Anda di halaman 1dari 93

Pleno Modul 4

Kelompok 17C
Terminologi
1. BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana Alam,
merupakan lembaga pemerintah non departemen yang
mempunya tugas membantu presiden RI dalam
mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu serta
melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan mulai dari
sebelum, pada saat, dan setelah terjadi bencana yang meliputi
pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan darurat dan pemulihan
2. BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah, suatu lembaga
pemerintah non departemen yang melaksanakan tugas
penanggulangan bencana di daerah provinsi maupun
kabupaten/kota dengan berpedoman oada kebijakan yang
ditetapkan oleh BNPB
3. Tenda Darurat : Bivak, tempat berlindung sementara dari aneka
gangguan cuaca, angin, dan lainnya.
Rumusan Masalah
1. Mengapa Andi langsung memacu mobilnya menjauhi pantai
setelah gempa usai? Apakah ini merupakan tindakan yang benar?
2. Apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi?
3. Kapan gempa dikatakan berpotensi tsunami?
4. Bagaimana alur penyampaian informasi bencana?
5. Apa saja tugas BNPB dan BPBD?
6. Apa saja penanggulangan bencana sebelum, saat, dan sesudah
bencana?
7. Bagaimana manajemen siap siaga dalam menghadapi bencana?
8. Bagaimana peran badan dunia dalam menyikapi bencana?
9. Bagaimana pengaturan pendistribusian obat saat bencana?
10. Bagaimana pengobatan fisik dan psikis penduduk setempat akibat
bencana?
1. Mengapa Andi langsung memacu mobilnya menjauhi pantai
setelah gempa usai? Apakah ini merupakan tindakan yang benar?

• Andi memacu mobilnya  peringatan dini mengenai potensi


tsunami  tujuannya untuk segera menjauhi pantai
• Tindakan andi kurang tepat, seharusnya ia mengendarai
mobilnya pelan-pelan ketempat yang aman, lalu keluar dari
mobil dan berlari ke tempat yang aman (ke tempat yang
tinggi/ daerah yang lebih tinggi)
2. Apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa
bumi?

1. Mencari tempat berlindung yang aman  melindungi kepala


(contoh : merunduk dibawah meja/melindungi kepala
dengan tas)
2. Keluar perlahan menuju tempat yang luas
3. Perhatikan peringatan dini
4. Menuju ke tempat yang tinggi jika berpotensi tsunami
5. Matikan aliran air, listrik dan gas
6. Beritahu warga sekitar dengan pengeras suara jika tersedia di
pemukiman
7. Hidupkan radio untuk mendengar instruksi selanjutnya
3. Kapan gempa dikatakan berpotensi tsunami?

• Gempa bumi yang lebih dari 7 SR


• Gempa dengan kedalaman kurang dari 100 KM
4. Bagaimana alur penyampaian
informasi bencana?
1. Pra bencana : melalui peta daerah rawan bencana, dan data
sumber daya jika bencana
2. Saat dan pasca bencana :
- Jenis bencana dan waktu kejadian
- Lokasi bencana
- Letak geografis
- Jumlah korban meninggal, luka berat dan ringan, pengungsi
- Lokasi pengungsi
- Akses ke lokasi bencana

Sumber informasi :
- Masyarakat
- Sarana pelayanan kesehatan
- Dinkes
- Lintas sektor
Alur :

• Masyarakat/unit pelayanan kesehatan dan lainnya  dinkes


kabupaten/kota/provinsi atau pusat penanggulangan krisis
departemen kesehatan
5. Apa saja tugas BNPB dan BPBD?

Tugas BNPB
• memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat,
rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara
• menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan
bencana berdasarkan peraturan perundangundangan
• menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat
• melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap
sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat
bencana
• menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional
dan internasional
• mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara
• melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundangundangan
• menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Tugas BPBD
1. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat,
rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara
2. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan
3. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana
4. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Kepala
Daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam
kondisi darurat bencana
5. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang
6. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
6. Apa saja penanggulangan bencana
sebelum, saat, dan sesudah bencana?
• Sebelum (siaga bencana) :
- Kesiapsiagaan  peringatan dini  edukasi masyarakat,
simulasi bencana
- Mitigasi  konstruksi bangunan tahan gempa, perumahan
jauh dari pantai, tata ruang tahan gempa

• Saat (tanggap) :
- Evakuasi dan penyelamatan korban
- Pemulihan sarana dan prasarana

• Pemulihan
- Pemulihan pasca bencana
- Rekonstruksi ulang
7. Bagaimana manajemen siap siaga
dalam menghadapi bencana?
• Perlengkapan siaga bencana
- Makanan dan minuman untuk 3 hari  yang tahan lama
- Pakaian cadangan dan selimut untuk tiap orang
- Peralatan P3K dan obat-obatan khusus
- Radio kecil dan senter dengan baterai cadangan
- Dokumen penting
- Perlengkapan khusus lainnya

• Siap siaga untuk masyarakat


- Pemetaan daerah rawan bencana
- Penyebaran informasi mengenai bencana
- Sosialisasi dan penyuluhan mengenai siap siaga bencana
- Pelatihan berupa simulasi bencana
- Peringatan dini
8. Bagaimana peran badan dunia dalam
menyikapi bencana?
• Perserikatan bangsa-bangsa
bantuan saat respon bencana : Hunian, perlindungan, pangan,
kesehatan, gizi, pendidikan, penghidupan layanan logistik dan
komunikasi

• Gerakan palang merah dan bulan sabit merah


Melakukan aktivitas kesiapsiagaan, respon dan pembangunan
termasuk kesehatan dalam darurat, undang-undang bencana, air,
sanitasi, dan lainnya

• Organisasi dan forum tingkat regional


Melalui AHA center  dibentuk oleh ASEAN
9. Bagaimana pengaturan pendistribusian
obat saat bencana?
• Obat dapat langsung didapatkan dari dinas kesehatan
setempat  pelayanan 24 jam dan dapat langsung digunakan
• Syarat obat : kadaluarsa lebih dari 2 tahun, masuk dalam
daftar obat esensial nasional, dan harus berasal dari sumber
yang resmi
10. Bagaimana pengobatan fisik dan
psikis penduduk setempat akibat
bencana?
Melalui 5 tahap :
1. Pencarian korban : dilakukan triase
2. Penyelamatan dan pertolongan pertama
3. Stabilisasi korban
4. Evakuasi dan pengobatan definitif
5. Rujukan ke Rumah Sakit bila diperlukan

Manajemen penanggulangan masalah kesehatan :


1. Tahap penyelamatan  pengamanan dan tindakan pertolongan pertama
2. Tahap tanggap darurat  penilaian awal kebutuhan dasar  gizi, imunisasi, air bersih, dll
3. Tahap rehabilitasi  pemulihan fisik, psikososial  konseling
Skema
Siap siaga
BNPB dan Bencana
BPBD
Pra Mitigasi
Badan Bencana
Bencana Bencana
dunia
Saat dan Rehabilitasi
Korban Evakuasi
pasca dan
hidup korban
bencana pemulihan

Korban
meninggal SDM, logistik, dan Alur
pendistribusian informasi
DVI obat bencana
Learning Objectives
1. Manajemen kesiapsiagaan bencana
2. Manajemen mitigasi bencana
3. Peran badan nasional dan internasional dalam penanggulangan
bencana
4. Mananjemen penanggulangan korban bencana
5. Kebijakan dan manajemen SDM, logistik dan obat bencana
6. Identifikasi dampak bencana dan alur informasi sebelum, saat, dan
pasca bencana
Manajemen
Kesiapsiagaan
Bencana
A. Tahap Perencanaan
1. Membentuk Tim Perencana:
Bentuk organisasi latihan kesiapsiagaan agar pelaksaaan evakuasi berjalan dengan baik
dan teratur. Jumlah anggota tergantung tingkat kompleksitas latihan yang dirancang. Anggota
organisasi bertanggung jawab pada perencanaan, pelaksanaan, hingga akhir latihan.
• Tugas dari tim perencana ini meliputi :
Tim Perencana terdiri dari pengarah, penanggung jawab, bidang perencanaan yang
ketika pelaksanaan tim perencana berperan sebagai tim pengendali. Fungsi masing-masing, yakni:
• Pengarah, bertanggung jawab memberi masukan yang bersifat kebijakan untuk
penyelenggaraan latihan kesiapsiagaan, dan dapat memberikan masukan yang bersifat
teknis dan operasional, mengadakan koordinasi, serta menunjuk penanggung jawab
organisasi latihan kesiapsiagaan.
• Penanggung Jawab, membantu pengarah dengan memberikan masukan-masukan yang
bersifat kebijakan, teknis, dan operasional dalam penyelenggaraan latihan kesiapsiagaan.
• Bidang Perencanaan/Pengendali, merencanakan latihan kesiapsiagaan secara
menyeluruh, sekaligus menjadi pengendali ketika latihan dilaksanakan.
• Bidang Opersional Latihan menjalankan perannya saat latihan. Yang terdiri dari Peringatan
Dini, Pertolongan Pertama, Evakuasi dan Penyelamatan, Logistik serta Keamanan turut
diuji dalam setiap latihan.
• Bidang Evaluasi, mengevaluasi latihan kesiapsiagaan yang digunakan untuk perbaikan
latihan ke depannya.
• Jumlah anggota tergantung tingkat kompleksitas latihan yang dirancang.
• Anggota organisasi bertanggung jawab pada perencanaan,pelaksanaan, hingga
akhir latihan.
• Tugas dari tim perencana ini meliputi :
• Menentukan risiko/ancaman yang akan disimulasikan.
• Menentukan skenario bencana yang akan disimulasikan.
• Merumuskan strategi pelaksanaan latihan kesiapsiagaan.
• Menyiapkan kerangka kegiatan simulasi kesiapsiagaan (tipe simulasi, maksud,
tujuan dan ruang lingkup latihan).
• Mengintegrasikan kegiatan simulasi kesiapsiagaan menjadi kegiatan rutin dalam
jangka panjang.
• Menetapkan jadwal kegiatan latihan kesiapsiagaan
• Mendukung persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi latihan.
• Menyiapkan Rencana Tindak Lanjut setelah pelaksanaan kegiatan latihan
kesiapsiagaan.
2. Menyusun Rencana Latihan Kesiapsiagaan
• Tujuan, sasaran, dan waktu pelaksanaan latihan kesiapsiagaan.
• Jenis ancaman yang dipilih atau disepakati untuk latihan kesiapsiagaan. Sebaiknya,
latihan disesuaikan dengan ancaman di wilayah masingmasing.
• Membuat skenario latihan kesiapsiagaan.
• Menyiapkan atau mengkaji ulang SOP/Protap yang sudah ada yaitu memastikan
kembali
• Menentukan tempat pengungsian yang dipilih setelah mempertimbangkan
kapasitas ketersediaan logistik
• Menyiapkan dan menetapkan jalur evakuasi
• Orientasi sebelum latihan
• Dokumentasi
B. Tahap Persiapan
Persiapan dilakukan beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan latihan kesiapsiagaan. Dalam
persiapan ini yang terutama dilakukan adalah:
• Briefing-briefing untuk mematangkan perencanaan latihan. Pihak-pihak yang perlu
melakukan briefing antara lain tim perencana, peserta simulasi, dan tim evaluator/observer.
Informasi penting yang harus disampaikan selama kegiatan ini, yakni:
• Waktu: alur waktu dan durasi waktu simulasi yang ditentukan sesuai PROTAP/ SOP
simulasi.
• Batasan Simulasi: batasan-batasan yang ditentukan selama simulasi, berupa apa yang
dapat dan tidak dapat dilakukan selama simulasi.
• Lokasi: tempat di mana simulasi akan dilakukan.
• Keamanan: hal-hal yang harus dilakukan untuk keamanan simulasi dan prosedur darurat
selama simulasi.
• Memberikan poster, leaflet, atau surat edaran kepada siapa saja yang terlibat latihan
kesiapsiagaan.
• Menyiapkan gedung dan beberapa peralatan pendukung, khususnya yang berkaitan dengan
keselamatan masyarakat. Misalnya, gedung dan fasilitas medis, persediaan barang-barang
untuk kondisi darurat, dan lain-lain.
• Memasang peta lokasi dan jalur evakuasi di tempat umum yang mudah dilihat semua orang.
C. Tahap Pelaksanaan
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan saat LATIHAN KESIAPSIAGAAN
BERLANGSUNG:

• Tanda latihan dimulai (tanda gempa)


• Tanda Evakuasi
• Tanda Latihan Berakhir
• Tanda Peringatan

• Reaksi Terhadap Peringatan


Latihan ini ditujukan untuk menguji reaksi peserta latih dan prosedur
yang ditetapkan. Pastikan semua peserta latih, memahami bagaimana harus
bereaksi terhadap tanda-tanda peringatan di atas.

• Dokumentasi
D. Tahap Evaluasi dan Perbaikan
Dalam mengevaluasi latihan, beberapa hal berikut ini perlu
dipertimbangkan:

• Apakah peserta memahami tujuan dari latihan?


• Siapa saja yang berperan aktif dalam latihan?
• Bagaimana kelengkapan peralatan pendukung latihan?
• Bagaimana respon peserta latih?
• Berapa lama waktu yang diperlukan untuk melakukan
tindakan-tindakan
• di dalam setiap langkah latihan?
• Apa hal-hal yang sudah baik dan hal-hal yang masih perlu
diperbaiki?
Mitigasi Bencana
Mitigasi didefinisikan sebagai : Upaya yang ditujukan untuk
mengurangi dampak dari bencana baik bencana alam, bencana
ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu
negara atau masyarakat
• Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu :
1) Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk
tiap jenis bencana
2) Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
masyarakat dalam menghadapi bencana, karena bermukim
di daerah rawan bencana
3) Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta
mengetahui cara penyelamatan diri jika bencana timbul, dan
4) Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk
mengurangi ancaman bencana.
Manajemen Mitigasi Bencana
• Penguatan institusi penanganan bencana
• Meningkatkan kemampuan tanggap darurat
• Meningkatkan kepedulian dan kesiapan masyarakat pada
masalah-masalah yang berhubungan dengan resiko bencana.
• Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada sistem
infrastruktur dan utilitas
• Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan
strategis dan penting
• Meningkatkan keamanan terhadap bencana daerah
perumahan dan fasilitas umum
• Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan
industri dan kawasan industry
• Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan
sekolah dan anak-anak sekolah
• Memperhatikan keamanan terhadap bencana dan kaidah-kaidah
bangunan tahan gempa dan tsunami serta banjir dalam proses
pembuatan konstruksi baru
• Meningkatkan pengetahuan para ahli mengenai fenomena
bencana, kerentanan terhadap bencana dan teknik-teknik
mitigasi
• Memasukan prosedur kajian resiko bencana kedalam
perencanan tata ruang/tata guna lahan
• Meningkatkan kemampuan pemulihan masyarakat dalam jangka
panjang setelah terjadi bencana
Tsunami

• Pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami.


• Pembangunan tempat evakuasi (shelter) di sekitar daerah
pemukiman, pembangunan tembok penahan tsunami pada garis
pantai yang berisiko, penanaman mangrove serta tanaman
lainnya di sepanjang garis pantai untuk meredam gaya air
tsunami.
• Meningkatkan pengetahuan masyarakat lokal khususnya yang
tinggal di pinggir pantai tentang tsunami dan cara-cara
penyelamatan diri terhadap bahaya tsunami.
• Melaporkan secepatnya jika mengetahui tanda-tanda akan
terjadinyan tsunami kepada petugas yang berwenang : Kepala
Desa, Polisi, Stasiun Radio, SATLAK PB maupun institusi terkait.
Gunung Api
• Pemantauan, aktivitas gunungapi dipantau selama 24 jam menggunakan
alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantauan
dilaporkan ke kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB.
Petugas Pos Pengamatan Gunungapi menyampaikan laporan bulanan ke
pemda setempat.
• Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan ketika terjadi peningkatan
aktivitas gunungapi antara lain mengevaluasi laporan dan data
(PVMBG), membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi,
dan melakukan pemeriksaan secara terpadu.
• Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi menjelaskan jenis dan sifat
bahaya gunungapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri,
lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.
• Penyelidikan gunungapi menggunakan metoda berbagai ilmu kebumian.
• Sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat, terutama yang
tinggal di sekitar gunungapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman
informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat
Banjir

• Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai


fungsi lahan.
• Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai
serta di daerah banjir.
• Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari
pemukiman laut.
• Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu
dilaksanakan serta mengurangi aktifitas di bagian sungai
rawan banjir.
Longsor
• Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman dan fasilitas
utama lainnya
• Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air tanah. (Fungsi
drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng, menghindari air meresap ke
dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase
harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah).
• Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras - teras dijaga
jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah. Penghijauan
dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat
(khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar
80% sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman
yang lebih pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput).
• Melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan.
• Pengenalan daerah rawan longsor.
• Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
• Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat ke
dalam tanah.
PERAN BADAN
INTERNASIONAL DAN
NASIONAL DALAM
PENANGGULANGAN
BENCANA
DIMULAINYA BANTUAN
INTERNASIONAL
A. Inisiasi
1. Pemicu Masuknya Bantuan Internasional
• a. Dampak bencana melampaui kemampuan pemerintah
untuk menanggulanginya sehingga memerlukan bantuan dari
lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah;
• b. Pernyataan pemerintah untuk menerima tawaran bantuan
dari lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah
sesuai dengan kebutuhan di daerah yang terkena bencana
DIMULAINYA BANTUAN
INTERNASIONAL
2. Mekanisme Masuknya Bantuan Internasional
• pernyataan resmi pemerintah bersedia
• Jenis dan jumlah bantuan internasional didasarkan pada hasil
pengkajian cepat yang dikoordinasikan oleh BNPB dan/atau
BPBD.
• BNPB akan menyampaikan surat edaran inisiasi bantuan
internasional kepada lembaga internasional dan lembaga
asing nonpemerintah
• BNPB bekerja sama dengan instansi pemerintah terkait untuk
memfasilitasi masuknya bantuan ; entry point, Pos Pendukung
B.Penyelenggaraan Bantuan
Internasional
• pengkajian cepat
• penyelamatan dan evakuasi
• pemenuhan bantuan dasar ->
• meliputi Bantuan Tempat Penampungan/Hunian Sementara,
Bantuan Pangan, Bantuan Non-pangan, Bantuan Sandang,
Bantuan Air Bersih dan Sanitasi dan Bantuan Pelayanan
Kesehatan.
• perlindungan terhadap kelompok rentan ->
• meliputi bayi, anak usia dibawah lima tahun, anak-anak, ibu
hamil atau menyusui, penyandang cacat dan orang lanjut usia
• pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital.
C.Jenis Bantuan
1. Bantuan Dana dan Hibah
2. Bantuan berupa Barang
3. Bantuan berupa tenaga teknis/ahli
D.Perijinan
• Semua bantuan internasional harus mendapat ijin dari
pemerintah. Perijinan dapat diproses melalui Pos Pendukung,
yang telah ditentukan oleh Pemerintah. Dalam hal bantuan
internasional datang diluar periode tanggap darurat bencana,
maka proses perijinannya sesuai dengan ketentuan dan
perundangan yang berlaku.
E.Distribusi Barang
1. Diserahkan kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah,
begitu barang bantuan telah tiba dan mendapatkan ijin masuk
yang dilengkapi dengan berita acara serah terima bantuan
(Formulir 7).
2. Bekerja sama dengan mitra kerja dari Indonesia
3. Distribusi langsung kepada penerima bantuan langsung melalui
aktivitas pemberian bantuan oleh lembaga internasional dan
lembaga asing nonpemerintah secara individu dengan
berkoordinasi bersama Pos Pendukung. Lembaga dapat bekerja
bersama lembaga internasional dan lembaga asing
nonpemerintah lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat yang terkena bencana secara menyeluruh di suatu
lokasi bencana.
MANAJEMEN
PENANGGULANGAN
KORBAN BENCANA
Penanganan korban
1. Penatalaksanaan di Lapangan
A. Proses Penyiagaan
bertujuan untuk melakukan mobilisasi sumber
dayasecara
efisien. Proses ini mencakup peringatan awal,
penilaian
situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini
bertujuan
untuk memastikan tanda bahaya, mengevaluasi
besarnya
masalah dan memastikan bahwa sumber daya yang
ada
memperoleh informasi dan dimobilisasi.
Terdiri dari :
1. Penilaian Awal
i. Lokasi kejadian secara tepat
ii. Waktu terjadinya bencana
iii. Tipe bencana yang terjadi
iv. Perkiraan jumlah korban
v. Risiko potensial tambahan
vi. Populasi yang terpapar oleh bencana.
2. Pelaporan ke Tingkat Pusat
3. Penyebaran Informasi Pesan Siaga
B. Identifikasi Awal Lokasi Bencana
Hal ini mencakup:
1. Daerah pusat bencana
2. Lokasi pos komando
3. Lokasi pos pelayanan medis lanjutan
4. Lokasi evakuasi
5. Lokasi VIP dan media massa
6. Akses jalan ke lokasi.
C. Tindakan Keselamatan
D. Langkah Pengamanan
E. Pos Komando
F. Pencarian dan Penyelamatan
2. Perawatan di Lapangan
A. Triase
1. Merah, sebagai penanda korban yang membutuhkan
• Stabilisasi segera dan korban yang mengalami:
▪ Syok oleh berbagai kausa
▪ Gangguan pernapasan
▪ Trauma kepala dengan pupil anisokor
▪ Perdarahan eksternal massif
2.Kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan
pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat ditunda
sementara. Termasuk dalam kategori ini:
▪ Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan
jantung, trauma abdomen)
▪ Fraktur multipel
▪ Fraktur femur / pelvis
▪ Luka bakar luas
▪ Gangguan kesadaran / trauma kepala
▪ Korban dengan status yang tidak jelas
3. Hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak
memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan
dapat ditunda, mencakup korban yang mengalami:
▪ Fraktur minor
▪ Luka minor, luka bakar minor
▪ Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka
dan atau pemasangan bidai dapat dipindahkan pada
akhir operasi lapangan.
▪ Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup
pada akhir operasi lapangan, juga akan dipindahkan
ke fasilitas kesehatan.
4. Hitam, sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia.
• Triase lapangan dilakukan pada tiga kondisi:
1. Triase di tempat (triase satu)
2. Triase medik (triase dua)
3. Triase evakuasi (triase tiga)
Kebijakan dan
Manajemen SDM,
Logistik dan Obat
Bencana
1. Obat dan Perbekalan Kesehatan
Obat sebaiknya sesuai kebutuhan
Pengaturan dan pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan adalah sebagai
berikut:
1. Posko Kesehatan langsung meminta obat dan perbekalan kesehatan kepada
Dinas Kesehatan setempat.
2. Obat dan Perbekalan Kesehatan yang tersedia di Pustu dan Puskesmas dapat
langsung dimanfaatkan untuk melayani korban bencana, bila terjadi kekurangan
tambahan ke Dinkes Kab/Kota (Instalasi Farmasi Kab/Kota).
3. Dinkes Kab/Kota (Instalasi Farmasi Kab/Kota) menyiapkan obat dan perbekalan
kesehatan selama 24 jam untuk seluruh sarana kesehatan yang melayani korban
bencana (Puskesmas, pos kesehatan, RSU, Sarana Pelayanan Kesehatan TNI dan
POLRI maupun Swasta.)
4. Bila persediaan obat di Dinkes Kab/Kota mengalami kekurangan dapat segera
meminta kepada Dinkes Provinsi dan atau Depkes terutama Pusat
Penanggulangan Krisis berkoordinasi dengan Ditjen Binfar dan Alkes (Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan).
Koordinasi obat dan perbekalan kesehatan yang berasal dari pihak
donor harus dikoordinasikan oleh:
1. bila obat dan perbekalan kesehatan langsung diterima oleh Provinsi
 Pihak Dinas Kesehatan Provinsi berkoordinasi dengan kantor
kesehatan pelabuhan setempat
2. di terima di tingkat Nasional  Pihak Departemen Kesehatan (Ditjen
Binfar dan Alkes) bila obat dan Perbekalan Kesehatan
3. Bila obat diterima oleh BPBD atau BNPB, maka BPBD atau BNPB 
memberikan informasi bantuan ke Dinas Kesehatan Provinsi di tingkat
Provinsi atau Departemen Kesehatan di tingkat Nasional.
Persyaratan teknis obat sumbangan, antara lain:
1. Masa Kedaluarsa obat dan Perbekalan sumbangan minimal 2 (dua)
tahun pada saat diterima oleh penerima
bantuan.
2. Obat dan Perbekalan kesehatan sumbangan yang diterima harus
berasal dari sumber resmi dan terdaftar/mempunyai izin edar di negeri
pemberi atau mendapat pengakuan dari WHO atau lembaga
independen lainnya.
3. Obat yang diterima sebaiknya sesuai dengan DOEN (Daftar Obat
Esensial Nasional), hal ini diperlukan agar tidak mengganggu Program
Penggunaan Obat Esensial di sarana kesehatan).
4. Kekuatan/potensi/dosis dari obat sebaiknya sama dengan obat yang
biasa digunakan oleh petugas kesehatan.
5. Obat dan Perbekalan kesehatan sumbangan sebaiknya memenuhi aturan
internasional pengiriman barang  setiap obat dan perbekalan kesehatan
yang dikirim hendaknya disertai dengan detail isi karton yang menyebutkan
secara spesifik bentuk sediaan, jumlah, nomor batch, tanggal kadaluarsa
(expire date), volume, berat dan kondisi penyimpanan yang khusus.
6. Pengeluaran obat dan perbekalan kesehatan dari pelabuhan mendapat
pembebasan tarif pajak apabila ada rekomendasi dari Sekretariat Negara
(Masuk dalam kategori bantuan teknis) selanjutnya dilakukan pengurusan ke
Departemen Keuangan ( Ditjen Bea dan Cukai).
Dalam situasi bencana pengeluaran obat dan perbekalan kesehatan
dikoordinasikan oleh BNPB.
7. Biaya pengiriman dari negara donor, transport lokal,
pergudangan/penyimpanan yang baik, urusan be cukai sebaiknya dibayar oleh
negara pemberi
2. Sumber Daya Manusia
Pada saat terjadi bencana perlu adanya mobilisasi SDM
kesehatan yang tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan
Krisis yang meliputi:
1. Tim Reaksi Cepat
2. Tim Penilaian Cepat (Tim RHA)
3. Tim Bantuan Kesehatan
Sebagai koordinator Tim adalah Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota (mengacu Surat Kepmenkes Nomor 066
tahun 2006).
• 2.1. Tim Reaksi Cepat ( 0–24 jam )
Tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu
setelah ada informasi kejadian bencana, terdiri
dari:
1. Pelayanan Medik
a. Dokter Umum/BSB : 1 org
b. Dokter Sp. Bedah : 1 org
c. Dokter Sp. Anestesi : 1 org
d. Perawat Mahir (Perawat bedah, gadar) : 2 org
e. Tenaga Disaster Victims Identification (DVI) : 1 org
f. Apoteker/Ass. Apoteker : 1 org
g. Sopir Ambulans : 1 org
2. Surveilans Epidemiolog/Sanitarian : 1 org
3. Petugas Komunikasi : 1 org
2.2. Tim RHA
Tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim Reaksi Cepat atau menyusul dalam waktu
kurang dari 24 jam, terdiri dari:
1. Dokter Umum : 1 org
2. Epidemiolog : 1 org
3. Sanitarian : 1 org

2.3. Tim Bantuan Kesehatan


Tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim Reaksi Cepat dan Tim RHA kembali
dengan laporan hasil kegiatan mereka di lapangan, terdiri dari:
1. Dokter Umum
2. Apoteker dan Asisten Apoteker
3. Perawat (D3/ S1 Keperawatan)
4. Perawat Mahir
5. Bidan (D3 Kebidanan)
6. Sanitarian (D3 kesling/ S1 Kesmas)
7. Ahli Gizi (D3/ D4 Kesehatan/ S1 Kesmas)
8. Tenaga Surveilans (D3/ D4 Kes/ S1 Kesmas)
9. Entomolog (D3/ D4 Kes/ S1 Kesmas/ S1 Biologi)
Kebutuhan tenaga kesehatan selain yang tercantum di atas, disesuaikan dengan jenis bencana
dan kasus yang ada,
kebutuhan jumlah minimal SDM Kesehatan untuk penanganan korban
bencana berdasarkan:

1. Untuk jumlah penduduk/pengungsi antara 10.000 – 20.000 orang:


• Dokter umum : 4 org
• Perawat : 10 – 20 org
• Bidan : 8 – 16 org
• Apoteker : 2 org
• Asisten apoteker : 4 org
• Pranata laboratorium : 2 org
• Epidemiologi : 2 org
• Entomolog : 2 org
• Sanitarian : 4 – 8 org
• Ahli gizi : 2 – 4 org
2. Untuk jumlah penduduk/pengungsi 5000 orang dibutuhkan:
Bagi pelayanan kesehatan 24 jam dibutuhkan:
• dokter 2 orang,
• perawat 6 orang,
• bidan 2,
• sanitarian 1orang,
• gizi 1 orang,
• asisten apoteker 2 orang
• administrasi 1 orang.
Bagi pelayanan kesehatan 8 jam dibutuhkan:
• Dokter 1 orang,
• perawat 2 orang,
• bidan 1 orang,
• Sanitarian 1 orang dan
• gizi 1 orang.
3. Berdasarkan fasilitas rujukan/Rumah sakit, dapat
dilihat dalam rumus
Rumus kebutuhan tenaga di fasilitas rujukan/rumah sakit
• Kebutuhan dokter umum =
(Σ pasien/40) – Σ dr umum di tempat
• Kebutuhan dokter spesialis Bedah =
[(Σ pasien dr bedah/5) / 5] - Σ dr bedah di tempat
• Kebutuhan dokter spesialis anestesi =
[(Σ pasien dr bedah/15) / 5] - Σ dr anestesi di tempat
PELAYANAN LOGISTIK DAN
PERBEKALAN KESEHATAN
Berikut penjelasan mengenai rangkaian kegiatan dalam pengelolaan
logistik dan perbekalan kesehatan.
1. Perencanaan Kebutuhan
Bahan pertimbangan dalam perencanaan kebutuhan
adalah:
• Jenis bencana
• Luas bencana dan jumlah korban
Berdasarkan tingkat keparahan bencana, dilakukan rapid assessment
kebutuhan
• Stok obat yang dimiliki
Usahakan menggunakan persediaan obat dan perbekalan kesehatan
dari stok Unit Pelayanan Kesehatan atau Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang ada, dan jika kurang dapat menggunakan stok
dari Kabupaten/ Provinsi terdekat.
2. Pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan ke daerah bencana
Persyaratan pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan adalah adanya
permintaan dari daerah bencana.
Apabila obat dan perbekalan kesehatan tidak tersedia di provinsi yang
mengalami bencana maka diusahakan dari Depkes atau provinsi terdekat.
3. Penyediaan
4. Persyaratan Obat bantuan
5. Penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan di daerah bencana
pada tempat yang memenuhi persyaratan (suhu 25◦ C, tidak lembab) dan
dilengkapi dengan petugas yang kompeten
6. Pencatatan dan pelaporan
Menggunakan format laporan penggunaan dan laporan permintaan obat
(LPLPO)
Waktu pelaporan sesuai dengan kebutuhan harian, mingguan dan bulanan
7. Pemusnahan obat-obatan
Mengacu pada Prosedur Tetap pemusnahan obatobatan dengan
mempertimbangkan dampak lingkungan
Identifikasi dan
Penilaian
Risiko Bencana
Risiko bencana  potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa nyaman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan
kesehatan masyarakat (PP N0 21 tahun 2008)
• Tanpa mengetahui (jenis dan skala bencana yang akan
dihadapi)  upaya penanggulangan akan sulit dilakukan
dengan baik dan efektif)
• Setiap organisasi atau kegiatan yang mengandung risiko
bencana tinggi wajib melakukan Analisis Risiko Bencana
(ARISCANA)
ARISCANA
• Tujuan ARISCANA: memperoleh informasi dan data mengenai
potensi bencana yang mungkin dapat terjadi di lingkungan
masing-masing serta potensi atau tingkat risiko atau
keparahannya.
• RISIKO = Kemungkinan X Keparahan
• RISIKO = f (Bahaya X Kerentanan/Kemampuan)
Kemungkinan Bencana
• Kemungkinan bencana (likelihood) adalah perkiraan
kemungkinan suatu bencana dapat terjadi yang digambarkan
dalam bentuk peringkat dengan memberi angka 1 – 4

NILAI KEMUNGKINAN
1 Sangat jarang terjadi
2 Pernah terjadi midalnya sepuluh tahun yang lalu
3 Dapat terjadi lebih dari 1 kali dalam setahun
4 Sering artinya dapt terjadi setiap saat atau lebih 1 kali
dalam setahun
Pedoman BNPB :
Kemungkinan Bencana

5 PASTI Hampir dipastikan 80-90%


4 KEMUNGKINAN BESAR 60-80% terjadi tahun depan, atau
sekali dalam 10 tahun mendatang
3 KEMUNGKINAN 40-60% terjadi tahun depan, atau
TERJADI sekali dalam 100 tahun
2 KEMUNGKINAN KECIL 20-40% dalam 100 tahun
1 KEMUNGKINAN Hingga 20%
SANGAT KECIL
Keparahan Bencana
• Keparahan Bencana (severity): perkiraan dampak atau akibat
yang ditimbulkan oleh suatu bencana baik terhadap manusia,
aset, lingkingan atau sosial.
• Secara sederhana dengan pendekatan kualitatif, peringkat= 1-
4
Keparahan Bencana
NILA KEPARAHAN
I
1 Tidak memiliki dampak signifikan baik terhadap
manusia maupun terhadap aset atau bisnis
peruahaan atau kerugian di bawah Rp 1.000.000
2 Menimbulkan kerugian ringan, cedera ringan dan
dampak tidak besar terhadap organisasi, misal
kerugian tidak lebih dari Rp 1.000.000
3 Dampak signifikan, menimbulkan cedera serius atau
kerugian besar bagi organisasi, misal kerugian
materi lebih dari Rp 10 juta – Rp 100 juta
4 Dampak sangat serius, jika kejadian dapat
menimbulkan korban jiwa atau kerusakan parah
yang dapat menganggu jalannya bisnis dengan nilai
kerugian lebih Rp 1 milyar
Pedoman BNPB :
Keparahan Bencana

5 SANGAT 80-90% wilayah hancur dan


PARAH lumpuh total
4 PARAH 60-80% wilayah hancur
3 SEDANG 40-60% wilayah terkena
rusak
2 RINGAN 20-40% wilayah yang rusak
1 SANGAT Kurang dari 20% wilayah
RINGAN rusak
Matrik Risiko
• Matrik risiko : kombinasi antara kemungkinan dan keparahan
yang menggambarkan tingkat atau peringkat sutau risiko
bencana.
• Kriteria risiko :
1. Risiko kecil, nilai risiko: 1-8
2. Risiko sedang, nilai risiko: 9-10
3. Risiko besar, nilai risiko: 11-16
KEPARAHAN bisa dihitung dari
berbagai aspek:
• Jumlah populasi atau manusia yang kemungkinan terkena
bencana
• Luasnya area bencana yang akan terjadi
• Kondisi lingkungan dimana bencana terjadi, misal area
pemukiman padat, perkotaan, pegunungan, dll
• Tingkatan bencana atau intensitasnya, misal gempa dengan
skala > 7 SR
PENGELOLAAN DATA
DAN INFORMASI
PENANGANAN KRISIS
• Informasi penanganan krisis akibat bencana harus
• dilakukan dengan cepat, tepat, akurat dan sesuai
• kebutuhan. Pada tahap pra, saat dan pasca bencana
• pelaporan informasi masalah kesehatan akibat bencana
• dimulai dari tahap pengumpulan sampai penyajian informasi
• dilakukan untuk mengoptimalisasikan upaya
• penanggulangan krisis akibat bencana.
1. Informasi pada Awal Terjadinya
Bencana
Jenis Informasi dan Waktu Penyampaian
1. Jenis bencana dan waktu 5. Lokasi pengungsi.
kejadian bencana yang terdiri dari 6. Akses ke lokasi bencana
tanggal, bulan, tahun serta pukul meliputi akses dari:
berapa kejadian
tersebut terjadi.
▪ Kabupaten/kota ke lokasi
dengan pilihan mudah/sukar,
2. Lokasi bencana yang terdiri dari waktu tempuh berapa lama dan
desa, kecamatan,kabupaten/kota sarana transportasi yang
dan provinsi bencana terjadi. digunakan.
3. Letak geografi dapat diisi dengan ▪ Jalur komunikasi yang masih
pegunungan, pulau/kepulauan,
pantai dan lain-lain. dapat digunakan.
4. Jumlah korban yang terdiri dari ▪ Keadaan jaringan listrik.
korban meninggal,hilang, luka ▪ Kemudian informasi tanggal dan
berat, luka ringan dan pengungsi. bulan serta tanda tangan pelapor
dan lokasinya.
Sumber Informasi
Sumber informasi Informasi disampaikan
mengenai kejadian menggunakan:
bencana dapat 1. Telepon
berasal: 2. Faksimili
1. Masyarakat 3. Telepon seluler
2. Sarana pelayanan 4. Internet
kesehatan 5. Radio komunikasi
3. Dinas Kesehatan 6. Telepon satelit
Provinsi, Kabupaten/Kota
4. Lintas sektor
Alur Mekanisme dan Penyampaian
Informasi
Informasi awal tentang krisis pada saat kejadian bencana dari
lokasi bencana langsung dikirim ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau Provinsi, maupun ke Pusat Penanggulangan
Krisis Departemen Kesehatan dengan menggunakan sarana
komunikasi yang paling memungkinkan pada saat itu. Informasi
dapat disampaikan oleh masyarakat, unit pelayanan kesehatan
dan lain-lain. Unit penerima informasi harus melakukan
konfirmasi.
Jenis Informasi dan Waktu Penyampaian
1. Jenis bencana dan waktu kejadian bencana. 9. Jenis dan kondisi sarana kesehatan dibagi
2. Tingkat keseriusan dari bencana tersebut, dalam tiga bagian yaitu informasi mengenai
misalnya banjir ketinggian air mencapai 2 m, kondisi fasilitas kesehatan, ketersediaan air
gempa bumi dengan kekuatan 7 Skala Richter. bersih, sarana sanitasi dan kesehatan
3. Tingkat kelayakan yaitu luas dari dampak yang lingkungan.
ditimbulkan dari bencana tersebut.
10. Akses ke lokasi bencana terdiri dari
4. Kecepatan perkembangan misalnya konflik antar
suku disatu daerah, bila tidak cepat dicegah maka mudah/ sukar, waktu tempuh dan
dapat dengan cepat meluas atau berkembang ke transportasi yang dapat digunakan.
daerah lain. 11. Kondisi sanitasi dan kesehatan
5. Lokasi bencana terdiri dari dusun, lingkungan di lokasi penampungan
desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota dan pengungsi.
provinsi.
12. Kondisi logistik dan sarana pendukung
6. Letak geografi terdiri dari pegunungan, pantai,
pelayanan kesehatan.
pulau/kepulauan dan lain-lain.
7. Jumlah penduduk yang terancam. 13. Upaya penanggulangan yang telah
8. Jumlah korban meninggal, hilang, luka berat, dilakukan.
luka ringan, pengungsi (dibagi dalam kelompok 14. Bantuan kesehatan yang diperlukan.
rentan bayi, balita, bumil, buteki, lansia), lokasi 15. Rencana tindak lanjut.
pengungsian, jumlah korban yang dirujuk ke
2. Informasi Penilaian Kebutuhan Cepat
Jenis Informasi dan Waktu Penyampaian
1. Jenis bencana dan waktu kejadian bencana.
2. Tingkat keseriusan dari bencana tersebut, misalnya banjir ketinggian
air mencapai 2 m, gempa bumi dengan kekuatan 7 Skala Richter.
3. Tingkat kelayakan yaitu luas dari dampak yang ditimbulkan dari
bencana tersebut.
4. Kecepatan perkembangan misalnya konflik antar suku disatu daerah,
bila tidak cepat dicegah maka dapat dengan cepat meluas atau
berkembang ke daerah lain.
5. Lokasi bencana terdiri dari dusun, desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota dan provinsi.
6. Letak geografi terdiri dari pegunungan, pantai, pulau/kepulauan dan
lain-lain.
7. Jumlah penduduk yang terancam.
8. Jumlah korban meninggal, hilang, luka berat, luka ringan, pengungsi
(dibagi dalam kelompok rentan bayi, balita, bumil, buteki, lansia),
lokasi pengungsian, jumlah korban yang dirujuk ke Puskesmas dan
Rumah Sakit.
9. Jenis dan kondisi sarana kesehatan dibagi dalam tiga
bagian yaitu informasi mengenai kondisi fasilitas
kesehatan, ketersediaan air bersih, sarana sanitasi dan
kesehatan lingkungan.
10. Akses ke lokasi bencana terdiri dari mudah/ sukar,
waktu tempuh dan transportasi yang dapat digunakan.
11. Kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan di lokasi
penampungan pengungsi.
12. Kondisi logistik dan sarana pendukung pelayanan
kesehatan.
13. Upaya penanggulangan yang telah dilakukan.
14. Bantuan kesehatan yang diperlukan.
15. Rencana tindak lanjut.
16. Tanggal, bulan dan tahun laporan, tanda tangan pelapor
serta diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan
Sumber Informasi
Informasi dikumpulkan Informasi disampaikan
oleh Tim Penilaian melalui:
Kebutuhan Cepat 1. Telepon
yang bersumber dari: 2. Faksimili
1. Masyarakat 3. Telepon seluler
2. Sarana pelayanan 4. Internet dan Radio
kesehatan komunikasi
3. Dinas Kesehatan
Provinsi, Kabupaten/Kota
4. Lintas sektor
Alur Mekanisme dan Penyampaian
Informasi
Informasi penilaian kebutuhan cepat disampaikan secara
berjenjang mulai dari institusi kesehatan di lokasi bencana ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, kemudian diteruskan ke Dinas
Kesehatan Provinsi, dari Provinsi ke Departemen Kesehatan
melalui Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan dan
dilaporkan ke Menteri Kesehatan.
3. Informasi Perkembangan
Kejadian Bencana
Jenis Informasi dan Waktu Penyampaian
1. Tanggal/bulan/tahun kejadian.
2. Jenis bencana.
3. Lokasi bencana.
4. Waktu kejadian bencana
5. Jumlah korban keadaan terakhir terdiri dari meninggal, hilang,
luka berat, luka ringan, pengungsi (dibagi dalam bayi, balita,
bumil, buteki, lansia) dan jumlah korban yang dirujuk.
6. Upaya penanggulangan yang telah dilakukan.
7. Bantuan segera yang diperlukan.
8. Rencana tindak lanjut.
9. Tanggal, bulan dan tahun laporan, tanda tangan pelapor serta
diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan.
Sumber informasi
Informasi disampaikan oleh institusi kesehatan di lokasi
bencana (Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan).
Informasi disampaikan melalui:
1. Telepon
2. Faksimili
3. Telepon seluler
4. Internet
5. Radio komunikasi
6. Telepon satelit
Alur Mekanisme dan Penyampaian
Informasi
Informasi perkembangan disampaikan secara berjenjang mulai
dari institusi kesehatan di lokasi bencana ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan
Provinsi, dari Provinsi ke Departemen Kesehatan melalui Pusat
Penanggulangan Krisis dan dilaporkan ke Menteri Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai