Anda di halaman 1dari 41

ADENOTONSILITIS KRONIS

Nama : Madyaning Septiwati, S.Ked


NIM : G1A109028

Pembimbing : dr. Ismelia Fadlan, Sp.THT-KL


PENDAHULUAN

• Tonsil dan adenoid sistem daya pertahanan


tubuh manusia
• Proses peradangan oleh infeksi pembesaran
tonsil
• pembesaran tonsil dan adenoid  obstruksi
jalan napas atas.
• Pada kasus yang tidak tertangani dengan baik,
tonsilitis kronis secara keseluruhan akan
mempengaruhi kualitas hidup anak, baik fisik
maupun psikis
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An.RG
• Umur : 4 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : RT 01 Sarolangun
• Agama : Islam
• Pekerjaan :-
• Pendidikan : PAUD
• Pekerjaan ayah/ibu : Peg.Swasta
• Pendidikan ayah/ibu : D3
• Keluhan Utama
Sakit menelan sejak ± 2 tahun yang lalu.
• Riwayat Perjalanan Penyakit
± 2 tahun yang lalu os mengeluh sakit menelan
yang hilang timbul, dan semakin lama semakin
bertambah berat. Sakit menelan biasanya mulai
timbul jika os demam dan jajan makanan yang di
jual di luar sekolahnya yang mengandung pewarna
dan pemanis buatan. Sakit menelan disertai dengan
demam, dan pilek. Keluhan ini menghilang
beberapa hari setelah os diberi obat turun panas
dan antibiotic dari Dokter.
Keluhan ini berulang ± 4 kali dalam setahun.
Ibu os juga mengatakan bahwa os mengeluh
sering terbangun pada tengah malam karena
merasa sesak. Os juga tidur mendengkur.
Rasa ngganjal ditenggorokan (-), rasa kering
ditenggorokan (-), rasa berlendir di
tenggorokan (-), nafas berbau (-).
• Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan ke dokter dan diberi
Antibiotik dan obat penurun panas.

• Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat alergi makanan (-), riwayat alergi obat (-),
riwayat asma (-). riwayat TB (-)

• Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga lain yang
menderita penyakit yang sama dengan pasien
TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING
Gatal : -/- Rinore : -/- Sukar Menelan : - Suara parau : -

Dikorek : -/- Buntu : -/- Sakit Menelan : + Afonia :-

Nyeri : -/- Bersin Trismus :- Sesak napas pada


malam hari: +
Bengkak : -/- * Dingin/Lembab : - Ptyalismus :- Rasa sakit :

Otore : -/- * Debu Rumah :- Rasa Ngganjal : - Rasa ngganjal : -

Tuli : -/- Berbau : -/- Rasa Berlendir : -


Tinitus : -/- Mimisan : -/- Rasa Kering :-
Vertigo : - Nyeri Hidung : -/-
Mual :- Suara sengau : -
Muntah : -
PEMERIKSAAN FISIK

• Kesadaran : compos mentis


• Pernapasan : 18x/i
• Suhu : 36,5 °C
• Nadi : 90 x/i
• TD : 110/70 mmHg
• Anemia : -/-
• Sianosis : -/-
• Stridor inspirasi : -/-
• Retraksi suprasternal :-
• Retraksi interkostal : -/-
• Retraksi epigastrial : -/-
Daun Telinga Kanan Kiri

Anotia/mikrotia/makrotia - -

Keloid - -

Perikondritis - -

Kista - -

Fistel - -

Ott hematoma - -

Nyeri tekan tragus - -

Nyeri tarik daun telinga - -


Liang Telinga Kanan Kiri

Atresia - -

Serumen prop - -

Epidermis prop - -

Korpus alineum - -

Jaringan granulasi - -

Exositosis - -

Osteoma - -

Furunkel - -
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret - -
Refleks Cahaya - -
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Rinoskopi Anterior Kanan Kiri

Sekret (-), Hiperemis (-), bisul(-), Sekret (-), Hiperemis (-), bisul(-
Vestibulum nasi
krusta(-) ), krusta(-)
Sekret (-), hiperemis (-), Edema Sekret (-), hiperemis (-), Edema
Kavum nasi
mukosa (-) mukosa (-)
Selaput lendir DBN DBN
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)

Lantai + dasar hidung DBN DBN

Hipertrofi (-), hiperemis (-), Hipertrofi (-), hiperemis (-),


Konka inferior
udema (-) udema (-)

Meatus nasi inferior DBN DBN

Polip - -
Korpus alineum - -
Rinoskopi Posterior Kanan Kiri

Kavum nasi

Selaput lendir
Koana
Septum nasi
Sulit dinilai
Konka superior

Adenoid
Massa tumor

Fossa rossenmuller

Transiluminasi Sinus Kanan Kiri

Tidak dilakukan
mulut Hasil

Selaput lendir mulut DBN

Sianosis (-) raghade (-), sudur bibir (N), gerakan


Bibir
bibir(N)

Lidah Atropi papil (-), tumor (-)

Gigi Karies (+) M2 Dextra

Kelenjar ludah DBN


Faring Hasil
Uvula Bentuk normal, terletak ditengah
Palatum mole hiperemis (-)
Palatum durum Hiperemis (-)
Plika anterior Hiperemis (-)
Dekstra : tonsil hipertropi T4, hiperemis(-),
permukaan tidak rata, kripta melebar
(+),detritus (-)
Mobilitas berkurang
Tonsil
Sinistra : tonsil hipertropi T4, hiperemis (-),
permukaan tidak rata, kripta melebar (+),
detritus (-)
Mobilitas berkurang

Plika posterior Hiperemis (-)


Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)
Laringoskopi indirect Hasil

Pangkal lidah

Epiglotis

Sinus piriformis

Aritenoid Sulit dinilai

Sulcus aritenoid

Corda vocalis

Massa
KGB Kanan Kiri
Regio I DBN DBN
Regio II DBN DBN
Regio III DBN DBN
Regio IV DBN DBN
Regio V DBN DBN
Regio VI DBN DBN
area Parotis DBN DBN

Area postauricula DBN DBN

Area occipital DBN DBN

Area supraclavicula DBN DBN


Kanan Kiri
Nervus III, IV, VI DBN DBN
Nervus VII DBN DBN
Nervus IX DBN
Regio XII DBN

Tes Pendengaran Kanan Kiri

Tes rinne + +

Tes weber Tidak ada Lateralisasi

Tes schwabach Sama dg pemeriksa/N Sama dg pemeriksa/N


• Sabtu, 21 Juni 2014
• S :sakit menelan (+), tidur mendengkur (+), terbangun
tengah malam saat tidur (+), pilek (+).
• O :KU baik
Tanda vital : TD: 110/70 mmHg, HR = 90 x/i, RR = 18 x/i, T
= 36,5°C
Faring Hasil

Uvula Bentuk normal, terletak ditengah, hiperemis (-)

Palatum mole Normal

Palatum durum Normal

Plika anterior hiperemis (-)


Dekstra : tonsil hipertropi T4, hiperemis(-), permukaan
Tonsil tidak rata, kripta melebar (+),detritus (-)
Mobilitas berkurang
Sinistra : tonsil hipertropi T4, hiperemis (-), permukaan
Plika posterior tidak rata, kripta melebar (+), detritus (-)
Mobilitas berkurang
Plika posterior hiperemis (-)

Mukosa orofaring Hiperemis (-)


• A : Tonsilitis kronis
• P : amoxicilin sirup 3 x 1 cth (125 mg/5 mL)
• Parasetamol sirup 3 x 1½ cth (10-15
mg/kgbb) (120 mg/5mL)
• Betametason 3x1 cth (5mg/1 mL)
• Pseudoefedrin 3x½ cth (30 mg/5mL)

• Senin, 23 Juni 2014


• S : Sakit menelan masih ada (+), tidur
mendengkur (+), terbangun tengah malam saat tidur
(+), demam (-), pilek (-)
• O : KU baik
• Tanda vital : TD: 110/70 mmHg, HR = 90 x/i, RR =
18 x/i, T = 36 °C
Faring Hasil

Uvula Bentuk normal, terletak ditengah, hiperemis (-)

Palatum mole Normal

Palatum durum Normal

Plika anterior hiperemis (-)


Dekstra : tonsil hipertropi T4, hiperemis(-), permukaan
Tonsil tidak rata, kripta melebar (+),detritus (-)
Mobilitas berkurang
Sinistra : tonsil hipertropi T4, hiperemis (-), permukaan
Plika posterior tidak rata, kripta melebar (+), detritus (-)
Mobilitas berkurang
Plika posterior hiperemis (-)

Mukosa orofaring Hiperemis (-)

Pemeriksaan Radiologi : Hasil Foto Rontgen  Terdapat Hipertrofi Adenoid


A : Tonsilitis kronis + Hipertrofi Adenoid
P : amoxicilin sirup 3 x 1 cth (125 mg/5 mL)
Betametason 3x1 cth (5mg/1 mL)
DIAGNOSIS
Adenotonsilitis kronis

DIAGNOSIS BANDING
Tonsilitis Difteri
Tonsilofaringitis kronik
PENATALAKSANAAN
Diagnostic
• Rontgen
• Pem.Lab
Terapi
• amoxicilin sirup 3 x 1 cth (125 mg/5 mL)
• Betametason 3x1 cth (5mg/1 mL)

Monitoring
Sakit menelannya, tidur mendengkurnya, sering terbangun pada tengah malam
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
• Memberitahu kepada orang tua pasien tentang penyakit pasien,
pemeriksaan yang diperlukan, komplikasi dari penyakit dan bagaimana cara
menanganinya
• Menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut
• Tidak makan dan minum yang merangsang amandel seperti makanan yang
mempunyai bahan penyedap
• Minum obat secara teratur
• Menyarankan kepada pasien dan orang tuanya untuk dilakukan operasi
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan Fisiologi

Tonsil merupakan :
-jaringan limfoid yang terletak di
fosa tonsilaris pada kanan kiri
orofaring.
-Permukaan medial mempunyai
celah disebut kriptus
-Permukaan lateral melekat pada
fossa faring disebut kapsul tonsil.
Adenoid merupakan kumpulan
jaringan limfoid sepanjang
dinding posterior nasofaring di
atas batas palatum mole.
Definisi
Tonsillitis : peradangan tonsil palatina
Adenoiditis : peradangan pada adenoid.
Adenotonsilitis kronis  infeksi yang menetap atau berulang dari tonsil dan
adenoid.

Etiologi
• serangan ulangan dari tonsilitis akut
• bakteri Streptococcus ß hemoliticus grup A,

Faktor predisposisi tonsilitis kronis: rangsangan yang


menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene
mulut yang buruk, pengaruh cuaca kelemahan fisik dan
pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat
Patogenesis tonsillitis dan adenoiditis

• Infeksi berulang epitel mukosa dan jaringan limfoid


terkikis proses penyembuhan jaringan limfoid diganti
dengan jaringan parut pengerutan kripta
melebar(kadang-kadang terisi detritus) menembus
kapsul tonsil perlekatan ke jaringan sekitar fossa tonsil

• Invasi bakteri melalui hidung nasofaringinvasi


sistem pertahanannya berupa sel-sel leucositadenoid
semakin lama akan membesar  hipertrofi adenoid
Gejala dan tanda klinis
Tonsilitis kronis :
• Tonsil membesar
• Permukaan tidak rata
• Kripte tonsil melebar dan terisi oleh detritus
• Muara kripte terisi pus
• Pembesaran kelenjar limfe regional
• Rasa mengganjal di tenggorok,
• Rasa kering ditenggorok
• Nafas berbau.

Adenotonsilitis :
- sakit menelan,
- hidung tersumbat
- tidur sering mendengkur
- sleep apnea symptoms
- maloklusi.
- Facies adenoid
Tonsilitis Kronis

Hipertrofi adenoid
DIagnosis
• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisik:
• Pemeriksaan Rinoskopi anterior : untuk melihat
tertahannya gerakan palatum mole pada waktu fonasi.
• Pemeriksaan Rinoskopi Posterior untuk melihat
hipertrofi adenoid.
• Pemeriksaan tenggorokantonsil.
Yang dinilai pada pemeriksaan tonsil yaitu:
• Inspeksi warna tonsil, normalnya berwarna merah
muda,
infeksi hiperemis
• Inspeksi muara kripti, apakah ada detritus;
• Adakah perlengketan dengan pilar,
• Menilai adakah pembesaran tonsil
T0 : Tonsil masuk di dalam fossa, tonsil
sudah diangkat
T1 : <25% volume tonsil dibandingkan
dengan volume orofaring, Tonsil masih di
dalam fossa tonsilaris
T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan
dengan volume orofaring, Tonsil sudah
melewati pilar posterior belum melewati
garis para median
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan
dengan volume orofaring, Tonsil
melewati garis paramedian belum lewat
garis median (pertengahan uvula)
T4 : >75% volume tonsil dibandingkan
dengan volume orofaring, Tonsil
melewati garis median, biasanya pada
tumor
Pemeriksaan penunjang yaitu :
• X-foto Soft Tissue Nasofaring radio adenoid,
untuk melihat adanya pembesaran pada
adenotonsilitis kronis.
• Pemeriksaan mikrobiologi
Penatalaksanaan

1. Terapi lokal untuk higienitas mulut dengan obat kumur


atau hisap.
2. antibiotik sesuai kultur ; Cephaleksin ditambah
Metronidazole, klindamisin (terutama jika disebabkan
mononucleosis atau abses), amoksisilin dengan asam
clavulanat (jika bukan disebabkan mononucleosis).
3. tindakan pembedahan menjadi pilihan terapi definitive
Indikasi adenoidektomi :
Indikasi tonsilektomi :
* Sumbatan
- Serangan tonsillitis lebih dari tiga kali
- Sumbatan hidung yang
per tahun walaupun telah mendapatkan
menyebabkan bernapas melalui
terapi yang adekuat.
mulut
- Tonsil hipertrofi
- Sleep apnea
- Sumbatan jalan napas
- Gangguan menelan
- Rhinitis dan sinusitis yang kronis,
- Gangguan berbicara
peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak
- Kelainan bentuk wajah muka
berhasil hilang dengan pengobatan.
dan gigi (adenoid face)
- Napas berbau yang tidak berhasil
*Infeksi
dengan pengobatan.
- Adenoiditis berulang/kronik
- Tonsillitis berulang yang disebabkan
- Otitis media efusa
oleh bakteri grup A Streptococcus ß
berulang/kronik
hemoliticus.
- Otitis media akut berulang
- Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya
*Kecurigaan neoplasma
keganasan.
jinak/ganas
- Otitis media efusa/otitis media supuratif.
Komplikasi
• Adenoiditis kronik :: Faringitis, bronkitis, sinusitis
kronik, otitis media akut berulang, dan OMSK
• Tonsilitis kronik :: Rinitis kronis, sinusitis, otitis
media ;
- Peritonsilitis
- Abses Peritonsilar (Quinsy),
- Abses Parafaringeal
- Abses Retrofaring,
- Krista Tonsil
- Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)
ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesis :
• An. RG datang ke poliklinik THT RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan utama
sakit menelan sejak ± 2 tahun yang lalu
• ± 2 tahun yang lalu os mengeluh sakit menelan yang hilang timbul, dan semakin lama
semakin bertambah berat.
• Sakit menelan biasanya mulai timbul jika os demam dan jajan makanan yang di jual di
luar sekolahnya yang mengandung pewarna dan pemanis buatan.
•Sakit menelan disertai dengan demam, dan pilek. Keluhan ini menghilang beberapa
hari setelah os diberi obat turun panas dan antibiotic dari dokter
• Keluhan ini berulang ± 4 kali dalam setahun.
• Ibu os juga mengatakan bahwa os mengeluh sering terbangun pada tengah malam
karena merasa sesak. Os juga tidur mendengkur.
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan
didapat hasil keadaan umum dalam batas
normal, pemeriksaan fisik mulut dan faring
didapatkan karies pada gigi, tonsil hipertropi
T4/T4, kripta melebar dan mobilitas tonsil
berkurang, dan dari hasil pemeriksaan
penunjang (Rontgen) di dapatkan hipertrofi
adenoid.
• Penatalaksanaan yang telah dilakukan pada os
adalah pemberian medikamentosa seperti
antibiotik, antiinflamasi, dan dianjurkan untuk
dilakukan tindakan pembedahan berupa
adenotonsilektomi
• Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad
bonam.
• Prognosis sangat tergantung kepada tindakan
pengobatan yang dilakukan dan komplikasi
penyakitnya.
KESIMPULAN

• Telah dilaporkan pasien An.RG, 4 tahun dengan diagnosis


Adenotonsilitis kronis.
• Adenotonsilitis kronis adalah infeksi yang menetap atau
berulang dari tonsil dan adenoid.
• Gejala adenotonsilitis kronis adalah sering sakit menelan,
hidung tersumbat sehingga nafas lewat mulut, tidur sering
mendengkur karena nafas lewat mulut sedangkan otot-otot
relaksasi sehingga udara menggetarkan dinding saluran
nafas dan uvula, sleep apnea symptoms, dan maloklusi
• Penatalaksanaan dapat berupa pemberian terapi local,
terapi simptomatis dan terapi antibiotic, atau pada kondisi
tertentu, jika terdapat indikasi, dilakukan tindakan
pembedahan.
• Terdapat beberapa komplikasi adenotonsilitis kronis baik
terhadap organ disekitarnya maupun organ lain yang jauh.

Anda mungkin juga menyukai