Anda di halaman 1dari 115

FIRE PROTECTION & FIRE

EXTINGUISHING SYSTEM
Undang-undang No 1 Th 1970 tentang
Keselamatan Kerja

Pasal 3 ayat (1).


Dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat syarat keselamatan
kerja untuk :

• Mencegah, mengurangi, dan


memadamkan kebakaran,
• Mencegah, mengurangi
peledakan
Undang-undang No 1 Th 1970 tentang
Keselamatan Kerja

• Memberikan kesempatan jalan


menyelamatkan diri dalam
bahaya kebakaran
• Pengendalian penyebaran
asap, gas dan suhu

Pasal 9 ayat (3).


Pengurus wajib membina K3
penanggulangan kebakaran
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Pengendalian
ENERGI

SARANA
PROTEKSI
KEBAKARAN

MANAJEMEN
K3
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Pengendalian
ENERGI

• KEPMENAKER 75/2002 K3 LISTRIK


• PERMENAKER 02/89 Prot. Petir
• KEP. MENAKER KEP. 187/MEN/1999 (B3)
• PER. KHUSUS “EE” (BH. MUDAH TERBAKAR)
• PER. KHUSUS “K” (BH. MUDAH MELEDAK)
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

SARANA
PROTEKSI
KEBAKARAN

• PERMENAKER 04/80 APAR


• PERMENAKER 02/83 ALARM
• INST. MENAKER INS. 11/MEN/1997
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

MANAJEMEN
K3

• PERMENAKER 04/87 P2K3


• PERMENAKER 05/96 SMK3
• KEP. MENAKER KEP. 186/MEN/1999
UNIT PENANGG. KEB. DI TEMPAT KERJA
Persyaratan K3 Proteksi Kebakaran
di Gedung atau Tempat Kerja

A. Kesesuaian standar bangunan


dengan jenis hunian
B. Sistem proteksi kebakaran
C. Kesiapan personel
D. Akses bantuan
E. Manajemen
A. Kesesuaian Standar Bangunan
Dengan Jenis Hunian

• Bahwa peruntukan bangunan harus sesuai


dengan IMB
• Peralatan yang digunakan sesuai dengan
standar K3 dan standar teknis lainnya (UU
No. 1 Tahun 1970)
• Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian
terhadap peralatan sesuai dengan ketentuan
K3 (UU No, 1 Tahun 1970)
C. Kesiapan Personil Yang
Kompeten

• Yang mampu mengidentifikasi bahaya


kebakaran di tempat kerja
• Yang mampu dan kompeten untuk menghadapi
bahaya kebakaran
• Yang mampu memelihara peralatan / sistem
proteksi kebakaran, sehingga peralatan/sistem
siap pakai
• Yang mampu memimpin dan berkoordinasi
dalam keadaan darurat
FIRE EMERGENCY PLAN
Lapis II
Fire Men
Lapis IV
Dinas Pemadam
Lapis III
Bantuan
dari lingkungan
Lapis I
Pet. Peran
Kebakaran

POSKO
Kepmennaker No186/Men/1999

Tk. Ahli
Tk. Ahli Madya
Pratama
Tk. Dasar II
Tk. Dasar I

PET. PERAN REGU KOORD. PEN. JAWAB


KEBAKARAN PENANGG. UNIT TEKNIK K3
KEBAKARAN PENANGG. PENANGG.
KEBAKARAN KEBAKARAN
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT
KEBAKARAN
(Lini I)
PET. PERAN KEBAKARAN (KLAS D)
Tugas pokok sesuai jabatan utamanya

Merupakan tugas tambahan selain tugas pokoknya


Pada waktu jam kerja

• Melaporkan kondisi bahaya dan keadaan sarana prot.


kebakaran
• Melakukan tindakan pemadaman awal bila terjadi
kebakaran dan memandu evakuasi
• Bertanggung jawab di unit kerja tertentu.

Ref. Kepmennaker No 186/1999, Pasal 7


URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT
KEBAKARAN
(Lini II)
ANGGOTA REGU DAMKAR (KLAS C)
TUGAS POKOK :
Tanggung jawab di seluruh tempat kerja
Tugas : (Diatur sistem shift)
1. Melakukan patroli rutin ke seluruh area kerja memantau
semua aspek pencegahan kebakaran.
2. Memelihara, memeriksa dan menguji semua sarana proteksi
kebakaran agar selalu dalam keadaan siap pakai.
3. Siap siaga melakukan tindakan menghadapi keadaan
darurat kebakaran untuk pemadaman dan penyelamatan

Ref. Kepmennaker No 186/1999, Pasal 8


URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT
KEBAKARAN

KLAS B :
KOORDINATOR SUB UNIT DAMKAR
Tanggung jawab di unit kerja tertentu

Tugas :
 Mengkoordinasikan program
penanggulangan kebakaran (inspeksi &
latihan)
• Memimpin operasi penanggulangan
kebakaran
Ref. Kepmennaker No 186/1999, Pasal 9
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT
KEBAKARAN
KLAS A :
PENANGGUNG JAWAB TEKNIK
DAMKAR
Tanggung jawab di seluruh tempat kerja

Tugas :
• Menyusun, melaksanakan dan evaluasi
program kerja pengendalian kebakaran
• Melakukan audit internal dan pengawasan
langsung
• Mempertanggung jawabkan pelaksanaan
syarat K3
Ref. Kepmennaker No 186/1999, Pasal 10
PENANGGUNG JAWAB UMUM
(PENGURUS)

DEPARTEMEN DEPARTEMEN DEPARTEMEN


……………….. K3 ………………..

DIVISI FIRE 1/300


FIRE MEN
Koordinator
SUB UNIT ………..
1/100

PERAN
KEBAKARAN
……….2/25
Ref. Kepmennaker No 186/1999
PENANGGUNG JAWAB UMUM
(PENGURUS)

DEPARTEMEN K3

PENANGGUNG JAWAB
UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN
PETUGAS REGU
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
KOORDINATOR SUB UNIT
PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PETUGAS
PERAN KEBAKARAN

Ref. Kepmennaker No 186/1999


B. Sistem Proteksi Kebakaran
• Sistem deteksi, alarm yang mampu
memberikan informasi tanda bahaya yang
cepat dan akurat.
 Untuk mendeteksi kebakaran seawal
mungkin
 Perencanaan, pemasangan pemeriksaan
pengujian pemeliharaan sistem deteksi
otomatik diatur dalam Permen NO.
02/Men/1983 ttg sistem deteksi otomatik.
B. Sistem Proteksi Kebakaran
• Tersedianya Peralatan atau Sistem
proteksi yang dapat menghambat
menjalarnya kebakaran, asap, panas
dan gas, Contohnya : penggunaan fire
retardant material dan
kompartemenisasi dll
B. Sistem Proteksi Kebakaran
• Tersedianya peralatan atau sistem
proteksi kebakaran yang sesuai
dengan jenis potensi bahaya kebakaran
yang ada di gedung / perusahaan.
(sesuai dengan standar K3)
• Sistem pemadam yang dapat
mengatasi meluasnya bahaya
kebakaran. (Sprinkler, Hydrant )
ACTIVE

 DETECTION
 ALARM
 FIRE EXTINGUISHER
 SPRINKLER
 HYDRANT
PASSIVE

 MEANS OF ESCAPE
 COMPARTMENT
 SMOKE CONTROL
 SAFETY SIGNS
 FIRE RETARDANT
SISTEM PASIF BAGIAN DARI SISTEM
PROTEKSI TOTAL
• SISTEM AKTIF  ENERGIZED SYSTEM
• SISTEM PASIF  BUILT-IN SYSTEM
• FIRE SAFETY MANAGEMENT  HUMAN SYSTEM

Sistem proteksi aktif Sistem proteksi pasif

Fire safety management


PENGERTIAN SISTEM PASIF
(SPP)
• Sistem perlindungan bangunan terhadap kebakaran
melalui pertimbangan arsitektonis bangunan, bahan
dan interior bangunan, untuk meminimasi intensitas
kebakaran serta pemenuhan persyaratan
ketahanan api komponen struktur bangunan untuk
mendukung fungsi penyelamatan penghuni saat
terjadi kebakaran
Sifat termal bahan
Minimasi intensitas
kebakaran Bukaan / ventilasi

Beban api & lokasi


Mengamankan sarana
SPP jalan ke luar
Fire barriers
Membentuk fire &
smoke barrier Smoke barrier
TUJUAN SISTEM PROTEKSI
PASIF

 Melindungi bangunan dari keruntuhan fatal akibat


kebakaran (bangunan dapat direhab kembali)
 Meminimasi intensitas kebakaran apabila terjadi
(agar tidak terjadi flashover)
 Memberi waktu bagi penghuni menyelamatkan diri
 Menjamin berfungsinya gedung namun tetap aman
 Melindungi keselamatan petugas pemadam
SPP DALAM KURVA SUHU WAKTU
(T-t)
Waktu penyelamatan

tp + ta + trs < tu …………………… (1)


• tp = waktu dari saat penyulutan hingga saat
kebakaran terdeteksi
• ta = waktu tunda antara saat kebakaran terdeteksi
hingga aktivitas penyelamatan mulai
• trs = waktu pindah ke lokasi yang relatif aman
• tu = waktu dari saat penyulutan hingga kondisi
ruangan menjadi tak tertahankan (untenable),

Penyelamatan harus dilakukan sebelum Flashover !


PERAN SPP PADA LIFE
SAFETY
1) Meminimasi intensitas
kebakaran sehingga
flashover tidak terjadi
2) Mengamankan sarana jalan
ke luar termasuk eksit
3) Membatasi penyebaran api
& asap masuk ke ruang-
ruang hunian & eksit (fire &
smoke barriers)
4) Memberikan alternatif lain /
kompensasi agar suatu
persyaratan dapat dipenuhi
1) Minimasi intensitas kebakaran

• Pertimbangan sifat termal bahan termasuk


bahan lapis penutup / interior
• Pembatasan beban api dan perletakan nya
• Ukuran dan dimensi ruangan
• Ukuran bukaan ventilasi (luas dan tinggi)
• Penggunaan bahan penghambat api
• Pengujian sifat bakar bahan bangunan
• Integrasi dengan sistem aktif
PERSYARATAN PENGGUNAN
BAHAN BANGUNAN
• Pertimbangan klas mutu bahan
• Pertimbangan inersia termal (unsur kρc)
• Jumlah dan perletakan bahan combustible
• Beban api dan faktor bukaan / ventilasi
• Penggunaan bahan penghambat api (fire
retardant materials)
• Integrasi dengan sistem proteksi aktif
• Integrasi dengan sistem aktif dan fire safety
management (FSM)
BAHAN BANGUNAN &
KEBAKARAN
• Bahan bangunan dibagi dlm 5
klas mutu :
(I) Tidak mudah terbakar
(II) Semi tidak mudah ter-bakar
(III) Menghambat api
(IV) Semi menghambat api
(V) Mudah terbakar
BAHAN BANGUNAN &
KEBAKARAN
• Peningkatan mutu dapat dilakukan
dengan menggunakan bahan
penghambat api (fire retardant materials)
• Penggunaan bahan-bahan mudah
terbakar perlu diperhatikan khususnya
pada bangunan kedap suara, bangunan
ber-insulasi serta penggunaan bahan
atap.
• Penggunaan bahan-bahan mudah
terbakar perlu dikompensasi dengan
penerapan sistem proteksi aktif yang
lebih intens.
TINGKAT MUTU BAHAN
Mutu Mutu Mutu Mutu Mutu
Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV Tingkat V

Beton, bata, batako Papan wol Kayu lapis Papan Sirap bambu
Asbes kayu semen yang dilindungi polyester Sirap kayu
Aluminium Papan Papan yang bukan ulin atau
bertulang kayu jati
Kaca semen pulp mengandung
Polyvinil Rumbia
Besi, baja Serat kaca Lebih dari 52% dengan Anyaman
Adukan semen semen glass fibre
Adukan gips
tulangan bambu
Plaster Papan partikel Bahan atap
Asbes semen board yang dilindungi aspal lapis
Ubin keramik Pelat baja Papan wol mineral (tegola)
Ubin semen lapis PVC kayu Kayu kamper
Ubin marmer Kayu meranti
Lembaran seng Kayu terentang
Panel kalsium silikat Kayu lapis
Rock wool, glass wool Soft board
Genteng keramik Hard board
Wired glass Papan partikel
Lembaran baja lapis seng
UNSUR kρc

• kρc adalah inersia termal bahan


bangunan Response terhadap
sumber panas cepat,
rendah shg cepat menyala
Contoh : bhn plastik
kρc
Response terhadap
tinggi sumber panas lambat,
lambat menyala
Contoh : bhn metal

Inersia termal menentukan harga koefisien alih kalor bahan


Inersia termal dari berbagai bahan
interior (Patterson, 1993)
Jenis bahan Konduktivitas Densitas, ρ Kalor spesifik, c Inersia termal, kρc
bangunan termal (k), W/m.K kg/m3 J/kg.K W2.det / m4 K2
Bata 0,80 2600 800 1700 x 103
Blok beton 0,84 1900 840 1200 x 103
Beton 0,75 2400 750 2900 x 103
Aluminium 0,60 2710 895 500.000 x 103
Papan chip 0,15 800 1250 150 x 103
Papan gypsum 0,17 960 1100 180 x 103
Papan plaster 0,16 950 840 130 x 103
Kayu lapis (Birch) 0,11 700 1250 96 x 103
Kayu lapis 0,12 540 2500 16 x 103
Papan isolasi fiber 0,053 240 1250 15 x 103
Polystyrene 0,034 20 1500 1 x 103
Busa polyurethane 0,028 30 1260 1 x 103
Papan asbes 0,14 658 1060 98 x 103
semen 0,11 – 0,14 700 1120 (86 – 110) x 103
Kalsium silikat 0,037 60 800 1,8 x 103
Isolasi fiber kaca 0,024 1,3 1000 0,03 x 103
Udara
IMPLIKASI PENGGUNAAN BAHAN
KAITAN DENGAN KEBAKARAN
Penggunaan Check sifat bahan
Bahan bangunan

Combustible Non combustible

Risiko Fire risk meningkat Beban api meningkat


Menjalar lebih cepat
Berbagai solusi
Ganti non Beri fire Pasang detek-
combustible retardant tor sensitif Sistem sprin- Premi asuransi
kler otomatis meningkat
PENGARUH SIFAT TERMAL BAHAN
TERHADAP KONSTRUKSI TAHAN API

• Pada temp 450oC baja tinggal


separuh kekuatannya
• Pada temp 750oC baja tidak lagi
dapat memikul beban
• Komponen struktur baja harus
diberi bersarung (steel covering
materials)
• SCM dari bahan vermiculite, panel
gipsum atau glass-wool
2) Perlindungan sarana jalan ke luar
A- E + sarana : means of
egress (sarana jalan ke luar)
A- C : exit access
Pintu C : door to stairway
Kotak C-D : exit
Pintu D : door to exit discharge
Kotak D-E : exit discharge
D – E : exit passageway
Pintu E : exterior exit door

Travel distance : A ke E
Apabila eksit dalam konstruksi
tahan api sesuai ketentuan,
maka travel distance adalah dari
A ke C

Perlindungan utk life safety :


Konstruksi pelindung exit,
pelindung exit passageway,
perlindungan di koridor dsb

Struktur harus tahan api !


Jalur lintasan ke eksit (exit passageway)
Exit passageway di bangunan perkan-
toran bertingkat digunakan utk meng-
hubungkan tangga eksit ke pelepasan
eksit di lantai dasar. Dalam hal ini eksit
memenuhi persyaratan yakni langsung
melepas ke luar tanpa harus meletak-
kan tangga di dinding luar. Exit dilin-
dungi konstruksi tahan api (fire rated)

Exit passageway (dilindungi dalam


konstruksi tahan api) digunakan
utk mengurangi jarak tempuh dari A
ke C. Namun ruang no 1,2, dan 3
yang bersebelahan dengan exit
passage-way harus dihuni secara
normal tidak digunakan sebagai
ruang gudang, boiler, penumpukan
barang atau services lainnya
PERAN SPP DALAM LIFE SAFETY
Lebih jelas disebutkan pada Section 5-1.3, (NFPA 101)
Design considerations for means of egress

No Persyaratan sarana jalan ke luar (means of egress) Peran SPP

1 Setiap bangunan harus dilengkapi dengan sarana jalan ke luar Sarana jalan ke luar
dan kelengkapan lainnya untuk menjamin penyelamatan harus dilindungi
segera dari penghuni atau sarana lain yang menjamin tingkat konstruksi tahan api
keselamatan yang memenuhi saat terjadi kebakaran (fire rated)

2 Setiap bangunan harus dilengkapi dengan exit & pengaman Eksit dilindungi
lain-nya yang sesuai dalam jumlah yang cukup, terpasang di dengan konstruksi
lokasi yang tepat, disesuaikan dengan sifat hunian dan tahan api (fire
kemampuan penghuni se-demikian hingga menjamin tingkat resistive enclosure)
keselamatan yang memenuhi
3 Apabila exit disyaratkan terpisah dari bagian ruang lainnya - Kompartemenisasi
dalam bangunan, maka dinding pemisah tsb harus memiliki - Tk ketahanan api
angka ketahanan api minimal 1 jam bila eksit menghubung- - Perlindungan pada
kan 3 lantai atau kurang, angka ketahanan api minimal 2 jam
bila eksit menghubungkan 4 lantai atau lebih bukaan
PERSYARATAN JALAN KE LUAR
1. Kebutuhan jalan ke luar (eksit)
 Sekurang-kurangnya 1 eksit
 Ditentukan berdasarkan beban
penghunian
 Jumlah eksit sebagai berikut :

Beban penghunian Jumlah eksit


< 500 2
> 500 3
1000 4

2. Jarak antar eksit


Tidak lebih dari setengah diagonal
3. Konstruksi pelindung eksit
Harus memiliki TKA minimal 60/60/60
4. Tidak terdapat koridor buntu > 13m
PERSYARATAN JALAN
KELUAR (lanjutan)
Beban Penghunian = Luas lantai / Faktor Beban
• Jarak tempuh ke exit Penghunian
Faktor Beban Penghunian sbb :
Jenis Ber- Tanpa
sprin- sprin- Penggunaan bangunan m2
Penggunaan kler kler bersih
Tempat berkumpul
Perkantoran 45m 60m -Tersebar tanpa tempat duduk tetap 1,5
Pertemuan umum 45m 60m -Terkonsentrasi tanpa tempat duduk 0,7
Pendidikan 45m 60m Perdagangan
Rumah sakit 30m 45m -Lantai dasar dan bismen 3–6
-Tempat penyimpanan/pengepakan 30
Industri / gudang 30m 45m
Pendidikan
Bahaya tinggi 20m 35m
-Ruang-ruang kelas 2
Hotel / motel 30m 45m -Ruang toko dan kerja praktek 5
Flat / rmh susun 30m 50m Perkantoran/bisnis 10
Rumah tinggal TD TD Hotel dan apartemen 20
Perawatan kesehatan / rmh sakit
-Bangsal tempat tidur 12
TD = tidak dibatasi
-Bagian perawatan pasien 24
Institusional 12
KONSTRUKSI EXIT
Dimensi Maks Min
• Konstruksi pelindung tangga
atau ramp harus dari bahan Tanjakan 190 mm 115 mm
yang tidak mudah terbakar
tangga
• Ruang tangga kebakaran harus
kedap asap melalui sistem Injakan 355 mm 250 mm
kontrol asap (smoke vent system tangga
atau pressurizer system)
• Tangga spiral dilarang diguna-
kan sebagai tangga kebakaran
• Maksimum jumlah tanjakan 18
dan minimum jumlah tanjakan 2
• Tekanan membuka pintu tangga
maksimum 50 lb (25 kg)
• Jalur tangga tidak boleh terputus
• Penempatan rambu-rambu pada
pintu kebakaran
PRINSIP PERLINDUNGAN STRUKTUR
TERHADAP KEBAKARAN

Tujuan :
Heat energy impact
dapat diatasi
Kebakaran tidak
menyebar ke ruang
ruang lainnya
Pengaruh bahan
dan sist. konstruksi
Persyaratan tahan api pada
komponen struktur bangunan
• Persyaratan tahan api (fire –rated
construction)
• Kriteria ketahanan api (stabilitas –
integritas – insulasi)
• Persyaratan kompartemenisasi
(ukuran maksimum dan persya-
ratan pemisahan)
• Persyaratan perlindungan pada
bukaan / penembusan
• Integrasi dengan sistem aktif
UNSUR-UNSUR DALAM
KETAHANAN API
Ketahanan api terdiri
atas :
 Unsur stabilitas
 Unsur integrasi
 Unsur insulasi
Ketiga unsur tersebut
membentuk level ketahanan
api (fire resistance level),
Bagian belakang dinding harus tidak atau Tingkat Ketahanan Api
mengalami retak tembus (integrasi) atau
temperaturnya mencapai 140oC (insulasi) (TKA)
PENGERTIAN UNSUR TINGKAT KETAHANAN API (TKA)
DINYATAKAN DALAM MENIT / JAM

• Ketahanan memikul beban ( kelayakan struktur).


( kemampuan untuk memelihara stabilitas dan kelayakan kapasitas
beban sesuai dengan standar yang dibutuhkan)

• Ketahanan terhadap penjalaran api (integritas).


( kemampuan untuk menahan penjalaran api dan udara panas
sebagaimana ditentukan pada standar ).

• Ketahanan terhadap penjalaran panas (isolasi).


( kemampuan untuk memelihara temperatur pada permukaan yang tidak
terkena panas langsung dari tungku kebakaran pada temperatur di
bawah 1400C sesuai standar uji ketahanan api.
SISTEM PROTEKSI PASIF
CONTOH : TKA 90 / 60 / 30

(tingkat ketahanan api yang diukur dalam


satuan menit, yang ditentukan berdasarkan
standar uji ketahanan api)

90 = ketahanan memikul beban ( 90 menit )

60 = ketahanan terhadap penjalaran api ( 60 menit )


( integritas ).

30 = ketahanan terhadap penjalaran panas ( 30 menit )


(isolasi)
Unsur-unsur ketahanan api pada
komponen struktur
Komponen Stabilitas Integritas Insulasi
Partisi X X
Dinding pemikul X X X
Lantai /plafon X X X
Balok (beam) X
Kolom X
Kaca tahan api X
Buchanan (1994) ”Fire Engineering Design Guide”
UJI KETAHANAN API (FIRE
RESISTANCE)

Uji pintu kebakaran dengan tungku vertikal Uji ketahanan api dinding
KLAS BANGUNAN

• Klas 1 : Bangunan hunian biasa (rumah


tinggal, rumah gandeng, rumah
asrama, wisma (< 300 m2)
• Klas 2 : Hunian terdiri atas 2 atau lebih unit
hunian yg merupakan unit terpisah
• Klas 3 : Bangunan hunian selain klas 1 & 2
• Klas 4 : Bangunan hunian campuran
• Klas 5 : Bangunan kantor atau usaha
• Klas 6 : Bangunan perdagangan
• Klas 7 : Bangunan penyimpanan / gudang
• Klas 8 : Bangunan lab/industri/pabrik
• Klas 9 : Bangunan Umum (rumah sakit dan
bangunan pertemuan)
• Klas10: Bangunan / struktur bukan hunian
PERENCANAAN TAPAK UNTUK
PROTEKSI KEBAKARAN
Yang diatur dalam KEPMEN 10

(1) LINGKUNGAN BANGUNAN


 Lingkungan perumahan, perdagangan, industri
 Jalan lingkungan
 Jarak antar bangunan

No Tinggi Bang Jarak Min. Antar


. (m). Bang. Gedung (m)
1. s/d 8 3
2. > 8 s/d 14 > 3 s/d 6
3. > 14 s/d 40 > 6 s/d 8
4. > 40 >8

(2) AKSES PETUGAS PEMADAM KE LINGKUNGAN


(3) AKSES PETUGAS PEMADAM KE BANGUNAN
PERENCANAAN TAPAK (lanjutan)
Akses petugas pemadam
kebakaran Tinggi < 10 m

 Lapis perkerasan
Lebar jalan min. 4 m
 Jalur akses masuk
 Penandaan jalur akses masuk
 Hidran halaman Maks. 45 m

Jalan masuk mobil


pemadam kebakaran
Volume bangunan untuk penentuan
akses
Volume bangunan Keterangan
> 7.100 m Min 1/6 keliling bangunan
> 28.00 m Min ¼ keliling bangunan

>56.800 m Min ½ keliling bangunan

> 85.200 m Min ¾ keliling bangunan

Hrs sekeliling bangunan


>113.600 m
SITE PLAN & SISTEM PROTEKSI
PERENCANAAN AKSES BAGI MOBIL
PEMADAM KEBAKARAN
HAMBATAN BAGI AKSES PEMADAM
KEBAKARAN
AKSES PEMADAM KEBAKARAN
AKSES PEMADAM KEBAKARAN KE GEDUNG
BANGUNAN-BANGUNAN YANG MEMERLUKAN SAF UNTUK
PEMADAMAN KEBAKARAN, YANG MEMPERLIHATKAN
(1) Akses petugas pemadam ke dalam bangunan TINGKAT ATAU LANTAI-LANTAI MANA YANG PERLU DILAYANI

(bukaan di dinding luar)


(1) Akses petugas pemadam di dalam bangunan
(lif kebakaran, lobi dlm saf terlindung, sarana Lantai-lantai atas di
Lantai-lantai atas yang
luasnya 600 m 2 atau
lain) tiap bangunan yang
berada 20 m di atas
lebih yang jaraknya
dari level akses masuk
level akses masuk
minimum 7,5 m
(1) Penyediaan saf untuk petugas pemadam
kebakaran
(persyaratan, jumlah dan lokasi, desain dan Lantai bismen 2 lantai
atau lebih yang luasnya
konstruksi saf termasuk sarana proteksi seperti tiap lantainya lebih dari
500 m2

landing valve ) Level akses


masuk

7,5 m

Level
akses

Lantai-lantai
A bismen di tiap
bangunan yang
berada 10 m atau
B C
lebih dari level
akses masuk

B&C Saf pemadam kebakaran tidak


perlu memuat lif kebakaran

A Saf pemadam kebakaran harus memuat lif


kebakaran
SAF UNTUK PETUGAS PEMADAM
KEBAKARAN

• Saf pemadam kebakaran • Jumlah minimum saf pada bangunan


bersprinkler

Lobi utk Luas lantai Jumlah min saf pe-


pemadaman
kebakaran Tangga
maks (m2) madam kebakaran
untuk
< 900 1
Pintu yg pemadaman
Menutup kebakaran
sendiri 900 - 2000 2

> 2000 2 ditambah 1 utk tiap


penambahan luas
Lif untuk
1500m2
pemadam
kebakaran
dlm saf
Bila bangunan tidak bersprinkler harus
disediakan satu saf untuk setiap 900m2 luas lantai
terbesar yang letaknya > 20m diatas permukaan
tanah
TIPE KONSTRUKSI TAHAN API

Tipe – A Tipe – B
Konstruksi yang elemen
Konstruksi yang unsur struktur struktur pembentuk
pembentuknya tahan api dan kompartemen penahan
mampu menahan secara api mampu mencegah Tipe – C
struktural terhadap beban penjalaran kebakaran ke Konstruksi yang
bangunan. Pada konstruksi ini ruang-ruang komponen struktur
terdapat komponen pemisah bersebelahan dalam bangunannya dari
bangunan, dan dinding bahan yang dapat
pembentuk kompartemen luar mampu mencegah terbakar serta tidak
untuk mencegah penjalaran api penjalaran kebakaran dimaksudkan untuk
ke dan dari ruangan dari luar bangunan. mampu menahan
bersebelahan dan dinding yang secara struktural
mampu mencegah penjalaran terhadap kebakaran
panas pada dinding bangunan
yang bersebelahan

Menurut SNI 03-1736-2000


TIPE KONSTRUKSI YANG DIPERLUKAN

Jumlah lantai Klas bangunan Klas bangunan


bangunan 2,3,9 5,6,7,8
4 atau lebih A A

3 A B

2 B C

1 C C

Harus diperhatikan :
 Spesifikasi konstruksi tahan api (Tipe A, B atau C)
 Bangunan dengan klasifikasi jamak KEPMEN PU 10/KPTS/2000
 Integrasi dengan sistem proteksi aktif
 Pertimbangan sifat termal bahan terhadap intensitas kebakaran
SISTEM PROTEKSI PASIF
CONTOH TKA KONSTRUKSI TIPE A
Tingkat Ketahanan Api (TKA)
Kelaikan struktur/integritas/Isolasi
Elemen bangunan
Kelas 2,3,4 Kelas 5,7,9 Kelas 6 Kelas 8

Dinding luar atau elemen


bangunan luar lainnya yang
jaraknya ke sumber api adalah :
Bagian pemikul beban :
kurang dari 1,5 m 90/90/90 120/120/120 180/180/18 240/240/2
0 40
1,5 m ~ <3 m 90/60/60 120/90/90 180/180/12 240/240/1
0 80
3 m atau lebih 90/60/30 120/60/30 180/120/90 240/180/9
0
Bagian bukan pemikul beban :
kurang dari 1,5 m -/90/90 -/120/120 -/180/180 -/240/240
1,5 m ~ < 3 m. -/60/60 -/90/90 -/180/120 -/240/180

3 m atau lebih -/-/- -/-/- -/-/- -/-/-


Contoh perlindungan sarana
jalan keluar /exit dengan SPP
A. Tangga exit dilindungi
konstruksi tahan api
dan dilengkapi apat
penutup pintu otomatis
B. Konstruksi pelindung
aman asap dari
konstruksi tahan api
dilengkapi dengan pintu
tahan api yg dapat
menutup sendiri dan
vestibule terbuka
C. Exit jenis yg diletak-
kan ditengah bangunan
dengan tangga berada
pada konstruksi tahan
api dilengkapi dengan
penutup otomatis
D. Exit yang paling
sederhana dan efektif
adalah pintu yang
langsung menuju ke
halaman luar bangunan
Contoh lainnya dari peran SPP
kaitan dengan life safety
Ruang-ruang dengan
dinding bergaris tebal
adalah ruangan yang
dikonstruksi tahan api
(fire rated) agar fungsi
eksit sebagai sarana
penyelamatan tidak
terganggu oleh api /
asap kebakaran
3) FUNGSI FIRE & SMOKE
BARRIERS
• Membatasi sebaran nyala api
dan asap masuk ke ruang-
ruang hunian dan sarana jalan
ke luar termasuk eksit
• Implementasinya lewat sistem
kompartemenisasi dan
perlindungan pada bukaan
• Termasuk dalam hal ini
penetapan jarak-jarak aman
antar bangunan bersebelahan /
berdekatan
KOMPARTEMENISASI &
PEMISAHAN
• Kompartemenisasi dimaksudkan sebagai
upaya pemisahan ruangan-ruangan agar
penjalaran kebakaran bisa dicegah
• Persyaratan yang diatur dalam SNI 03-1736-
2000 mencakup batasan umum luas lantai,
kebutuhan ruang terbuka dan akses masuk,
pemisahan oleh dinding tahan api,
pemisahan pada lantai, pemisahan pada saf
lift, pemisahan peralatan
KOMPARTEMENISASI
menurut KEPMEN & SNI

Tipe konstruksi bangunan


URAIAN
Tipe A Tipe B Tipe C
Kelas 5 Maks luas 8000 m2 5500 m2 3000 m2
lantai
atau 9b Maks 48000 m3 33500 m3 18000 m3
volume
Kelas Maks luas 5000 m2 3500 m2 2000 m2
lantai
6,7,8 Maks 30000 m3 21500 m3 12000 m3
atau 9a* volume

* Kecuali daerah perawatan pasien


MEMBENTUK KOMPARTEMENISASI
PERLINDUNGAN PADA
BUKAAN

• Bukaan pada penembusan dinding dan lantai


harus dilindungi dgn penyetop api, damper api /
asap.
• Perlindungan pada dinding luar (kanopi, overhang)
• Sarana proteksi pada bukaan (pintu, penyetop api dll)
• Bukaan pada saf-saf dan persyaratan-nya
• Perlindungan pada pintu ke luar horizontal
• Bukaan untuk instalasi / utilitas
PERLINDUNGAN PADA BUKAAN
• Setiap penembusan di dinding, atap atau lantai kompartemen
harus dilindungi dengan fire stopping
• Setiap saluran udara (ducting) yang menembus dinding
kompartemen harus dipasang damper api / asap
• Bukaan ventilasi pada bangunan yang digunakan untuk saf
pipa, saf ventilasi listrik harus sepenuhnya tertutup dengan
dinding dari bawah sampai atas dengan konstruksi tahan api
Referensi 3M
Beberapa contoh pembatas api &
asap untuk melindungi exit
Sistem kontrol asap
Ventilator di dinding
tertutup, asap dari ruang
terbakar dengan cepat
memenuhi koridor,
menghalangi jalur
penyelamatan

Ventilator dinding dibuka,


asap dengan cepat
tersedot dari koridor.
Beda tekanan antara
ruang-ruang dan luar
bangunan merupakan
unsur penting dalam
desain kontrol asap
Beberapa
contoh
pembatas
api & asap
untuk
melindungi
exit
SISTEM
PRESURISASI Ruang pelindung yang kedap asap
(smokeproof enclosure) dapat diwujud-
kan dengan presurisasi sumur tangga
dengan beda tekanan desain minimum
12,5 kPa bila bangunan dilindungi
sistem sprinkler dan 25 kPA bila bangu-
nan tidak memiliki sistem sprinkler.
Peralatan dan sistem ducting harus
diletakkan sesuai ketentuan berikut :
a. Di bagian luar bangunan yang
disambungkan langsung ke tangga
lewat ducting yang dilindungi
konstruksi tidak mudah terbakar.
b. Di dalam ruang tangga dilindungi
dengan saluran udara masuk dan ke luar
dilindungi konstruksi minimal 2 jam
c. Dalam bangunan yang ditempatkan
terpisah dari bagian bangunan lainnya
dalam konstruksi tahan api 2 jam
Pengaturan jarak bangunan
Jarak aman antar
bangunan

Pemasangan
sprinkler di bagian
luar bangunan

Konstruksi
dinding pemisah
yang tahan api

Tanpa bukaan di
dinding luar
Penyebaran api ke bangunan
lainnya

Radiasi kalor ke bangunan bersebelahan Permukaan pemancar


dan penerima radiasi
Menghitung jarak antar bangunan
 Harus diketahui intensitas radiasi (IR) & faktor konfigurasi pd jarak R,
yakni Ф

 IR = k1Фєα [ (273 + Te)4 – (273 + Tr)4 ] ….. (2), dengan


k1 adalah faktor reduksi radiasi
Ф adalah faktor konfigurasi
є adalah emisivitas dari emiter dan absorbsitvitas penerima = 1
α adalah konstanta Stephan – Boltzmann = 5.67 x 1012 (kW/m2K4)
Te adalah temperatur permukaan emiter (yang terbakar) oC
Tr adalah temperatur permukaan penerima (oC)

 Faktor radiasi pada jarak R dari radiator segi-4 adalah (3) :


Ф = 1/90 [ x/(√1+x2) tan-1{y/(1+x2)} + y/(√1+y2) tan-
1{x/√(1+y2)}]

X = H /2R Y = W /2R
f f
H = tinggi permukaan emiter W = lebar permukaan emiter
f f
R = jarak antara permukaan emiter dan penerima (m)
Nilai kritis Radiasi Penerima, IRC
Kondisi IRC (kW/m2)
Dinding bangunan bersebelahan dari bahan mudah terbakar
- Dari bahan plastik 10.0
- Dari bahan selulosa (kayu, bahan dasar kayu dsb) 12.5
Dinding bangunan bersebelahan dari bahan tidak mudah
terbakar dan dipasang kaca bukan dari kaca jenis tahan api 20.0
(non fire resistant glazing)
Dinding bangunan bersebelahan dari bahan tidak mudah
terbakar dan dipasang kaca jenis tahan api (fire resistant 50.0
glazing)

Nilai IR < IRC kebakaran tidak menyebar


4) Kompensasi persyaratan
khusus life safety lewat SPP
Case : a single exit / exit tunggal

Pada bangunan perkantoran


/ bisnis, maka untuk suatu
ruangan dengan beban
hunian total tidak melebihi
100 orang serta memiliki
exit langsung ke luar
bangunan dan jaraknya dari
setiap titik tidak lebih dari
30m termasuk perjalanan di
ruang exit, maka exit
tunggal diperbolehkan

Bagaimana bila
bangunan tersebut
bertingkat ?
Travel tersebut harus pada level lantai yang sama
Tangga dalam konstruksi tahan api
Tidak ada bukaan di ruang tangga
Contoh
Tinggi tangga tidak lebih dari 4.5m alternatif / kompensasi
Exit discharge ke halaman luar di
ground level Apabila bangunan tersebut
bertingkat termasuk memiliki
bismen, jadi ada tangga, maka
selain beban hunian tidak
melebihi 100 orang dan jarak
ke luar tidak memebihi 30m
(100ft), maka tinggi tangga tsb
harus tidak lebih dari 4,5m (15
ft) yang dilindungi dalam
konstruksi tahan api, diletak-
kan terpisah dari bagian
bangunan lainnya, tidak ber-
jendela dan tangga tsb memi-
liki exit discharge ke halaman
luar di level lantai (ground
level)
Contoh alternatif / kompensasi

Pada setiap bangunan


perkantoran / bisnis yang tidak
lebih dari 3 lantai dengan beban
hunian tidak lebih dari 30 orang
per lantai, diperbolehkan adanya
exit tunggal terpisah untuk
setiap lantai apabila jarak
tempuh total ke luar bangunan
tidak melebihi 30 m (100ft) dan
apabila exit tersebut dilindungi
dalam konstruksi tahan api,
tidak melayani lantai-lantai lain
dan langsung discharge ke luar
bangunan
PERATURAN & STANDAR
terkait dengan SPP
• Kep.Menteri PU no 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran
pada Bangunan dan Lingkungan
• Perda DKI no 03 tahun 1992 tentang
Penanggulangan Kebakaran di Wilayah DKI Jakarta
• Standar Perencanaan Sistem Proteksi Pasif untuk
Pencegahan Kebakaran pd Bangunan (SNI 03-1736-
2000)
• Standar Sarana Jalan Ke Luar (SNI no 03-1746-2000)
• Standar Sistem Pengendalian Asap (SNI no 03-6571-
2000)
• Standar Perencanaan Akses ke Bangunan dan
Lingkungan (SNI no 03-1735-2000)
KESIMPULAN
1. Meningkatnya kompleksitas konstruksi
bangunan semakin di- perlukannya Sistem
Proteksi Pasif (SPP) sebagai salah satu unsur
sistem proteksi total
2. SPP ditekankan kepada aspek pertimbangan
sifat termal bahan bangunan dan fungsi
struktur bangunan untuk melindungi fungsi
sarana jalan ke luar & eksit terhadap sebaran
api / asap.
KESIMPULAN
3. Peran SPP dikaitkan dengan Life Safety meliputi :
a. Meminimasi intensitas kebakaran sehingga
flashover tidak terjadi
b. Mengamankan sarana jalan ke luar termasuk eksit
c. Membatasi penyebaran api & asap masuk ke ruang-
ruang hunian & eksit (fire & smoke barriers)
d. Memberikan alternatif lain agar suatu persyaratan
dapat dipenuhi
4. Ketentuan tentang SPP dicantumkan dalam KEPMEN
10/2000 dan SNI 03-1736-2000, yang perlu segera
direvisi / di-updated
ACTIVE

 DETECTION
 ALARM
 FIRE EXTINGUISHER
 SPRINKLER
 HYDRANT
Fire extinguisher
Fire blanket
Dry extinguisher agent

TRADITIONAL FIXED PORTABLE

DETECTION SYSTEM

MANUAL AUTOMATIC AUTOMATIC


HYDRANT- HOSE RELL SPRINKLER INTEGRATED - SYSTEM

LOCAL APLICATION TOTAL FLOODING


SISTEM PROTEKSI AKTIF

Sistem zona
tunggal, tipikal
SISTEM PROTEKSI AKTIF

Sistem dua zona,


tipikal
SISTEM PROTEKSI AKTIF

Sistem zona
jamak, tipikal dan
Kurva kepadatan
FIRE HYDRANT
Fire Hydrant
Fixed installation of water pipes for
fire fighting
1 1/2 Inc
Hydrant system component
- Water reservoir system
- Pressure system/flow (Pump)
- Pipe lines 2 1/2 Inc
- Outlet Couplings / Pillar / Landing valve 2 1/2 Inc
- Hose and nozzle
- Pressure control & flow system
Out door

Seamiest
Connection

RESERVOIR
Fire Hydrant
WATER RESERVOIR
• Sistem perairan umum yang mempunyai
tekanan & flow rate mencukupi (hydrant umum)
• Tangki penyimpanan air (bawah tanah &
permukaan) cukup untuk menyediakan air
selama 30 menit
• Kolam renang
• Waduk, Danau, Sungai, Laut, Empang, dll
FIRE PUMP SYSTEM
1. UL listed/FM approved
diesel engine
2. Pressure sensing lines
installed per code
requirements
3. Single point electrical
connection
4. UL listed/FM approved fire
pump controller
5. Stuffing box and engine
raw water drain
connections
6. Fire-piped fuel system
7. UL listed/FM approved
horizontal split case fire
pump
TYPES OF FIRE PUMP
• Horizontal Split Case Pump
• End Suction Pump
• Vertical In Line Pump
• Vertical Turbine Pump
KLASIFIKASI HUNIAN
Tingkat resiko bahaya kebakaran

Resiko Ringan Luas 1000-2000 M2


2 titik hydran, tambahan 1 titik
Tiap 1000M2

Resiko Sedang Luas 800-1600 M2


2 titik hydran, tambahan 1 titik
Tiap 800M2

Resiko Berat Luas 600-1200 M2


2 titik hydran, tambahan 1 titik
Tiap 600M2
KARAKTERISTIK TEKANAN HYDRANT

Standar tekanan pada


1 nozzle teringgi & terjauh :
2 max. (H1) = 7.0 kg/cm 2
3 2
min. (H3) = 4.5 kg/cm

Diuji dengan membuka


3 titik nozle :
1. Nozzle terjauh
Q = US GPM 2. Nozzle pertengahan
3. Nozzleterdekat
KELENGKAPAN SIRKIT MOTOR • JENIS KABEL FRC
POMPA KEBAKARAN • DARI SISI IN COMING
• SEBELUM SAKELAR UTAMA

BILA SUPLAI LISTRIK KARAKTERISTIK PENGAMAN


TERPUTUS HARUS ADA HUBUNG PENDEK, TERBUKA
INDIKASI ALARM BILA MERASAKAN 600% In
DALAM WAKTU 20 - 50 DETIK

KENDALI

TIDAK PERLU
PENGAMAN BEBAN LEBIH
Konsep Desain Sprinkler
Data input :
Klasifikasi hunian : Ringan
Sedang I, II, III,
Berat
Khusus

Variabel : Peruntukan bangunan


Jumlah dan sifat penghuni
Konstruksi bangunan
Flammability dan Quantity Material
(Fire loads)

Standard klasifikasi sistem : Ukuran kepala sprinkler


Kepadatan pancaran
High zone
Medium Zone
Low zone

RESERVOIR
System
Sprinkler
High zone
Medium Zone
Low zone

RESERVOAR
SISTEM PROTEKSI AKTIF

Sistem springkler otomatis


SISTEM PROTEKSI AKTIF

Sistem springkler
otomatis
SISTEM PROTEKSI AKTIF

Sistem pemadaman
total luapan
53o C
141o C

68o C
182o C

79o C

201o C
260o C
93o C
Ukuran kepala sprinkler
Klas hunian :
• Ringan : 10 mm - 3/8 in
• Sedang : 15 mm - ½ in
• Berat : 20 mm - 17/32 in

Kapasitas aliran
Q , gpm

Tekanan
Kepala Springkler
Psi 3/8 in 1/2 in 17/32 in
10 9 18 25
15 11 22 32
20 13 25,5 36
25 14,5 28,5 40
35 17 34 47
50 20 40 56,5
75 25 49,5 69
100 28,5 57 80
Jumlah Kepala Springkler

Ukuran
Jumlah kepala sprinkler
pipa Ringan Sedang Berat
1 2 1 2
1¼ 3 2 3
1½ 5 5 5
2 10 8 10
2½ 20* 15 30
3 40* 27 60
3½ 65* 40 100
4 100 55 275
5 160 120
6 275 200*
8 400
Q = A x V (l/men)

Kepadatan pancaran dibagian hidrolik tertinggi dan terjauh

Debit air yang dipancarkan oleh empat kepala sprinkler


dirancang mampu menyerap energi kalor (beban api)
yang ada dalam area yang dibatasi oleh empat kepala sprinkler
R

Q (liter/men)
A (m2)

L
= mm/men

1/2 L
S 1/2 S
R
PERENCANAAN SPRINKLER
Kepadatan pancaran

Resiko Ringan 2,25 mm/men


Luas mak. 84 m2

Resiko Sedang 5 mm/men


I 72 m2
II 144 m2
III 360 m2

Resiko Berat 7,5 - 12,5 mm/men


Luas mak. 260 m2
1 HYDRANT
2 SPRINGKLER
3 LIFT
4 PRESSURIZED FAN
5 EMERGENCY
6 MDB

MDB

1
2
3
4
5
6. Spare
SMOKE HEAT
Halon Extinguishing Agents
CONTROL FIRE (F, Cl, Br)
INDIKATOR

BUZER !!!!!!!!!!!!
Containing TOXIC
ALARM

DISCHART
CONTROL
MUST HAVE HSE PERMIT
VALVE
PANEL

AUTOMATIC TOTAL FLOODING SYSTEM


THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai