
transferase (b), dimana terjadi pemindahan (transfer) gula dari uridin difosfat kepada
akseptor tertentu (aglikon) dan membentuk glikosida

U T P + Gula-l-fosfat UDP – gula + PP1

UDP – Gula + akseptor Akseptor – gula + UDP

(glikosida)

Apabila glikosida telah terbentuk, maka suatu enzim lain akan bekerja untuk
memindahkan gula lain kepada bagian monosakarida sehingga terbentuk bagian
disakarida. Enzim serupa terdapat pula dalam tanaman yang mengandung glikosida
lainnya yang dapat membentuk bagian di-, tri- dan tetrasakarida dari glikosidanya
dengan reaksi yang sama.

AGLIKON

Aglikon dari glikosida terdiri dari banyak jenis senyawa kimiawi. Senyawa-
senyawa tersebut meliputi senyawa-senyawa alkoholik dan fenolik, isotiosianat, nitril
sianogenetik, turunan antrasen, flavonoid dan steroid. Meskipun demikian glikosida
tanaman yang pada waktu ini banyak digunakan secara medisinal kebanyakan
mempunyai aglikon steroid, flavonoid atau antrasen. Ini tidak berarti bahwa glikosida
lain tidak penting, hanya yang digunakan untuk pengobatan lebih sedikit.

21
JENIS-JENIS GULA

Glikosida sering diberi nama sesuai bagian gula yang menempel didalamnya
dengan menambahkan kata oksida. Sebagai contoh, glikosida yang mengandung
glukosa disebut glukosida, yang mengandung arabinosa disebut arabinosida, yang
mengandung galakturonat disebut galakturonosida, dan seterusnya.

Gula yang sering menempel pada glikosida adalah β-D-glukosa. Meskipun


demikian ada juga beberapa gula jenis lain yang dijumpai menempel pada glikosida
misalnya ramnosa, digitoksosa dan simarosa. Bagian aglikon atau genin terdiri dari
berbagai macam senyawa organik, misalnya triterpena, steroid, antrasena, ataupun
senyawa-senyawa yang mengandung gugus fenol, alkohol, aldehid, keton dan ester.

Secara kimiawi, glikosida adalah senyawa asetal dengan satu gugus hidroksi
dari gula yang mengalami kondensasi dengan gugus hidroksi dari komponen bukan
gula. Sementara gugus hidroksi yang kedua mengalami kondensasi di dalam molekul
gula itu sendiri membentuk lingkaran oksida. Oleh karena itu gula terdapat dalam dua
konformasi, yaitu bentuk alfa dan bentuk beta maka bentuk glikosidanya secara
teoritis juga memiliki bentuk alfa dan bentuk beta. Namun dalam tanaman ternyata
hanya glikosida bentuk beta saja yang terkandung didalamnya. Hal ini didukung oleh
kenyataan bahwa emulsion dan enzim alami lain hanya mampu menghidrolisis
glikosida yang ada pada bentuk beta.

22
Asetal

H O CH3 H3C O H

C C

H – C – OH H – C – OH

HO – C – H O HO – C – O Kondensasi

H – C – OH H – C - OH

H–C H–C

H – C – OH H – C – OH

H H

α β
KLASIFIKASI DARI GLIKOSIDA

Ketika bahan kimia alami dari kelompok aglycone digunakan sebagai


dasar pengaturan, dimana penggolongannya sebagai berikut:

GLYCOSIDES

tannins flavonol
group
cardioaktive saponin phenol
group group group
aldehyde alcohol isothiocyanate
group group group

antraquinone cyanophore
group group

lactone
group

23
♥ GLIKOSIDA SAPONIN

Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin.


Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid maupun saponin triterpenoid.

Saponin adalah segolongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur


steroid dan mempunyai sifat-sifat khas dapat membentuk larutan koloidal dalam
air dan membui bila dikocok.

Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan


bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga
bersifat bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat
racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya digunakan sebagai
racun ikan.

Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut


sapogenin. Ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi
sehingga dapat dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang berpotensi
keras atau beracun seringkali disebut sebagai sapotoksin.

Menurut SOBOTKA :

1. Saponin merupakan turunan dari hidrokarbon yang jenuh dari siklopentano


perhidrofenantren
2. Juga dapat merupakan turunan yang tak jenuh dari
siklopentano perhidrofenantren.

Struktur kimiawi

Berdasarkan struktur aglikonnya (sapogeninnya), saponin dapat dibedakan


menjadi 2 macam yaitu tipe steroid dan tipe triterpenoid. Kedua senyawa ini
memiliki hubungan glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika
yang sama lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.

24
17

HO

Kerangka steroid

H3C CH3

17
CH3

3
HO

Kerangka triterpenoid

Glikosida saponin dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan pada struktur bahan


kimia dari aglycone (sapogenin). Saponin pada hidrolisis menghasilkan suatu
aglycone yang dikenal sebagai "sapogenin".

25
Proses biosintesienya

HO
O
HO HO
O
Acetic Acid

OH
Mevalonic Acid

Squalen
IP P

H
H

H
HO
C h o le s te r o l

26
SAPONIN = GULA
+ SAPOGENIN

glycone
aglycone
SAPONIN

Glycone Aglicone

Sugar Sapogenin

1. glukosa
2. arabinosa Neutral Acid
3. xylose Saponine Saponine
4. glucuronic acid
Steroide Triterpenoide

BIOSINTESIS GLIKOSIDA SAPONIN


Berdasarkan struktur dari aglikon maka glikosida dan saponin dapat dibagi 2
golongan yaitu saponin netral yang berasal dari steroid dengan rantai samping spiroketal
dan saponin asam yang mempunyai struktur triterpenoid. Biosintesa saponin triterpenoid
lebih kurang diketahui bila dibandingkan dengan saponin steroid tetapi dapat
dikatakan bahwa keduanya mempunyai tidak tolak yang sama yaitu yang berasal dari
asetat dan mevalonat. Rantai samping terbentuk sesudah terbentuknya squalen. Sebagian
terjadi inti steroid spiroketal dan yang lain membentuk triterpenoid pentasiklik. Gugus
gulanya dapat berdiri 1 – 55 gula dan dalam beberapa hal aglikon tak diikat dengan gula
tetapi dengan asam uronat.

27
O

O
O

Spiroketal steroid nucleus


HO
(Diosgenin)
HO

Asetat Mevalonat Skualen Kolesterol

HO
Pertacyclic triterpenoid
(β – Amyrin)

♥ GLIKOSIDA STEROID
Glikosida steroid adalah glikosida yang aglikonnya berupa steroid. Glikosida
steroid disebut juga glikosida jantung karena memiliki daya kerja kuat dan spesifik
terhadap otot jantung.
Struktur Kimiawi
Secara kimiawi bentuk struktur glikosida jantung sangat mirip dengan asam
empedu yaitu bagian gula yang menempel pada posisi tiga dari inti steroid dan bagian
aglikonnya berupa steroid yang terdiri dari dua tipe yaitu tipe kardenolida dan tipe
bufadienolida. Tipe kardenolida merupakan steroid yang mengandung atom C-23
dengan rantai samping terdiri dari lingkaran lakton 5-anggota yang tidak jenuh dan
alfa- beta menempel pada atom C nomor 17 bentuk beta. Sementara tipe bufadienolida

28
berupa homolog dari kardenolida dengan atom C-24 dan mempunyai rantai samping
lingkaran keton 6-anggota tidak jenuh ganda yang menempel pada atom C nomor 17.

O O

C D

A B
HO

Kardenolida

O
O

A B

HO

Bufadienolida

29
Biosintesa Glikosida Jantung

Aglikon dari glikosida jantung adalah steroid yaitu turunan dari siklo-
pentenofenantren yang mengandung lingkaran lakton yang tidak jenuh pada atom
C-17. Seperti sudah kita ketahui biosintesis dari senyawa steroid pada umumnya
didasarkan atas biosintesa dari senyawa kolesterol. Meskipun tidak semua
senyawa steroid memerlukan kolesterol sebagai prekursor (pra zat)
pembentukannya, paling tidak pembentukan kolesterol ini dianggap sebagai
mekanisme biosintesa senyawa steroid pada umumnya.

Secara singkat proses biosintesanya adalah asam asetat


asam mevalonat isopentenil pirofosfat skulen kholesterol.

Reaksi lengkapnya adalah sebagai berikut :

CH3 – C O
Co ASH O S CoA
CH3COOH CH3 – C O
-H2O S CoA -CoA
CH3 – C – CH2 – C – S CoA
Asam asetat Asetil CoA asetoasetil – CoA
O
- Co ASH CH3 – C
S CoA

O H3C OH O H3C OH
NADPH2
C C CH2OH O C C C
HO CH2 CH2 HO CH2 CH2
S-CoA
Asam mevalonat
Fasforilase β – hidroksi – β – metal glutaril - CoA
ATP
- ADP

30
O H3C OH O H3C OP
ATP
C C CH2-O-P C C CH2-O-P-P
fosforilase
HO CH2 CH2 HO CH2 CH2

Asam – 5 fosfomevalonat Asam – 5 – pirofosfo – 3 fosfomevalonat

ATP
Dekarboksilasi

H3C H3C

C CH2 -O-P-P C CH2-O-P-P

H3C CH2 H2C CH2

3,3 – dimetilalil – pirofosfat 3 – isopentenil pirofosfat

H3C H3C

Isopentenil C H2C C CH2-O-P-P


pirofosfat
H3C HC H2C CH

Geranil pirofosfat

CH3 CH3 CH3


H2 H2 NADPH2
C C C C C CH3
Farnesil pirofosfat
H3C C C C C C
H H2 H H2

31
Farnesil pirofosfat

Skualen 2,3 - oksidoskualen

Sikloartenol

Lanosterol
OH R H HO

HO HO

Zynosterol Kholesterol

32
♥ GLIKOSIDA ANTRAKUINON
Beberapa jenis obat pencahar yang berasal dari tanaman mengandung glikosida
sebagai isi aktifnya. Glikosida-glikosida yang terdapat di dalam obat pencahar tersebut
mengandung turunan antrasen atau antrakinon sebagai aglikonnya. Simplisia yang
mengandung glikosida ini antara lain Rhamni purshianae Cortex, Rhamni Frangulae
Cortex, Aloe, Rhei Radix, dan Sennae Folium. Kecuali itu Chrysa robin dan Cochineal
(Coccus cacti) juga mengandung turunan antrakinon, akan tetapi tidak digunakan sebagai
obat pencahar karena daya iritasinya terlalu keras (Chrysarobin) sehingga hanya
digunakan sebagai obat luar atau hanya digunakan sebagai zat warna (Cochineal, Coccus
Cacti).
Tanaman-tanaman seperti kelembak, aloe, sena, dan kaskara telah lama dikenal
sebagai obat alami kelompok purgativummeskipun pada saat itu kandungan
kimiawinya belum diketahui dengan jelas. Belakangan, ternyata ada persamaan
kandungan kimiawi antara obat purgativum dengan beberapa bahan pewarna alami.
Senyawa yang pertama ditemukan adalah sena dari tipe antrakuinon, baik dalam keadaan
bebas maupun sebagai glikosida. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa produk alam
juga mengandung turunan antrakuinon yang tereduksi, misalnya oksantron, antranol, dan
antron. Termasuk juga produk lain seperti senyawa yang terbentuk dari dua molekul
antron, yaitu diantron. Senyawa-senyawa ini dapat dalam keadaan bebas (tidak terikat
dengan senyawa gula dalam bentuk glikosida) dapat pula dalam bentuk glikosida dimana
turunan antrakinon tersebut berfungsi sebagai aglikon.
Struktur Kimiawi
Sama halnya dengan sifat glikosida lainnya, glikosida antrakuinon juga mudah
terhidrolisis. Bentuk uraiannya adalah aglikon dihidroksi antrakuinon, trihidroksi
antrakuinon, atau tetrahidroksi antrakuinon.

O O OH

H H H H
O

33
Antrakuinon Antron Antranol

OH

H
OH OH
Diantran
Oksantron ol
Biosintesa Senyawa Antrakinon
Biosintesa senyawa antrakinon diselidiki di dalam mikroorganisme. Dan disimpulkan
bahwa biosintesa pada tumbuhan tinggi terjadi melalui proses yang serupa, salah satu
contoh yang sederhana ialah pembentukan turunan antrakinon dari asam asetat yang
diberi label dalam Peniccilium islandicum, jenis Penicillium yang dikenal menghasilkan
bermacam-macam turunan antrakinon.

C C C C
O O O O
CH3
CO CO CO CO C C C C

C C C C
C C C COOH

CO CO CO CO O O O

8 molekul asetat Asam poli-β- keto metilen

34
O
HO CH3

Emodin

OH O
OH

Terjadinya proses biosintesa emodin atau senyawa antrakinon lainnya dapat


diikuti dengan memberi label (tanda) pada asam asetat, yang dimaksud dengan
memberi label adalah menggunakan senyawa yang sebagian unsure-unsurnya
diberi muatan radio aktif dengan menggunakan isotopnya yang radioaktif.

♥ GLIKOSIDA SIANOPORA
Glikosida sianopora adalah glikosida yang pada ketika dihidrolisis akan
terurai menjadi bagian-bagiannya dan menghasilkan asam sianida (HCN).

Biosintesa Glikosida Sianopor


Aglikon-aglikon dari glikosida sianofor yang digunakan dalam pengobatan
adalah senyawa-senyawa fenilprokanoid, yang merupakan turunan dari asam
amino C6 – C3 seperti fenilalanin dan tirosin. Biosintesa senyawa ini adalah
melalui “Shikimic Acid Pathway”.

COOH CHO COOH

C + H – C – OH C=O

H – C – OH CH2

OP
CH2-O P HO – C – H
CH2 Eritrose-4-fosfat
H – C – OH
Asam fosfo fenol
piruvat
H – C – OH

CH2O P
Asam 3-deoksi-2-keto-D-
arabino-heptulosa-7-fosfat.

35
HO COOH COOH COOH

O OH O HO OH
OH
OH OH
OH
Asam 5- Asam shikimat
dehidrokuinat Asam 5-dehidroshikimat
Setelah terbentuk asam shikimat dapat mengalami fosforilasi dan bereaksi dengan
asam fosfoenolpiruvat membentuk asam profenat, yang selanjutnya melalui asam
fenilpiruvat menjadi fenilalanin.

♥ GLIKOSIDA ISOTIOSIANAT
Banyak biji dari beberapa tanaman keluarga Crucifera mengandung glikosida
yang aglikonnya adalah isotiosianat. Aglikon ini merupakan turunan alifatik atau
aromatik. Senyawa-senyawa yang penting secara farmasi dari glikosida ini adalah sinigrin
(Brassica nigra = black mustard), sinalbin (Sinapis alba = white mustard) dan glukonapin
(rape seed).
Biosintesa Glikosida Isotiosianat
Aglikon dari glikosida isotiosianat dapat merupakan senyawa alifatik atau turunan
aromatik. Penelitian dengan radio isotop telah menunjukkan bahwa aglikon yang berupa
senyawa alifatik biosintesanya dapat melalui “Acetate Pathway” sedang yang aromatik
melalui “Shikimic Acel Pathway”.
H
CH2-CH-COOH CH2-CH-COOH

CH2-C

NH2 NHOH N-OH

Fenilalanin N-hidroksifenilalanin fenilasetaldehid-oxim

36
S-glukosa
CH2-N=C=S CH 2-C
Mirosina
N-OSO3K

Glikosa + KHSO4 + bensil isotiosianat Glukotropaeolin

♥ GLIKOSIDA FLAVONOL
Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid. Glikosida ini
merupakan senyawa yang sangat luas penyebarannya di dalam tanaman. Di alam dikenal
adanya sejumlah besar flavonoid yang berbeda-beda dan merupakan pigmen kuning
yang tersebar luas diseluruh tanaman tingkat tinggi. Rutin, kuersitrin, ataupun sitrus
bioflavonoid (termasuk hesperidin, hesperetin, diosmin dan naringenin) merupakan
kandungan flavonoid yang paling dikenal.

Biosintesa Glikosida Flavonoid


Aglikon dan glikosida flavonol dan falvanoid lainnya adalah contoh senyawa yang
di dalam sistem biologis pembentukannya dapat melalui kedua cara pembentukan
senyawa aromatis, yaitu dengan kondensasi asam asetat dan melalui shikimic Acid
Pathway.
Asam Shikimat Fenilalanin

3CH3COOH + B calkon B
CH O CH2
C
CH COOH
HOOC
CH

Asam sinamat CH2 C CH2 C CH

O O
B
HO O
A

OH O flavanoid

37
♥ GLIKOSIDA ALKOHOL
Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki gugus
hidroksi. Senyawa yang termasuk glikosida alcohol adalah salisin. Salisin adalah
glikosida yang diperoleh dari beberapa spesies Salix dan Populus.

Biosintesa Glikosida Alkohol


Biosintesa glikosida alkohol, aldehid, lakton dan fenol dapat digambarkan sebagai
berikut :

CH2OH CHO
COOH CHO
O–glukosa O–glukosa

HO glukosa-O
OCH3
Salisin (alkohol) helisin asam ferulat glukovanila
(aldehida)

NH3C OH

Asam shikimat COOH


COOH

OH
Fenilalanin
asam sinamat hidrokinon
glukosa
O

OH
Arbutin
(fenol)
COOH

O O glukosa
O

Kumarin (lakton) O- Kumaril glikosida

38
♥ GLIKOSIDA ALDEHIDA
Salinigrin yang terkandung dalam Salix discolor terdiri dari glukosa yang
diikat oleh m-hidroksibenzaldehida sehingga merupakan glikosida yang
aglikonnya suatu aldehida.

♥ GLIKOSIDA LAKTON
Meskipun kumarin tersebar luas dalam tanaman, tetapi glikosida yang
mengandung kumarin (glikosida lakton) sangat jarang ditemukan. Beberapa
glikosida dari turunan hidroksi kumarin ditemukan dalam bahan tanaman seperti
skimin dan Star anise Jepang, aeskulin dalam korteks horse chestnut, daphin
dalam mezereum, fraksin dan limettin.

♥ GLIKOSIDA FENOL
Beberap aglikon dari glikosida alami mempunyai kandungan bercirikan
senyawa fenol. Arbutin yang terkandung dalam uva ursi dan tanaman
Ericaceae lain menghasilkan hidrokuinon sebagai aglikonnya. Hesperidin dalam
buah jeruk juga dapat digolongkan sebagai glikosida fenol. Uva ursi adalah daun
kering dari Arctostaphylos uva ursi (Famili Ericaceae). Tanaman ini merupakan
semak yang selalu hijau merupakan tanaman asli dari Eropa, Asia, Amerika
Serikat dan Kanada.

FUNGSI GLIKOSIDA
Secara umum arti penting glikosida bagi manusia adalah untuk sarana
pengobatan dalam arti luas yang beberapa diantaranya adalah sebagai obat
jantung, pencahar, pengiritasi lokal, analgetikum dan penurunan tegangan permukaan.
Fungsi glikosida :
1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer
2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi
3. Glikosida sebagai pengatur tekanan turgor
4. Proses glikosidasi untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang mengganggu
5. Glikosida sebagai petunjuk sistematik

39
Penggunaan glikosida dimana beberapa diantara glikosida merupakan obat yang
sangat penting, misalnya yang berkhasiat kardiotonik, yaitu glikosida dari Digitalis,
Strophanthus, Colchicum, Conyallaria, Apocynum dan sebagainya yang berkhasiat
laksatifa/pencahar seperti Senna, Aloe, Rheum, Cascara Sagrada dan Frangula yang
mengandung glikosida turunan antrakinon emodin. Selanjutnya sinigrin, suatu
glikosida dari Sinapis nigra, mengandung alilisotiosianat suatu iritansia lokal.
Gaulterin adalah glikosida dari gaulteria yang dapat menghasilkan metal salisilat
sebagai analgesik.

Beberapa Hipotesa dan Teori Tentang Adanya Glikosida dalam Tanaman


1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer.
Teori Pfeffer mengatakan bahwa glikosida adalah meruapakan cadangan gula
temporer (cadangan gula sementara) bagi tanaman. Cadangan gula di dalam
bentuk ikatan glikosides ini tidak dapat diangkut dari sel satu ke sel yang lain,
oleh karena adanya bagian aglikon.
2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi.
Pada tahun 1915, Geris mengatakan bahwa proses sintesa senyawa glokosida
adalah merupakan proses detoksikasi, sedang anglikonnya merupakan sisa
metabolisme.
3. Glokosida sebagai pengatur tekanan turgor
Teori Wasicky mengatakan bahwa setelah diadakan percobaan-percobaan pada
tanaman digitalis, ternyata bahwa glikosida mempunyai fungsi sebagai pengatur
tekanan turgor di dalam sel.
4. Proses glikosida untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang menggangu.
Teori ini menyatakan bahwa proses glikosidasi di dalam tanaman dimaksudkan
untuk menjaga diri terhadap serangan serangga atau binatang lain dan untuk
mencegah timbulnya penyakit pada tanaman.
5. Glikosida sebagai petunjuk sistimatik.
Adanya glikosida didalam tanaman, meskipun masih sangat tersebar, dapat
digunakan sebagai salah satu cara mengenal tanaman secara sistimatik, baik dari
aglikonnya, bagian gulanya maupun dari glikosidanya sendiri. Sebab ada

40
beberapa glikosida, aglikon atau gula yang hanya terdapat di dalam tanaman atau
familia tertentu.
6. Menurut hasil penelitian Fuch dan kawan-kawan (1952), ternyata bahwa didalam
waktu 24 jam tidak terdapat perubahan yang berarti pada kadar glikosida baik ditinjau
dari sudut biologi maupun secara kimiawi. Juga pada tanaman yang ditempatkan
pada tempat yang gelap selama 24 jam, tidak ada perubahan kadar glikosida.
PEMBENTUKAN GLIKOSIDA
Apabila glukosa direaksikan dengan metal alkohol, menghasilkan dua senyawa.
Kedua senyawa ini dapat dipisahkan satu dari yang lain dan keduanya tidak memiliki
sifat aldehida. Keadaan ini membuktikan bahwa yang menjadi pusat reaksi adalah
gugus –OH yang terikat pada atom karbon nomor 1. Senyawa yang terbentuk
adalah suatu asetal dan disebut secara umum glikosida. Ikatan yang terjadi antara
gugus metal dengan monosakarida disebut ikatan glikosida dan gugus –OH yang
bereaksi disebut gugus –OH glikosidik.
Metilglikosida yang dihasilkan dari reaksi glukosa dengan metal alcohol disebut
juga metilglukosida. Ada dua senyawa yang terbentuk dari reaksi ini, yaitu metil–α–
D–glukosida atau metil-α-D-glukopiranosida dan metil-β-D-glukosida atau metil-β-
D-glukopiranosida. Kedua senyawa ini berbeda dalam hal rotasi optic, kelarutan serta
sifat fisika lainnya. Dengan hidrolisis, metil glikosida dapat diubah menjadi
karbohidrat dan metilalkohol.
Glikosida banyak terdapat dalam alam, yaitu pada tumbuhan. Bagian yang
bukan karbohidrat dalam glikosida ini dapat berupa metilalkohol, gliserol atau lebih
kompleks lagi misalnya sterol. Di samping itu antara sesama monosakarida dapat
terjadi ikatan glikosida, misalnya pada molekul sukrosa terjadi ikatan α-glukosida-β-
fruktosida.

41
Materi VI
BIOSINTESIS SENYAWA-SENYAWA
FLAVONOID
Tujuan Instruksional Khusus
Mengetahui jalur biosintesis, reaksi yang menyertai serta metabolit yang dihasilkan pada
senyawa-senyawa flavonoid
Pokok Bahasan (3 x Pertemuan)
1. Kerangka Dasar dan Sistem Penomoran Senyawa Flavonoid
2. Mekanisme Dasar Biosintesis Senyawa Flavonoid
3. Hipotesis Biogenetik Pelter
4. Senyawa Khalkon
5. Senyawa Dihidrokhalkon
6. Senyawa Auron
7. Senyawa Flavonon
BIOSINTESIS
SENYAWA FLAVANOID

 KLASIFIKASI SENYAWA FLAVANOID


Tidak ada benda yang begitu menyolok seperti flavanoid yang
memberikan
kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam.
Flavin memberikan warna kuning atau jingga, antosianin memberikan warna merah,
ungu atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau.
Secara biologis, flavanoin memainkan peranan penting dalam kaitan menyerbukan
pada tanaman oleh serangga. Sejumlah flavanoid mempunyai rasa pahit hingga dapat
bersifat menolak sejenis ulat tertentu.
Senyawa flavanoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti
fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Cincin A memiliki karakteristik
bentuk hidroksilasi phloroglusinol atau resorsinol, dan cincin B biasanya 4-, 3,4-
atau 3,4,5-terhidroksilasi. Dalam gambar dibawah ini menunjukkan struktur dasar
flavanoid.

A C C C B

42
Cincin A : karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol terdistribusi.

HO O HO O
A Atau A
C3 C6 (B) C3 C6 (B)
OH

Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :


OCH3
HO O HO O
Atau Dst
A A
HO C3 C6 (B) HO C3 C6 (B)
OH

OCH3

Cincin B : karakteristik 4-, 3,4-,


R 3,4,5-terhidroksilasi
R=R‟=H,R‟=OH
R=H,R‟=R‟=OH
C6 (A) C3 B R
R=R‟=R”=OH
R (juga, R=R‟=R”=H)

Dapat juga mengikat gugus 2‟-hidroksil

C6 (A) C3 B OH

OH

Gambar : Struktur dasar flavanoid


Fragmen tiga karbon pusat, yang terikat pada cincin B, umumnya memiliki empat
bentuk.

43
B B
C O
C
A A C
C
C C
Khalkon flavon
Dihidrokhalkon katekin
Flavon -3, 4-diol
Flavanon
Flavon
Antosianidi
n
Flavon -3-ol
Flavon -3-on-3-ol

O O
C
A C C B A C
C C B

Gambar : Tipe umum dan beberapa contoh senyawa flavanoid

Tingkat oksidasi tiga karbon bagian molekul flavanoid dapat dinyatakan oleh
hubungan formal seperti ditunjukkan dalam ringkasan berikut. Perlu diperhatikan
bahwa cincin –A selalu memiliki gugus hidroksil yang letaknya sedemikian hingga
memberikan kemungkinan untuk terbentuknya cincin heterosikliks dalam senyawa
trisiklis. Dalam bisiklis khalkon dan hidrokhalkon gugus hidroksil tetap terikat pada
cincin –A.
A – COCH2CH2 – B hidrokhalkon
flavanon, khalkon
A – COCH2CHOH – B
flavanon
A – COCH2CO – B
A – CH2CCOCO – B antosianin

44
A – COCOCH2 – B auron
A – COCHCHOH – B 3 – hidroksi flavanon
OH
A – COCOCH – B flavanol
OH

 DIHIDROKHALKON
Meskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu senyawa yang
penting yaitu phlorizin merupakan konstituen umum famili Rosaceae juga terdapat
dalam jenis buah-buahan seperti apel dan pear. Phlorizin telah lama dikenal dalam
bidang farmasi, ia memiliki kesanggupan menghasilkan kondisi seperti diabetes.
Phlorizin merupakan β -D-glukosida phloretin. Phloretin mudah terurai oleh alkali
kuat menjadi phloroglusinol dan asam p-hidroksihirosinamat (asam phloretrat). Jika
glukosida phlorizin, dipecah dengan alkali dengan cara yang sama, maka ternyata sisa
glukosa tidak dapat terlepas dan dihasilkan phloroglusinol β-O-glukosida. Akhirnya,
kedudukan sisa glukosa yang dibentuk oleh reaksi ditunjukkan dalam persamaan 1 ;
interaksi gugus asetoksil dengan satuan –CHCH2CH2Ar menunjukkan bahwa satuan
glukosa harus terikat pada kedudukan – 2‟ dalam phlorizin. Glikolisasi gugus
hidroksil orto terhadap gugus karbonil di dalam adalah tidak umum, hal ini terutama
karena ikatan yang efektif antara –OH dan O=C.
Adanya gugus-gugus hidroksil pada kedudukan -2,6 relatif terhadap gugus
karbonil mengakibatkan satu daripadanya reaktif dan dapat terjadi glikosilasi.

45
H2O
Florisin Floretin D-glukosa
H+
NaOH

HO OH
CH 2 CH2 COOH
+ HO

OH Asam floretat

HO O
C6H11O 5
Asam floretat (1)
NaOH

OH

Me2SO4
Tri-O-metil florisin
K 2CO3 / aseton
1) H 2O/H
2) Ac 2 O/N 2 Oac
O
CH 3 O CH 3

CH 2 OCH3
CH 3O O

Florisin adalah :

OH

COCH 2CH2 OH

O C6H11O5 D-glukosa

(L-ramnosida floretin adalah glisifilin)

Senyawa ini dipisahkan secara kromatografi kertas memakai pengembang yang biasa.
Mereka dideteksi dengan menyemprot kertas dengan ρ-nitroanilina yang terdiazotasi
dan dengan AlCl3 dalam alcohol. Floridzin menghasilkan warna merah jingga dengan
pereaksi pertama dan fluoresensi kehijauan yang kuat dengan pereaksi kedua.

46
 KHALKON
Polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun terdistribusinya di
alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat mengalami isomerisasi menjadi
flavanon dalam satuan keseimbangan, persamaan 2.

3
2 4
3
5
4„ „ 2„ 6

5„ C
6„
O

merein
: 2‟, 3,4‟ , 3,4 – penta OH (4‟ – glukosida)
koreopsin
: 2‟, 4‟, 3,4 – tetra OH (4‟ – glukosida)
stillopsin
: 2,4 , „5‟ , 3,4 – penta OH (? – glukosida)
lanseolin
: 2‟, 4‟ , 3,4 – tetra OH-3‟-OMe (? – glukosida)
semua senyawa tersebut terdapat khalkon yang terdapat dalam spesies coreopis
Gambar : Beberapa khalkon yang terdapat di alam

Bila khalkon 2‟ , 6 –dihidroksilasi , isomer flavanon mengikat 5 – gugus hidroksil,


dan stabilisasi mempengaruhi ikatan hydrogen 4-karbonil-5-hidroksil maka
menyebabkan keseimbangan khalkon-flavanon condong kearah flavanon. Hingga
khalkon, yang terdapat di alam memiliki gugus 2,4‟-hidroksil atau gugus 2‟-hidroksi-
6‟-glikosilokasi.
Dalam gambar beberapa khalkon yang terdapat di alam menunjukkan beberapa
khalkon yang terdapat pada tanaman, terutama sebagai pigmen daun bunga berwarna
kuning, dalam kebanyakan terdapat dalam tanaman Heliantheaetribe,
Coreopsidinae ,
subtribe dan famili Compositae.

47
OH OH

OH O OH
HO OH HO

O O
Butin
Butein
(Keduanya dapat diisolasi, stabil)

OH OH

OH O (2)
HO OH HO

O OH O

2‟, 4‟, 6‟, 4 - tetra hidroksi khalkon Naringenin


Tidak stabil (Distabilkan oleh ikatan OH-O-C)

 KARTAMIN
Carfhanus tinctorius L. (fam. Compositae), mengandung pigmen bunga kuning
yang berubah menjadi merah bila umur bunga bertambah. Ekstrak bunga juga
berwarna merah, dengan pembentukkan bunga merah. Pigmen merah pertama
kali
disebut kartamin, merupakan glikosida dan bila dihidrolisis dengan asam fosfat
berair memberikan dua senyawa isomer yaitu kartamidin dan isokartamidin. Sekarang
pigmen merah dinyatakan sebagai “Kartamon”.
Kartamidin dan isokartamidin merupakan isomer flavanon seperti ditunjukkan
dalam persamaan (3a) dibawah ini oleh sintesis senyawa termetilasi sepenuhnya
dan demitilasi menjadi tetrahidroksi flavanon.

48
OCH3
OCH3
CH
CH OH OH
NaOH H2 O/H+
+
3O O 3O
CH 3 COCH3
OCH3 CHO CH OCH3
O
3O

OCH3 OH
O O
CH 3O HO
AlCl 3 (3)
HO
CH 3O C 3 H6
OH
CH3O O O
Isokartamidin
(Kartamidin = 5, 7, 8, 4‟ - tetrahidroksiflavanon)

OH (A) Pembentukan
cincin (A) Isokartamidin
HO - COCH = CH OH
(B)
Kartamidin
HO OH (B)

Pembentukan dua flavanon dari precursor tunggal segera terbentuk dengan terjadinya
transformasi seperti ditunjukkan dalam persamaan (3b) ; zat antara khalkon dapat
melakukan siklisasi baik dengan adisi gugus hidroksil -2‟ atau -6‟ terhadap ikatan
rangkap. Kartamon berwarna merah, dan polihidroksi khalkon merupakan senyawa
yang berwarna kuning hingga jingga – kuning ; sebagai contoh koreopsin. Prekursor
berwarna kuning ini sekarang dipandang sebagai khalkon glukosida yang mengalami
oksidasi menjadi quinonoid glikosida yang berwarna merah (kartamon).
Pembentukkan flavanon pada hidrolisis kartamon harus melibatkan reduksi terhadap
quinon, kemungkinan pada hidrolisis melepaskan glukosa (4).

49
OH OH

HO O
OH (O) HO
( R = glukosit) H2 O/H+
HO O
OR O OR O
Pigmen bunga kuning Kartamon (merah) (4)

OH OH

O OH
HO (H) HO

HO
O
OH OH
O O

Kartamidin + isokartamidin (flavanon)

Usulan semula menyatakan bahwa senyawa yan dikenal dengan kartamin (pigmen
merah) adalah quinonoid “enol” khalkon (5).

OH OH

O OH HO OH
H+
H2 O
HO (5)
Glukose O
OH OH OH O

Kartamin
(struktur awal)
Kartamidin
Isokartamidin

Berdasarkan percobaa yang terakhir menunjukkan bahwa kartamon (pigmen


merah) diubah menjadi khalkon kuning oleh reduksi dengan belerang dioksida, dan
senyawa yang diperoleh ini dapat direoksidasi menjadi kartamon. Hingga
pembentukkan flavanon dengan cara hidrolisis precursor merah, yaitu struktur “enol”
khalkon tidak dapat diterima.

50
 FLAVAN
Flavan tidak lazim sebagai konstituen tanaman. Sejauh ini hanya ada satu contoh
dalam kelompok ini yang merupakan senyawa yang terdapayb di alam.Senyawa
fenolat kompleks yang merupakan konstituen resin dari tanaman genus
Xanthorrhoea mengandung berbagai senyawa flavanoid yan ternyata pemisahan dan
pemurniannya sukar dilakukan. Metilasi (dengan metal sulfat dan kalium karbonat
dalam aseton) terdapat resin kotor dari X, preissii menghasilkan sejumlah senyawa
flavanoid. Salah
satu dari padanya adalah 4‟ , 5 , 7-trimetoksi flavan (penomoran system sesuai
dengan gambit tipe umum senyawa flavanoid). Reduksi flavan dengan natrium dan
etanol dalam cairan ammonia dan metilasi fenol yang diperoleh menghasilkan
senyawa yang dikenal 1-p-metoksifenil-3- (2,4,6-trimetoksifenil)-propana (6)

O OH
CH 3O N2 CH 3O
3

O-metilat
(6)

O
OH CH 3O

(Resin Xanthorroea)

 FLAVANON
Flavanon (biasanya sebagai glikosida) terdistribusi luas dialam. Flavanon terdapat
dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari
tanaman genus Prunus (fam. Rosaceae) dan buah jeruk. Dua glikosida yang paling
lazim adalah neringenin dan hesperetin, terdapat dala buah anggur dan jeruk.
Beberapa flavanon yang terdapat dialam diberikan dalam gambar dibawah berikut.

51
Penentuan struktur flavanon cepat dilakukan berdasarkan metoda klasik.
Polihidroksiflavanon mudah dikenal dengan terbentuknya warna merah, lembayung,
bila flavanon direduksi dengan magnesium dalam asam klorida dalam larutan etanol.
Persoalan dasar dalam menentukan struktur flavanon adalah (a) posisi ikatan sisa
gula, jika senyawa merupakan glikosida ; dan (b) posisi gugus inti hidroksil dan
metoksi cincin -A dan –B
Flavanon dan khalkon dipecah oleh hidrolisis alkalis menjadi turunan asam
benzoate yang terdiri dari cincin –B dan tergantung pada kondisi fenol yang
terdapat pada cincin –A (missal phloroglusinol) atau menjadi asetofenon yang sesuai.
Pada persamaan 7 digambarkan beberapa pemecahan seperti yang diuraikan diatas.

OH
OH
O
HO HO OH
50% KOH
+
COCH3
COOH
O
Liquiritigenin
(7)

OH
O OCH3 HO
HO HO OH
30%
NaOH CH 3 O CH = CHCOOH +
OH OH
O
Homoeridiktiol Asam ferurat

OH OCH3
O O
RO RO OH

OH OH
O O

R = H, naringenin R = H, hesperitin
R = A*, naringi R = A*, hesperidin
R = B*,
neohesperidin

52
OH
O O
RO CH 3O

OH OR
O
R = H, pinocembrin
R = H, sakuranetin
R = CH3, pinostrobin
R = I-glucosyl, sakuranin

Sisa gula :
H
O
HO CH
O CH
A= 3 O
H H H H 2
H H O

OH OH HO OH H H

H OH
Rutinosa = 6-0(- -L-rhamnopiranosil)-D-glukopiranosa

HOC
O
H2
H H O

H OH H H
O
H O
B
=
H
O
H CH
O 3
H H
H H

OH

OH
Neohesperidosa = 2-0(- -L-rhamnopiranosil)-D-glukopiranosa

53
Gambar : Flavanon alam
Cara lain yang berguna untuk menentukan struktur flavanon adalah melibatkan
dehidrogenasi ikatan -2,3 yang memberikan flavon. Karena flavanon sering sukar
disintesis sedangkan tidak ada masalah untuk flavon, maka prosedur ini sangat
berharga (persamaan 8)

OH OH
O OCH3 O OCH3
CH 3O CH 3O
I2 (8)
NaOAc
OH OH
O O

Metoda klasik (yaitu degradasi, interkonversi, sintesis) untuk menentukan struktur


flavanoid sekarang telah digantikan dengan prosedur diagnosa fisika, dalam hal ini
resonansi magnetic inti. Proton pada posisi -2 dan -3 menunjukkan pergeseran kimia
yang karakteristik dan bentuk penggabungan yang dapat membedakan struktur
flavanon dengan flavon khalkon dan sebagainya. Bentuk aromatik tersubtitusi
biasanya dapat dikenal dengan pergeseran kimia dan bentuk penggabungan
(penggabungan 0-, m atau p) proton-proton cincin –A dan –B.

 FLAVON
Apigenin dan luteolin terdistribusi secara luas dai alan dan merupakan contoh
dasar bentuk subtitusi yang diturunkan dari kombinasi yang diturunkan dari bagian –
C6-C3 dengan satuan asetat :

(B) C6 - C3 + 3C2 (B) C6 - C3 - C6 (A)

Hampir setiap bentuk yang mungkin dikenal di alam, dari flavon sendiri hingga
nobiletin 5,6,,7.8,3‟, 4-heksametoksiflavon. Gambar dibawah ini memuat beberapa
flavon alami. Kebanyakan hidroksiflavon terdapat sebagai glukosida.

54
O O
HO

OH
O O
Flavon Khrisin

OH OH
O O OH
HO HO

OH OH
O O
Apigenin Luteolin

O OCH3 O
HO HO
HO
OH OH
O O
Baikalein Wogonin

OCH3
OCH3
OCH3 O OCH3 O
CH 3O CH3 O
OCH3

CH3O OCH3 CH 3O OCH3


O O

Nobiletin Tangeretin

Gambar : Flavon Alam

Flavon mudah dipecah oleh alkali, menghasilkan diasilmetan atau tergantung pada
kondisi reaksi asam benzoate yang diturunkan dari cincin - B dan 0-
hidroksiasetonfenon pada cincin –A. Reaksi diberikan pada persamaan 9.
Diasilmetan yang diturunkan dari flavon seperti dalam persamaan 9, mudah
dikenal sebagai hasil degradasi. Warna hijau terangnya menunjukkan bahwa senyawa

55
dalam bentuk enol. Diasilmetan mudah disntesis dari asetofenon yang sesuai dan ester
asam benzoate tersubtitusi (persamaan 10a) atau dari 0-asiloksiasetofenon, seperti
digambarkan dalam persamaan 10b. Karena 0- hidroksidiasilmetan mudah diubah
menjadi flavon dengan pembentukan cincin oleh pengaruh katalisator asam, prosedur
ini berguna sebagai metoda sintesis flavon.

OCH3
O OCH3
CH 3O 10% CH 3O OH
OCH 3 Lebih
CH 3O KOH CH 3O Lanjut
COCH2CO OCH 3
OCH3 O OCH3
(9)
OCH3
OH
CH 3O OCH3
+
COCH 3
CH 3 O
OCH3 COOH

Flavon stabil terhadap asam kuat dan esternya mudah didealkilasi denga
penambahan HI atau Hbr, atau dengan aluminium klorida dalam pelarut inert. Namun
demikian, selama dimetilasi tata ulang sering teramati ; oleh pengaruh asam kuat
dapat menyebabkan pembukaan cincin pada cara yang lain. Sebagai contoh demetilasi
5,8-dimetoksiflavon dengan HBr dalam asam asetat menghasilkan 5,6-
dihidroksiflavon (persamaan 11a). Dalam keadaa khusus, pembukaan lanjut dapat
terjadi (persamaan 11b)

56
OCH3
OH
CH 3O CH 3O OH
A. + OCH3
COCH 3 N3 Oet
CH 3O CH 3O
OCH3
OCH3 OCH3 COCH2 CO
COOEt OCH3

H+

HO OCH3 OH OCH3
O OCH3 OH
OCH3
CH 3O CH 3O C

CH 3O CH 3O C
CH2

OCH3 OCH3 O
O

OCH3
O
CH 3O OCH3
(10)
CH 3O
OCH3
O

OCH3 OCH3

CH 3O OH OCH3 CH 3O OCO OCH3


B. + Piridin KOH
COCH
CH 3O 3 Piridin
CH 3 O COCH3
OCH3 COCl OCH3

O
OCH3 OCH3
O-
O C 3 O OCH3
CH 3O CH 3O C
OCH
CH 3O CH3O C
CH2
COCH3
OCH3 OCH3 O

O- OH
CH 3O OCH3 H+ CH 3O OCH3

CH 3O COCH2CO OCH3 CH 3 O COCH2CO OCH3


OCH3 OCH3

57
OCH3 O OH
HBr OH
A.
COCH2CO
OCH 3 OH
O

O
OH

HO COCH2CO HO
OH OH
O

OCH3

O O
HI
OCH3 OH
B. HO

O O
(11)

HO OH
O O
HI
OH OH
HO
OH
O O

Demetilasi gugus 5-metoksi dalam polimetoksiflavon segera terjadi pada kondisi


yang cocok, sehingga 5-hidroksi-polimetoksiflavon mudah dibuat.
Meskipun flavon mudah dibuat berdasarkan oksidasi flavanon (dengan natrium
asetat-iodida) rute kebalikan-reduksi flavon menjadi flavanon – tetapi cara tersebut
tidak bermanfaat.

 FLAVANOL (3 – HIDROKSIFLAVON)
Flavanol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam
berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavanol alami yang paling sederhana adalah

58
galangin, 3,5,7-tri-hidroksiflavon ; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah
3,5,7,8,3‟,4‟,5-heptahidroksiflavon.
OH

O O
HO HO

OH OH
OH OH
O O
Galangi Kaempfenol
n
OH
OH
OH
O OH O
HO HO OH

OH OH
OH OH
O O
Quersetin Miriseti
n

O
OH
CH 2
O OCH3 O OCH3
CH 3 O O CH3 O

CH 3 O OCH 3 OCH3
OCH 3 OH
O O
Melisimpleksin Termati
n
OH
OH
OH
OH
OCH3 O OCH 3 O
HO HO OH

OH OH
OH OH
O O
Limositr Hibisefi
in n

Gambar : Flavanol alam


Bentuk khusus hidroksilasi (C6 (A) –C3-C6 (B), dalam mana C6 (A) adalah turunan
phloroglusinol, dan cincin B adalah 4- atau 3,4 –dihidroksi, diperoleh dalam dua
flavanol yang paling lazim, yaitu kaempferol dan quersetin. Hidroksilflavanol, seperti
halnya hidroksi flavon, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai 3 –glikosida.

59
Meskipun flavon, flavonol, flavanon pada umumnya terdistribusi melalui famili
tanaman tinggi tetapi tidak terdapat hubungan khemotaksom yang jelas. Genus
Melicope mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan genus Citrus mengandung
nobiletin, tangeretin dan 3‟,4‟,5,6,7 – pentametoksiflavon (persamaan 9)

 KATEKHIN, STEREOKIMIA SENYAWA FLAVANOID


Flavon dan khalkon tidak memiliki atom karbon asimetri sehingga tidak ada
masalah stereokimia. Flavanon mengandung satu pusat asimetri dan dapat berada
dalam bentuk (+) dan (-). Kebanyakan flavanon alam adalah putar kiri dan memiliki
konfigurasi –S. Stereokimia flavanon dan 3 –hidroksiflavanon (dihidroflavanol) telah
ditentukan dengan metoda dalam mana stereokimia katekhin terlibat. (+)-katekhin
dan (-)-epikatekhin diastereomer berbeda dalam kedudukan gugus 2 –aril dan 3 –
hidroksil.
Struktur katekhin telah ditentukan dengan metoda konvensional : (a) peleburan
alkali menghasilkan phloroglusinoldan asam 3,4 –dihidrobenzoat
(asam
protokatekuat); dan (b) reduksi katekhin tetrametil eter, diikuti dengan metilasi
fenol yang dihasilkan, diperoleh 1 –(2,4,6 –trimetoksifenil) -3 –(3,4 –dimetoksifenil)
propane. Meskipun pengamatan tersebut dapat dibantu oleh tiga struktur seperti
terlihat dalam persamaan 12a, namun struktur flavan epikatekhin dibuktikan
berdasarkan pembuatannya (sebagai bentuk (+) secara reduksi katalitik sianidin
klorida.

60
OH
OH
O O OH
HO OH HO

OH OH
OH OH

(+) - katekhin (-) - epikatekhin

OH
OH
OH
O O
HO OH HO

OH OH
OH

(-) - robinetinidol (-) - epiafzetekin

Gambar : Flavan -3-ol alam

OH

O
HO OH
OH
(A) OH OH
HO OH
OH +
OH H
KO s i OH COOH
Fu

O CH OH Semua dapat
HO
OH 1)
2) Na OCH3
Me /Et O
til a H
OH t OCH3
CH3 O OCH 3
OH

OCH3
O CH 2 OH (12)
HO

OH
OH

61
OH OH

O O
HO OH HO OH
+
(B) OH OH
OH OH
Sianidin (kation) (+) - epikatekhin

Reduksi (+) –katekhin tetrametil eter dan (-) – epikatekhin tetrametil eter dengan
natrium dan etanol dalam ammonia cair, diikuti dengan metilasi terhadap fenol yang
dihasilkan, memberikan anantiomer 1 –(3,4 –dimetoksifenil) -3(2,4,6 –
trimetoksifenil)-2 –propanol (persamaan 13).

OCH3

OCH3
OH

O CH2
HO OH 1) methylate
HO - C - H
(A) 2) Na/NH3/EtOH
OH
OH 3) methylate CH2
CH 3O OCH3

OCH3

OCH3

OH OCH3

O CH2 (13)
HO OH Melalui
H - C - OH
(B) OH
OH CH2
CH 3O

OCH3

OCH3

Ini menujukkan bahwa dua katekhin tersebut mempunyai konfigurasi berlawanan


pada C – 3 dan mempunyai konfigurasi sama pada C – 2.

62
Kenyataan lebih lanjut untuk konfigurasi katekhin dan epikatekhin diperoleh
dalam reaksi turunan 3 –tosil tetrametil eter dengan hidrazin untuk mengeliminasi H -
OTos dan menghasilkan 2-ariflav-2-ena, suatu hasil yang sesuai dengan kedudukan
trans –diaksial hydrogen pada C – 2 dan gugus tosilokasi pada C – 3 (persamaan 14)

OCH3

O Ar O Ar
CH 3O CH 3O NH2 NH 2 CH O
HO 3

A
Otos
r
OCH3 OCH3
H
Ar = Veratril HOAc

OH
CH 3O OH CH 3O OH
CHO + ArCOCH 3 Khalkon H2 /Pt

CH2 CH 2COAr
OCH3 Hcl

OCH3

+ O
Ar Ar
CH 3O O CH 3O
H2
Cl -
Pt
OCH3 OCH3

Garam flavilium

O O OH
COAr Ar (14)
CH 3O CH 3O

OCH3 OCH3

Pada sisi lain, 3 –tosilat katekhin tetrametil eter tidak mengalami reaksi eliminasi
-2,3. Eliminasi TosOH disertai dengan perpindahan gugus 2 –aril ke posisi -3, dengan
pembentukan 3 –ariflav -2-ena. Reaksi ditunjukkan dalam persamaan 15

63
O Ar O
CH Quinolin CH3O
3O
OTos Ar
OCH3 OCH3

Ar = Veratril 1) Na/EtOH
2) Me2SO4 /NaOH

CH3O OCH3

CH2CHAr
OCH3
CH 3

OCH3
CH3O OCH3 OCH3 AlCl3 H 2 /Pt (15)
+
CH 2COCl
OCH3

CH3O OCH3 CH OCH3


1) CH3 MgI
3O
2) H2 O
CH2COAr CH=C-Ar
OCH3
OCH3 CH 3

Transformasi yang dinyatakan dalam persaman 14 dan 15 menunjukkan


konfigurasi relative katekhin dan epikatekhin. Konfigurasi mutlak ditentukan
berdasarkan degradasi seperti diberikan dalam persamaan 16, dalam mana konfigurasi
gugus 3-OH sudah tentu. Ozonolisis (+) –katekhin merusak cincin-cincin fenol dan
menghasilkan asam α, β-dihidroksiglutarat yang konfigurasinya sesuai dengan 2-
deoksi –D-ribosa.

64
OH COOH
OH
O H OH _ _
HO HO C H
O3
HO_C _H
OH
OH H CH2COOH

COH

CH 2 CH2OH CH2OH
H HO HO H HO H
HO H
H HO HO H
CH2OH CH2CHO CH2 CH2OH

2-deoksi-D-ribosa (16)

 ANTOSIANIN DAN PROANTOSIANIN


Senyawa flavnoid yang paling menyolok adalah antosianin, yang merupakan
pembentuk dasar pigmen warna merah, ungu dan biru pada tanaman, terutama sebagai
bahan pewarna bunga dan buah-buahan. Antosianin adalah glikosida antosianidin,
yaitu merupakan garam polihidroksiflavilium (2 –aribenzopirilium).
Sebagian besar antosianin alam adalah glikosida (pada kedudukan 3 –atau 3,5- )
dari sejumlah terbatas antosianidin.
R=R‟=H, pelargonidin
R
R=H,R=OH, sianidin
OH
R=R‟=OH, delpinidin
OH
HO O
R‟ R=H,R‟=OCH3, peonidin
R=R‟= OCH3, malvidin
OH
R=OH,R‟= OCH3, petunidin
OH

Gambar : Dasar Antosianidin alam

Pembuktian struktur antosianidin mula pertama dikerjakan berdasarkan metoda


degradasi seperti cara-cara yang dilakukan terhadap senyawa flavanoid lain, namun

65
pada saat ini pembuktian dilakukan berdasarkan sintesis. Sintesis sianidin klorida
ditunjukkan seperti pada persamaan 17.

OH OH
HO HO
C6 H 9COCl
CHO CHO

OH
OBz

Floroglusinaldehida (Bz = benzoil)


OAc
OH Cl -
OH
OH HCl
+ HO O OAc
ClCH 2COOH EtoAc

OAc
OBz
HO AcO
HO AcO
COCH 2 Cl COCH 2Ac

OH
Cl - (17)
HO O OH
1) KOH
2) HCl
OH
OH
Sianidin klorida

Dengan menggunakan senyawa tersubtitusi yang cocok, seperti ditunjukkan pada


persamaan 17, maka antosianin alam dapat disintesis dengan cara yang sama.
Antosianidin juga dibentuk bila flavon -3,4 –diol dipanaskan pada kondisi asam
kuat (persamaan 18). Reaksi sangat kompleks dan hasil yang diperoleh berupa garam
flavilium rendah ; dan perlu dicatat bahwa reaksi meliputi oksidasi, untuk dehidrasi
sederhana flavandiol, diperoleh 3 –flavan -3-diol (“leukoantosianidin) bukan
antosianidin.

66
OH OH

O O
HO OH H2 O HO OH

OH OH
OH OH
OH
Leukosianidin hidrat Leukosianidin
(proantosianidin)
(18)

OH
+
O
HO OH

OH
OH

Sianidin
(kation)
Prekursor intermediet antosianin adalah 2 –flaven-4,4-diol atau 3-flaven-2,3-diol.
Reduksi terhadap rutin terasetilasi (quersetin 3 –rutinosida) dengan litium aluminium
hidrida dan hasil yang diperoleh kemudian direaksikan dengan HCl menghasilkan
sianidin 3-rutinosida, ini menunjukkan bahwa reaksi berlangsung melalui 2-flaven-
3,4-diol seperti ditunjukkan dalam persamaan 19.
OH OH

O O
HO OH H+
HO OH

OR OR
OH OH
OH OH2 C H2O

OH

O
OH HO OH

O OR
HO OH OH
(19)
OR
OH
O
(Sebagai asetat) R = rutino sil (Delokalisasi muatan +)

67
 PROANTISIANIDIN KOMPLEKS
Banyak tanaman mengandung senyawa flavanoid kompleks yang tidak berwarna
dan bila dihidrolisis dengan asam akan kembali menjadi antosianidin dan katekhin.
Senyawa tersebut sering memiliki berat molekul tinggi dan mempunyai
kemampuan untuk menyamak kulit, hingga disebut ”Condenset tannin”. Suatu
kemungkinan tannin dihasilkan berdasarkan kondensasi berulang “monomer” – C15
dan beberapa pendukung memberi nama dimmer.
Proantosianidin mengandung 30 atom karbon yang telah diisolasi dari sejumlah
tanaman. Type senyawa tersebut telah dikenal mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
1. Ia membentuk oktametil eter dan deka –asetat
2. oktametil eter membentuk diasetat
3. pada hidrolisis asam, diperoleh katekhin dan epikatekhin
4. panambahan dengan asam kuat menghasilkan sianidin
Sifat-sifat senyawa C30 menunjukkan bahwa ia terdiri atas molekul katekhin (atau
epikatekhin) dengan flavan-3,4-diol. Bentuk kombinasi lain adalah dengan
subtitusi flavan-3,4-diol menjadi inti phloroglusinol berdasarkan kondensasi yang
dikatalisir – asam seperti ditunjukkan dalam persamaan 20.

68
O Ar O Ar
HO H + HO

OH OH
OH OH
OH
Flavan -3, 4-diol O Ar
HO

OH
OH
Katekhin
(Ar = 3, 4-dihidroksifenil)

(20)
O Ar
HO

OH
OH
O Ar
HO

OH
OH

“Dimer”

Berdasarkan cara yang sama maka tannin terbentuk berdasarkan kondensasi antara
dua flavanoid yag menghasilkan “dimer” yang kemudian dapat melakukan
kondensasi lebih lanjut seperti yang dinyatakan dalam persamaan 21.
Percobaan mendukung konsep tersebut dengan diperolehnya pengamatan bahwa
flavan-3,4-diol berkondensasi dengan phloroglusinol pada kondisi asam yang cocok
menghasilkan 4 –(2,4,6-trihidroksifenil)-flavan-3-ol.

69
O Ar O Ar
HO HO
X
OH OH
OH OH
OH
O Ar
HO

OH
OH
O Ar (21)
HO

OH
OH
O Ar
HO

OH
OH
O Ar
HO

OH
OH
Dst

70
Hipotesis Biogenik dari PELTER

O OH
H
H
O
HO O
OKS OKS HO
KHALKON
OH
HO O HO O
-Hidroksi khalkon

OH
H
O
HO
OH OH
O
H H
O O HO O
HO HO
OH
OH OH
O
HO O H O
HO O H HO
2,3-sis-flavananol
2,3-trans-flavananol OH
Red Red O
HO
OH OH Ok 2-hidroksi-2-benzil
s kamavon
H H
O O
HO HO Flavonol

OH OH Antosianidin
H H
HO HO
OH OH
2,3-trans-flavan-3,4-diol 2,3-sis-flavan-3,4-diol

+H+
Red Red
- H 2O
OH OH
H H
O O Tanin terkondensasi
HO HO

H
OH OH
H
HO HO
2,3-trans-flavan,3-ol 2,3-sis-flavan,3-ol

71
Kegunaan flavanoid dalam bidang kesehatan antara lain :
penyembuhan perdarahan kapiler sub-kutan

Anti-inflammasi

Anti-tumor/Anti-kanker

Anti-virus

Anti-allergi Anti-

kolesterol

Estrogen dan
Osteoporosis

72
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Didik. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.

Tim Dosen. Farmakognosi I. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


UNHAS. Makassar.

Sastrohamidjojo Hardjono, 1996 , Sintesis Bahan Alam FMIPA Universitas Gadjah


Mada, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Harborne , 1987, Metode Fitokimia , ITB, Bandung.

73

Anda mungkin juga menyukai