TIPE II
Disusun oleh:
Laporan Kasus
SEPTEMBER 2018
LAPORAN
KASUS
KEDOKTERAN
KELUARGA
DIABETES MELITUS TIPE II
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. L
Umur : 454 Tahun
JenisKelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : S-1
Alamat : Makassar
Status Pasien : BPJS
Waktu Pemeriksaan : Selasa, 03 Oktober 2018
RIWAYAT BIOLOGIS KELUARGA
Keadaan kesehatan sekarang : Sedang
Kebersihan perorangan : Baik
Penyakit keturunan : Diabetes Mellitus
Tipe II
Penyakit kronis/menular : Diabetes Mellitus Tipe II
Kecacatan anggota keluarga : Tidak Ada
Pola makan : Baik
Pola istirahat : Sedang
Jumlah anggota keluarga : 5 orang
PSIKOLOGIS KELUARGA
Kebiasaan buruk : Tidak ada
Pengambilan keputusan : Pasien sendiri
Ketergantungan obat : Tidak ada
Tempat mencari pelayanan kesehatan : Klinik
Pola rekreasi : Kurang
KEADAAN RUMAH/LINGKUNGAN
Jenis bangunan : Permanen
Lantai rumah : Keramik
Luas rumah : Kamar 3 x 3 m2
Penerangan : Cukup
Kebersihan : Baik
Ventilasi : Baik
Dapur : Ada
Jamban keluarga : Ada
Sumber air minum : Sumur
Sumber pencemaran air : Tidak
ada
Pemanfaatan pekarangan : Ada
Sistem pembuangan air limbah : Ada
Tempat pembuangan sampah : Ada
Sanitasi keluarga : Baik
KEADAAN SOSIAL KELUARGA
Tingkatpendidikan : Cukup
Hubungan antar anggota keluarga : Baik
Hubungan dengan orang lain : Baik
Kegiatan organisasi sosial : Baik
Keadaan ekonomi : Sedang
SPIRITUAL KELUARGA
Ketaatan beribadah : Baik
Keyakinan tentang kesehatan :
Baik
KULTURAL KELUARGA
Adat yang berpengaruh : Bugis
Makassar
Lain-lain : Tidak ada
ANAMNESIS
Keluhan utama : Kram-kram di kki dan tangan
Keluhan tambahan : Sering haus, sering buang air kecil
Riwayat penyakit sekarang:
Kram-kram dirasakan sejak 1 tahun lalu. Kram-kram dirasakan pada waktu malam dan
setelah melakukan aktivitas. Selain itu kram-kram juga dirasakan pada jari-jari tangan.
Pasien juga mengeluhkan sering terbangun malam untuk buang air kecil. Setiap malam
hampir 2-3 kali ke kamar kecil. Pasien juga tidak dapat menahan jika mahu buang air
kecil sehingga pasien sering buang air kecil di tempat tidur. Pasien sering merasa haus
dan selalu ingin minum air putih. Pasien mengatakan tidak ada penurunan berat badan
yang dialaminya. Pasien juga mengeluh sering merasa tegang dibagian belakang
kepala dan lehernya.Pasien didiagnosa dengan diabetes melitu sejak 18 tahun yang
lalu. Pasien dengan riwayat mendapat pengobatan metformin. Riwayat penyakit yang
sama dalam keluarga ada yaitu ibu pasien yang di diagnosa dengan diabetes mellitus
tipe 2. Selain itu, pasien juga memiliki penyakit hipertensi. Pasien sekarangan dengan
pengobatan obat Metformin, Simvastatin, Allopurinol, amlodipin, dan Vitamin B1, B6, B12
dan mengambil rujukan dari Klinik HNC serta terdaftar pada program Prolanis. Buang air
besar biasa berwarna kuning. Buang air kecil lancar berwarna kuning.
Riwayat pengobatan :
A. Pasien saat ini menggunakan metformin
dan Simvastatin 40mg.
B. Vitamin B1B6B12
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat didiagnosis dengan penyakit
Diabetes Mellitus Tipe II oleh dokter sejak 18
tahun yang lalu
Riwayat penyakit keluarga :
Ibu pasien menderita penyakit yang sama
Riwayat alergi :
Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Riwayat psikososial :
Pasien mengaku sulit mengontrol konsumsi
karbohidrat, seperti nasi. Dan pasien memiliki
riwayat sering makan makanan manis
sewaktu muda.
PEMERIKSAAN FISIS
Kepala
Keadaan umum: Rambut : Berwarna hitam, tidak
Sakit sedang/gizi baik rontok
Mata : Konjungtiva anemis (-),
Kesadaran: Kompos mentis Ikterus (-), Gangguan
Tanda Vital penglihatan (-),
TD :170/110 mmHg Telinga : Nyeri (-), Sekret (-), Tinnitus
(-), Gangguan pendengaran
N: 90 x/menit
(-).
S: 36,6 oC Hidung : Nyeri (-), Epistaksis (-),
P: 22x/menit Rhinorrhea (-)
Mulut : Gusi berdarah (-), Lidah
kotor (-), Gangguan
mengecap (-), Sianosis (-)
Tenggorokan: Nyeri tenggorokan (-),
Tonsilitis (-), Abses
peritonsil (-), Laryngitis (-),
Perubahan suara (-)
PEMERIKSAAN FISIS
Leher Thoraks
Inspeksi : Warna kulit sama dengan Paru
sekitarnya, tidak Inspeksi : Simetris
tampak massa Palpasi : Nyeri tekan tidak
tumor ada, vocal
Palpasi : Tidak ada massa fremitus simetris
tumor,tidak ada Perkusi : Sonor
nyeri tekan,tidak Auskultasi : Bunyi pernafasan
ada pembesaran vesikuler, Ronkhi -
kelenjar getah /-, Wheezing -/-
bening.
DVS : R+2 cmH2O
PEMERIKSAAN FISIS
Jantung Abdomen
Inspeksi : Ictus cordis Inspeksi : Normal, ikut gerak
tidak tampak nafas
Palpasi : Ictus cordis Auskultasi : Peristaltik kesan
tidak teraba normal
Palpasi : Nyeri tekan regio
Perkusi : Batas kanan epigastrium
dan batas kiri Perkusi : Timpani (+)
jantung dalam
batas normal Ekstremitas Dekstra et Sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I Inspeksi: Pitting edema (-/-)
dan II, murni, Palpasi: Kulit kering, tidak ada nyeri
reguler, tidak tekan
ada bising.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 03/10/2018
Primordia
Primer Sekunder Tersier
l
Pencegahan Primordial
Pencegahan kepada orang-orang yang masih
sehat agar tidak memilki faktor resiko untuk
terjadinya DM,
Tindakan yang perlu dilakukan seperti
penyuluhan mengenai pengaturan gaya
hidup, pentingnya kegiatan jasmani teratur,
pola makan sehat, menjaga badan agar tidak
terlalu gemuk dan menghindari obat yang
bersifat diabetagenik.
Pencegahan Primer
Pencegahan kepada mereka yang belum
terkena DM namun memiliki faktor resiko yang
tinggi dan berpotensi untuk terjadinya DM agar
tidak timbul penyakit DM.
Materi penyuluhan dapat berupa : apa itu DM,
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
timbulnya DM, usaha untuk mengurangi faktor-
faktor tersebut, penatalaksanaan DM, obat-
obat untuk mengontrol gula darah,
perencanaan makan, mengurangi
kegemukan, dan meningkatkan kegiatan
jasmani.
Pencegahan Sekunder
mencegah agar tidak terjadi komplikasi
walaupun sudah terjadi penyakit, dan
pencegahan tersier yaitu usaha mencegah
agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut
walaupun sudah terjadi komplikasi.
Memberikan pengobatan penyakit sejak awal
sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya komplikasi menahun.
Edukasi dan pengelolaan DM memegang
peran penting untuk meningkatkan
kepatuhan pasien berobat.
Pencegahan Tersier
Semua upaya untuk mencegah kecacatan
akibat komplikasi.
Sebagai contoh, acetosal dosis rendah (80-
325 mg) dapat dianjurkan untuk diberikan
secara rutin bagi pasien DM yang sudah
mempunyai penyakit makroangiopati.
Diperlukan kerjasama yang baik antara
pasien pasien dengan dokter mapupun
antara dokter ahli diabetes dengan dokter-
dokter yang terkait dengan komplikasinya.
Kuratif
Terapi medikamentosa :
o Metformin
o Glicab
o Simvastatin
Terapi non medikamentosa:
o Mengatur pola makan dan mengurangi
konsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat dan glukosa tinggi
o Melakukan olahraga ringan rutin setiap minggu
o Menghindari stress
Rehabilitatif
o Kontrol penyakit ke dokter setiap 2 minggu
sekali
o Monitoring gula darah dan tekanan darah
o Interaksi obat dan efek samping
o Kepatuhan minum obat dan modifikasi
gaya hidup
PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia at bonam
Ad sanationam : Dubia at bonam
Ad fungsionam : Dubia at bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
DIABETES MELLITUS TIPE II
DEFINISI
Penyakit kronik yang terjadi ketika
pankreas tidak dapat lagi memproduksi
insulin dalam jumlah yang cukup atau
dapat juga disebabkan oleh
berkurangnya kemampuan tubuh untuk
merespon kerja insulin secara efektif.
Suatu kelompok penyakit metabolik
dengan adanya hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya.
WHO (2008)
Kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan
kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi
insulin yang dapat dilatarbelakangi oleh kerusakan
sel beta pankreas dan resistensi insulin. (ADA 2003)
RISKESDAS 2007
KLASIFIKASI
• Rudijanto, Ahmad., et al. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia 2015. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI).
• Fatimah RN. 2015. Diabetes Mellitus Tipe II. J Majority: 4(3);93-101.
• Aru W, Sudoyo dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta: FK UI. Hal 1849 – 1851
Obesitas
Hipertensi
FAKTOR RESIKO
Riwayat
Keluarga DM
Dislipidemia
Umur
Faktor
Genetik
Alkohol dan
Rokok
Fatimah RN. 2015. Diabetes Mellitus Tipe II. J Majority: 4(3);93-101.
RISKESDAS 2007
PATOFISIOLOGI
Rudijanto, Ahmad., et al. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia 2015. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI).
TANDA DAN GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis defisiensi insulin +
hiperglikemia berat.
Polidipsi
frekuensi minum meningkat
Poliuria
kompensasi akibat terjadinya diuresis osmotik
dimana frekuensi berkemih meningkat
Polifagia
merupakan kompensasi akibat kehilangan
kalori yang berat.
Aru W, Sudoyo dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta: FK UI. Hal 1849 – 1851
DIAGNOSIS
Kriteria Diagnosis DM Tipe II
American Diabetes Association. 2016. Classification and Diagnosis of Diabetes. Diabetes care.
Vol 39. Hal.13-22.
PENATALAKSANAAN
Edukasi
Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Jasmani
Terapi Farmakologis
• Rudijanto, Ahmad., et al. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia 2015. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI).
• Setiati, Siti., et al. 2014. Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam
Rudijanto, Ahmad., et al. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia 2015. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI).
KOMPLIKASI
1. Makroangiopati:
• Penyakit jantung koroner
• Penyakit arteri perifer
• Stroke iskemik atau stroke hemoragik
2. Mikroangiopati:
• Retinopati diabetik
• Nefropati diabetik
• Neuropati
Rudijanto, Ahmad., et al. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia 2015. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI).
TERIMA KASIH