Anda di halaman 1dari 22

REFRESHING

“ Tatalaksana Nyeri “
Disusun Oleh:
Siti Haimah Intan P 2013730101

Pembimbing:
dr. Fauzi Abdilah, Sp.An

Kepaniteraan Klinik Stase Anestesi


RSUD Sekarwangi
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2018
Definisi

International assosiation for the study of pain (IASP) → Pengalaman


sensorik atau emosional yang tidak menyenangkan, berhubungan
dengan kerusakan jaringan atau suatu keadaan yg menunjukkan
kerusakan jaringan
Klasifikasi bedasarkan onset

• Dimulai secara tiba-tiba, tidak berlangsung


lama
• Nyeri somatik luar : Nyeri tajam di kulit,
subkutis, mukosa.
Nyeri Akut • Nyeri somatik dalam : Nyeri tumpul di otot
rangka, tulang, sendi, jaringan ikat.
• Nyeri viseral : Nyeri karena penyakit atau
disfungsi alat dalam.

• Berlangsung selama beberapa minggu


Nyeri Kronik atau bulan
Zat-zat yang menyebabkan nyeri
Zat Sumber Menimbulkan Nyeri Efek pada Aferen
Primer
Kalium Sel-sel rusak ++ Mengaktifkan
Serotonin Trombosit ++ Mengaktifkan
Bradikinin Kininogen plasma +++ Mengaktifkan
Histamin Sel-sel mast + Mengaktifkan
Prostaglandin Asam arakidonat dan sel ± Sensitisasi
rusak
Lekotrien Asam arakidonat dan sel ± Sensitisasi
rusak
Substansi P Aferen Primer ± Sensitisasi
Penilaian nyeri
Anamnesis
• Lokasi nyeri
• Keadaan yang berhubungan dengan timbulnya Anamnesis
Umum
nyeri
• Karakter nyeri
• Intensitas nyeri Pemeriksaan
Fisik
• Gejala yang menyertai
• Efek nyeri terhadap aktivitas
• Tatalaksana yang sudah di dapat
• Riwayat penyakit yang relevan dengan rasa nyeri
• Faktor lain yang akan mempengaruhi tatalaksana Dengan penilaian nyeri yang lengkap dapat
pasien di bedakan antara nyeri nosiseptif (somatic
dan visera) dengan nyeri neuropatik
Pengukuran derajat nyeri

Skala deskripsi verbal (SDV)

(Numerical Rating Scale)

( Visual Analog Scale)


Pengukuran derajat nyeri
Pengukuran derajat nyeri
Farmakologi analgetik

1. Analgetik non-narkotinik atau


2. Analgetik narkotik atau analgesik
analgesik non-opioid atau
opioid atau visceral analgesic
integumental analgesic
(misalnya morfin)
(misalnya asetosal dan acetaminofen)
Jenis-Jenis Analgetik Non Opioid
Salicylates
• Cth: Aspirin
• Kerjanya menghambat enzim siklooksigenase secara ireversibel.
• menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan A2
• ES : gangguan lambung

p-Aminophenol Derivatives
• Cth : Acetaminophen
• Obat ini menghambat prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek anti-
inflamasi yang bermakna.
• Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri pasca persalinan

Indoles and Related Compounds


• Cth : Indomethacin
• penghambat prostaglandin terkuat
• ES : efek terhadap saluran cerna seperti nyeri abdomen, diare, pendarahan saluran cerna,
dan pancreatitis, serta menimbulkan nyeri kepala, dan jarang terjadi kelainan hati.
Derivat Fenamates
• Cth : Meclofenamate
• efek samping yang serupa dengan
obat-obat AINS baru yang lain
• Dikontraindikasikan pada kehamilan

Arylpropionic Acid Derivatives


• Cth: Ibuprofen
• Obat ini dikontraindikasikan pada mereka yang menderita polip
hidung, angioedema, dan reaktivitas bronkospastik terhadap aspirin
• ES : gejala saluran cerna.

Pyrazolone Derivatives
• Cth : Phenylbutazone
• untuk pengobatan artristis rmatoid, dan berbagai kelainan otot rangka.
• Obat ini mempunya efek anti-inflamasi yang kuat.
• Tetapi memiliki ES yang serius seperti agranulositosis, anemia aplastik, anemia hemolitik, dan nekrosis tubulus ginjal.
Oxicam Derivatives
• Piroxicam
• obat AINS
• Waktu paruhnya panjang untuk pengobatan artristis
rhematoid, dan berbagai kelainan otot rangka
• ES: tinitus, nyeri kepala, dan rash

Acetic Acid Derivatives


• Cth : Diclovenac, ketorolak
• penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek antiinflamasi ,
analgetik, dan antipiretik.
• Waktu paruhnya pendek
• ES : distress saluran cerna, perdarahan saluran cerna dan tukak lambung.
Analgetik Opioid
Opioid digolongkan menjadi :
Agonis

• Mengaktifkan reseptor.
• Contoh: Morfin, papaveretum, petidin (meperidin, demerol), fentanil, alfentanil, sufentanil,
kodein, alfaprodin.

Antagonis

• Tidak mengaktifkan reseptor dan pada saat bersamaan mencegah agonis merangsang
reseptor.
• Contoh: nalokson, naltrekson

Agonis-antagonis

• Pentasosin, nalbufin, butarfanol, buprenorfin.


Klasifikasi Opioid

• Natural (morfin, kodein, papaverin, tebain)


• Semisintetik (heroin, dihidromorfin/morfinon, derivat tebain)
• Sintetik (petidin, fentanil, alfentanil, sufentanil, dan remifentanil)
Morfin
Farmakodinamik
• Farmakodinamik : Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos.
• Efek morfin pada sistem syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi

Farmakokinetik
• Eksresi morfin terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan keringat.

Indikasi
• meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid
• kontraindikasi pada kasus asma dan bronkitis kronis

Efek samping
• depresi pernafasan, nausea, vomitus, dizzines, disforia, pruritus, konstipasi kenaikkan tekanan pada traktus bilier,
retensi urin, dan hipotensi.
Petidin
Farmakodinamik Farmakokinetik
• Meperidin (petidin) secara farmakologik bekerja sebagai • Meperidin di metabolisme di hati
agonis reseptor µ. Seperti morfin, meperidin (petidin) • Meperidin dapat menurunkan aliran
menimbulkan efek analgesia, sedasi, euforia, depresi darah otak, kecepatan metabolik otak,
nafas dan efek sentral lainnya dan tekanan intrakranial.
• Efektivitasnya lebih rendah dibanding morfin, tetapi • petidin tidak menunda persalinan, akan
lebih tinggi dari kodein tetapi dapat masuk ke fetus dan
• meperidin lebih efektif terhadap nyeri neuropatik menimbulkan depresi respirasi pada
kelahiran.

Indikasi Efek samping


• Meperidin digunakan juga untuk • pusing, berkeringat, euforia, mulut
menimbulkan analgesia obstetrik dan kering, mual-muntah, perasaan lemah,
sebagai obat preanestetik gangguan penglihatan, palpitasi, disforia,
sinkop dan sedasi.
Fentanil
Famakodinamik Farmakokinetik
• fentanil 75-125 kali lebih poten • Fentanil dimetabolisir oleh hati
dibandingkan dengan morfin. dengan N-dealkilase dan
• Awitan yang cepat dan lama aksi yang hidrosilasidan, sedangkan sisa
singkat mencerminkan kelarutan lipid metabolismenya dikeluarkan lewat
yang lebih besar dari fentanil urin.
dibandingkan dengan morfin.

Indikasi Efek samping


• dipergunakan untuk anastesia • kekakuan otot punggung yang
pembedahan dan tidak untuk pasca sebenarnya dapat dicegah dengan
bedah pelumpuh otot
Sufentanil, Alfentanil, Tramadol
Sufentanil

• Sufat sufentanilkira-kira sama dengan fentanil. Efek pulihnya lebih cepat dari fentanil.
Efek analgeniknya kira-kira 5-10 kali fentanil.

Alfentanil

• Kekuatan analgesiknya 1/5-1/3 fentanil. Insiden mual muntahnya sangat besar. Mulai
kerjanya cepat.

Tramadol

• Tramadol atau tramal adalah anagesik sentral dengan afinitas rendah pada reseptor
µ(mu) dan kelemahan analgesiknya 10-20% dibandingkan morfin.
Antagonis Opioid
Nalokson

• Nalokson adalah antagonis murni opioid dan bekerja


pada reseptor mu, delta, kappa, signa.
• Nalokson biasanya digunakan untuk melawan
depresi napas pada akhir pembedahan
• pada keracunan opioid diberikan nalokson 0,4 mg
diencerkan sampai 10 ml , sehingga setiapa ml
mengandung 0,04 ml.
Naltrekson Merupakan antagonis opioid kerja
panjang
• Permberian oral dapat bertahan selama 24 jam.
• Naltrekson peroral 5 atau 10 mg dapat mengurangi pruritus,
mual muntah pada analgesia epidural saat persalinan, tanpa
menghilangkan efek analgesianya.

Anda mungkin juga menyukai