Anda di halaman 1dari 49

STATUS PASIEN

RESPIROLOGI
TB PARU ON TREATMENT

PPDS Pembimbing :
KELOMPOK 5: dr. Nur Fajar Budi Mulya

Haspiani M.
Nurdina Takdir SUPERVISOR PEMBIMBING:
Andi Wahyuliana Yusuf dr. Nurjannah Lihawa, Sp.P
Cahya Ramdhani Sila
Gabriella Natalia Dibawakan dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Departemen Pulmonology dan Kedokteran Respirasi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar | 2018
IDENTITAS
Nama : RDL
Tanggal Lahir : 04-05-1973 (45 tahun)
Nomor Rekam Medik : 074974
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Alamat : Jln. Bontoduri VI No. 22
Agama : Islam
Pekerjaan : Tukang Besi
Tanggal masuk : 21-07-2018
ANAMNESIS
• Keluhan Utama : Nyeri dada
• Anamnesis Terpimpin :
Pasien datang dengan nyeri dada di sebelah kanan sejak 2 minggu lalu, hilang timbul.
Nyeri seperti tertusuk – tusuk dan sulit dilokalisir. Nyeri dada memberat sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit.
Sesak mulai dirasakan sejak 5 bulan lalu yang dipengaruhi aktivitas dan memberat 2
minggu terakhir, sesak pada malam hari disangkal. Pasien lebih nyaman saat baring ke kanan.
Batuk sejak 5 bulan terakhir disertai dahak berwarna kehijauan dan 2 bulan terakhir mulai
disertai dengan darah sebanyak 25 cc.
Penurunan berat badan diperhatikan sejak 2 bulan yang lalu dan nafsu makan menurun.
Pasien sementara pengobatan OAT kategori 1 hari ke 29 (FDC). Keringat malam ada. Pasien
merasakan sering demam dan turun dengan obat penurun panas.
Pasien juga mengeluhkan ada benjolan di lehernya, dan pasien tidak merasa nyeri
ANAMNESIS

• Riwayat penyakit sebelumnya :


▫ Riwayat DM disangkal.
▫ Riwayat hipertensi disangkal

• Riwayat psikososial:
▫ Riwayat merokok ada selama 32 tahun, 10 batang/hari (IB sedang)
▫ Riwayat kontak dengan penderita TB disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
• STATUS PASIEN
• Keadaan Umum : Sakit sedang/gizi kurang /composmentis GCS: E4M6V5
• BB : 45 kg
• TB : 158 cm
• IMT : 18.02 (gizi kurang)
• TANDA VITAL
▫ Tekanan Darah : 100/70 mmHg
▫ Nadi : 92 kali/menit, reguler, kuat angkat
▫ Pernapasan : 26 kali/menit, reguler, thoracoabdominal
▫ Suhu : 36,6⁰C
▫ SpO2 : 97% tanpa modalitas
Kepala :
• Ekspresi : Biasa
• Simetris muka : Simetris kiri sama dengan kanan
• Deformitas : (-)
• Rambut : Hitam, lurus, sukar dicabut

Mata :
• Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
• Gerakan : Ke segala arah
• Kelopak Mata : Edema (-)
• Konjungtiva : Anemis (+)
• Sklera : Ikterus (-)
• Kornea : Jernih
• Pupil : Bulat isokor diameter 2,5 mm
Telinga
• Pendengaran :Dalam batas normal
• Tophi : (-)
• Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)

Hidung :
• Perdarahan : (-)
• Sekret : (-)

Mulut:
• Bibir : Pucat (-), kering (-)
• Lidah : Kotor (-), tremor (-)
• Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
• Faring : Hiperemis (-)
• Gigi geligi : Caries dentis (-)
• Gusi : Hiperemis (-)
Leher :
• Kelenjar getah bening: teraba pembesaran KGB jugularis anterior sinistra 1 buah ukuran 1x4 cm dengan
konsistensi kenyal, tidak mobile serta tidak nyeri dan 3 buah pembesaran KGB jugularis anterior dextra ukuran
(1x1 cm) (1x1,5 cm) (1x3 cm) dengan konsistensi kenyal, tidak mobile serta tidak nyeri.
• Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
• Trakea : Tidak ada deviasi
• DVS : R+2 cmH2O
• Pembuluh darah : Tidak ada kelainan
• Kaku kuduk : (-)
• Tumor : (-)

Dada :
-Inspeksi :
• Bentuk : Asimetris, hemithorax dextra tertinggal saat statis dan dinamis
- Tidak ada iga gambang
- Tidak ada retraksi subcostal, intercostal, suprasternalis
• Pembuluh darah : Bendungan vena sentral (-)
• Sela Iga : Dalam batas normal
-Palpasi :
• Fremitus raba : vocal fremitus menurun pada hemithorax dextra
• Nyeri tekan : (-)
• Massa tumor : (-)
• Krepitasi : (-)

-Perkusi :
• Paru kiri : sonor
• Paru kanan : redup di bagian hemithorax dextra setinggi ICS III
• Batas paru-hepar : sulit dinilai
• Batas paru belakang kanan : sulit dinilai
• Batas paru belakang kiri : CV Th. XI sinistra

-Auskultasi:
• Bunyi pernapasan : vesikuler menurun pada hemithorax dextra setinggi ICS III
• Bunyi tambahan : Rhonki tidak ada, Wheezing tidak ada
Jantung :
• Inspeksi : Ictus cordis tampak
• Palpasi : Thrill tidak teraba
• Perkusi : Pekak
• Batas Jantung:
Kanan atas : ICS II linea parasternalis dextra
Kiri atas : ICS II linea midclavicularis sinistra
Kanan bawah : ICS V linea parasternalis sinistra
Kiri bawah : ICS V linea midclavicularis sinistra
• Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, Gallop (-), murmur (-)

Perut
• Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, massa tumor (-)
• Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
• Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa tumor (-), Hepar tidak teraba pembesaran, Lien tidak teraba
pembesaran
• Perkusi : Timpani
Alat Kelamin
• Tidak dilakukan pemeriksaan

Anus dan Rektum


• Tidak dilakukan pemeriksaan

Punggung
• Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa tumor (-)
• Nyeri ketok : (-)
• Gerakan : Dalam batas normal
• Lain-lain : Tidak ada skoliosis

Ekstremitas
• Edema : -/-
• Eritema Palmaris : -/-
• Tidak ada wasting otot, Akral hangat.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• 1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 21-07-2018

Parameter Result Unit Ref. Range


WBC 8.90 x 10^3/uL 4.00 - 10.00
RBC 4.27 x 10^6/uL 3.50 - 5.50
HGB 10.0 g/dL 11.0 – 16.0
HCT 31.9 % 37.0 – 54.0
MCV 74.6 fL 80.0 – 100.0
MCH 23.4 pg 27.0 – 34.0
MCHC 31.4 g/dL 32.0 – 36.0
PLT 613 x 10^3/uL 100 – 300
LED 42 mm/jam <15 mm/jam
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK DAHAK
Tanggal pemeriksaan 21 Juli 2018

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

BTA S (Sewaktu) Negatif Negatif


BTA P (Pagi) Negatif Negatif
BTA S (Sewaktu II) Negatif Negatif
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
A

Foto thorax (23 Juli 2018)


Kesan : TB paru aktif lesi luas
Efusi pleura dextra
A: gambaran bercak berawan
B
B: cavitas
C: efusi pleura

C
PEMERIKSAAN RADIOLOGI

a. USG Thorax (23 Juli 2018)


Kesan : Tampak cairan bebas dengan konsistensi
agak padat pada pleura kanan terpasang marker
sekitar 2 cm dari permukaan
ASSESSMENT
1. TB paru klinis kasus baru pengobatan OAT kategori 1 fase intensif hari
ke 30
2. Limphadenitis TB DD Malignancy
DAFTAR MASALAH
MASALAH SUBJECTIVE DAN OBJECTIVE OBJECTIVE PLANNING TERAPI

1.TB PARU KLINIS KASUS BARU Batuk sejak 5 bulan terakhir disertahi dahak Keadaan Umum : - - 4 FDC 3 tab/ 24 jam/
berwarna kehijauan dan 2 bulan terakhir mulai • Sakit sedang/gizi kurang /composmentis oral
PEMBEIAN OAT KATEGORI 1 FASE disertai dengan darah sebanyak 25 cc. Penurunan GCS: E4M6V5
INTENSIF HARI KE 30 berat badan diperhatikan sejak 2 bulan yang lalu • IMT : 18.02 (gizi kurang)
dan nafsu makan menurun. Pasien sementara • BTA Sewaktu/ Pagi/ Sewaktu = -/-/-
pengobatan OAT kategori 1 hari ke 29 (FDC). • Foto thorax (23 Juli 2018)
Keringat malam ada. Pasien merasakan sering Kesan : TB paru aktif lesi luas,Efusi pleura
demam dan turun dengan obat penurun panas.
dextra

2. LIMPHADENITIS e.c TB DD Batuk sejak 5 bulan terakhir disertahi dahak Kelenjar getah bening: teraba pembesaran KGB  FNAB -
berwarna kehijauan dan 2 bulan terakhir mulai jugularis anterior sinistra 1 buah ukuran 1x4 cm
MALIGNANCY disertai dengan darah sebanyak 25 cc. Penurunan dengan konsistensi kenyal, tidak mobile serta
berat badan diperhatikan sejak 2 bulan yang lalu tidak nyeri. Terdapat 3 buah pembesaran KGB
dan nafsu makan menurun. Pasien sementara jugularis anterior dextra ukuran (1x1 cm) (1x1,5
pengobatan OAT kategori 1 hari ke 29 (FDC). cm) (1x3 cm) dengan konsistensi kenyal, tidak
Keringat malam ada. Pasien merasakan sering mobile serta tidak nyeri.
demam dan turun dengan obat penurun panas.
Pasien juga mengeluhkan ada benjolan di
lehernya, tidak nyeri
3. EFUSI PLEURA ET CAUSA Pasien datang dengan nyeri dada di sebelah kanan Thorax • Pungsi  Thoracosintesis
TUBERCULOSIS DD sejak 2 minggu lalu, hilang timbul. Nyeri seperti I:Bentuk asimetris hemithorax dextra pleura
MALIGNANCY tertusuk – tusuk dan sulit dilokalisir. Nyeri dada tertinggal saat statis dan dinamis • Pemeriksaan
memberat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. P:Vocal fremitus menurun pada hemithorax dextra BTA cairan
Sesak mulai dirasakan sejak 5 bulan lalu yang P:Paru kanan : redup di bagian hemithorax dextra pleura
dipengaruhi aktivitas dan memberat 2 minggu setinggi ICS III • Pemeriksaan
terakhir, sesak pada malam hari disangkal. Pasien A :Bunyi napas vesikuler menurun pada cytologi
lebih nyaman saat baring ke kanan. hemithorax dextra setinggi ICS III cairan pleura
• Pemeriksaan
USG Thorax (23 Juli 2018) analisa
Kesan : Tampak cairan bebas dengan konsistensi cairan pleura
agak padat pada pleura kanan terpasang marker
sekitar 2 cm dari permukaan

Foto thorax (23 Juli 2018)


Kesan : Efusi pleura dextra

4. HEMOPTISIS e.c TB dd Paien mengeluhkan batuk 2 bulan terakhir - • Drips Adona 25 mg


MALIGNANCY disertai dahak berwarna kehijauan bercampur dalam NaCl 0.9%/8jam
darah sebanyak 25 cc • Asam tranexamat
500mg/8jam/intravena
• Vit C 3 x 1
• Codein 10
mg/8jam/oral
5. ANEMIA MIKROSITIK - konjungtiva anemis ada - Pemeriksaan -
HIPOKROMA ADT
Pemeriksaan darah rutin (21 Juli 2018)
Hemoglobin : 10 gr/dl
MCV : 74,6 fL (80 – 100 fL)
MCH : 23,4 pg (27 – 34 pg)
MCHC : 31,4 % (32 – 36 %)

6. MALNUTRISI S: Penurunan berat badan diperhatikan sejak 2 Keadaan Umum:Sakit sedang/gizi kurang - - Intake yang ade kuat
bulan yang lalu dan nafsu makan menurun. /composmentis GCS: E4M6V5 dengan kebutuhan Energi:
IMT : 18.02 (gizi kurang) 2600 kkal, protein 100 gr
FOLLOW UP
Tanggal Subjektif Objektif Assessment Planning Terapi

24/07/ 2018 Batuk darah ada, berlendir sesak KU : Sakit sedang/gizi kurang/ compos mentis • Hemoptisis ec TB • Darah rutin • Oksigen 2-4 liter/menit
06.05 berulang , nyeri dada tidak ada, TD:90/70mmHg Paru • Foto thorax
nafsu makan menururun N: 98 kali/menit • TB paru on • Usg thorax • Infus natrium chlorida
P: 24 kali/menit treatment kategori • Pungsi pleura 0,9 % 20 tetes/menit
S: 36,1 C 1 Fase Intensif
Spo2 : 97 % hari ke 28 • Infus adona 25 mg
• Efusi pleura dextra dalam NaCl 0,9 % 500
Leher : teraba pembesaran KGB jugularis anterior 1sinistra et causa TB dd ml/8 jam
ukuran 1x4 cm dengan konsistensi kenyal, tidak mobile malignancy
serta tidak nyeri. Terdapat 3 buah pembesaran KGB • Limfadenitis TB • Asam tranexamat 50
jugularis anterior dextra ukuran (1x1 cm) (1x1,5 cm) (1x3 dd malignancy mg/8 jam / intravena
cm) dengan konsistensi kenyal, tidak mobile serta tidak • Anemia mikrositik
nyeri hipokrom • Codein 10 g/8 jam/oral

Thorax : • Vit c 3 dd 1
I : asimetris, hemithorax dextra tertinggal
P : Vokal premitus menurun pada hemithorax dextra, nyeri • Sulfas ferro 3 dd 1
tekan tidak ada
• 4 FDC 3 tablet/24
P : pekak hemithorax dextra setinggi ICS III
A : Bunyi napas vesikuler, menurun pada hemithorax dextra jam/oral
Bunyi tambahan
- Ronkhi - - -Wheezing - -
- - - -
- - - -
Tanggal Subjektif Objektif Assessment Planning Terapi

25/07/ 2018 Batuk darah berkurang, batuk KU : Sakit sedang/gizi kurang/ compos mentis • Hemoptisis ec TB • Darah rutin • Oksigen 2-4 liter/menit
06.05 berlendir ada, sesak berkurang, TD:100/60 mmHg Paru • Foto thorax
nyeri dada tidak ada, nafsu makan N: 100 kali/menit • TB paru on • Usg thorax • Infus natrium chlorida
mulai membaik. P: 26 kali/menit treatment kategori • Pungsi pleura 0,9 % 20 tetes/menit
S: 36,5 C 1 Fase Intensif
Spo2 : 97 % hari ke 29 • Infus adona 25 mg
• Efusi pleura dextra dalam NaCl 0,9 % 500
Leher : teraba pembesaran KGB jugularis anterior 1sinistra et causa TB dd ml/8 jam
ukuran 1x4 cm dengan konsistensi kenyal, tidak mobile malignancy
serta tidak nyeri. Terdapat 3 buah pembesaran KGB • Limfadenitis TB • Asam tranexamat 50
jugularis anterior dextra ukuran (1x1 cm) (1x1,5 cm) (1x3 dd malignancy mg/8 jam / intravena
cm) dengan konsistensi kenyal, tidak mobile serta tidak • Anemia mikrositik
nyeri hipokrom • Codein 10 g/8 jam/oral

Thorax : • Vit c 3 dd 1
I : asimetris, hemithorax dextra tertinggal
P : Vokal premitus menurun pada hemithorax dextra, nyeri • Sulfas ferro 3 dd 1
tekan tidak ada
• 4 FDC 3 tablet/24
P : pekak hemithorax dextra setinggi ICS III
A : Bunyi napas vesikuler, menurun pada hemithorax dextra jam/oral
Bunyi tambahan
- Ronkhi + - -Wheezing + -
- - + -
- - + -
Tanggal Subjektif Objektif Assessment Planning Terapi

26/07/ 2018 Batuk darah tidak ada, batuk KU : Sakit sedang/gizi kurang/ compos mentis • Hemoptisis ec TB • Darah rutin • Oksigen 2-4 liter/menit
06.05 berlendir ada warna kehijauan, TD:100/60 mmHg Paru • Foto thorax
sesak ada terutama saat berjalan, N: 95 kali/menit • TB paru on • Usg thorax • Infus natrium chlorida
nyeri dada tidak ada, nafsu makan P: 264kali/menit treatment kategori • Pungsi pleura 0,9 % 20 tetes/menit
membaik. S: 36,5 C 1 Fase Intensif
Spo2 : 97 % hari ke 30 • Infus adona 25 mg
• Efusi pleura dextra dalam NaCl 0,9 % 500
Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik et causa TB dd ml/8 jam
malignancy
Leher : teraba pembesaran KGB jugularis anterior 1sinistra • Limfadenitis TB • Asam tranexamat 50
ukuran 1x4 cm dengan konsistensi kenyal, tidak mobile dd malignancy mg/8 jam / intravena
serta tidak nyeri. Terdapat 3 buah pembesaran KGB • Anemia mikrositik
jugularis anterior dextra ukuran (1x1 cm) (1x1,5 cm) (1x3 hipokrom • Codein 10 g/8 jam/oral
cm) dengan konsistensi kenyal, tidak mobile serta tidak
nyeri • Vit c 3 dd 1

Thorax : • Sulfas ferro 3 dd 1


I : asimetris, hemithorax dextra tertinggal
• 4 FDC 3 tablet/24
P : Vokal premitus menurun pada hemithorax dextra, nyeri
tekan tidak ada jam/oral
P : pekak hemithorax dextra setinggi ICS III
A : Bunyi napas vesikuler, menurun pada hemithorax dextra
Bunyi tambahan
- Ronkhi - - -Wheezing - -
- - - -
- - - -
TB PARU
TUBERKULOSIS PARU
1. DEFINISI
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularannya adalah
pasien TB BTA positif melalui dahak yang dikeluarkannya.

(Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis,, 2014)


2. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
menyebutkan bahwa tuberkulosis adalah penyebab kematian pertama pada golongan penyakit
infeksi. Pada tahun 2004, WHO memperkirakan setiap tahunnya muncul 115 orang penderita
tuberkulosis paru menular (BTA positif) pada 100.000 penduduk. Saat ini Indonesia masih
menduduki urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan China.
Hasil Riskesdas 2013 memaparkan morbiditas TB menurut karakteristik sosiodermografi
bahwa besaran masalah TB antar kelompok pada tiap karakteristik menunjukkan perbedan.
Gambaran kesakitan menurut karakteristik umur menunjukkan bahwa kelompok umur >45 tahun
memiliki prevalensi yang lebih tinggi di antara kelompok lainnya. Pada karakteristik pendidikan,
prevalensi semakin rendah seiring dengan tingginya tingkat pendidikan. Prevalensi berdasarkan
pekerjaan bahwa penduduk yang tidak bekerja ternyata memiliki prevalensi tertinggi. Tingkat
ekonomi menunjukkan perbedaan berarti hanya pada kelompok teratas, yaitu dengan prevalensi
terendah yaitu 0,2.

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)&(RISKESDAS 2013)


PATOGENESIS
3. FAKTOR RESIKO

• Daya tahan tubuh


• Kondisi lingkungan
• Status sosial ekonomi
• Gizi buruk
• Gaya hidup
• Genetik
• Adanya penyakit lain seperti diabetes,HIV

Fathiyah, 2011. Diagnosis TB Dewasa dan Anak Berdasarkan ISTC.


4. KLASIFIKASI TB
Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
• TB MR
Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB • TB PR
paru dibagi dalam:
a. Tuberkulosis Paru BTA (+) • TB MDR
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)
• TB XDR
• TB RR
Berdasarkan Tipe Penderita
• Status HIV
a. Kasus baru
b. Kasus kambuh (relaps) • HIV (+)
c. Kasus pindahan (Transfer In)
d. Kasus lalai berobat • HIV (-)
• Status HIV tidak diketahui

(Tuberkulosis 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis)


5. DIAGNOSIS

1. Gejala klinik
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan bakteriologik
4. Pemeriksaan radiologik

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


GEJALA KLINIK
Gejala Respiratorik Gejala Sistemik
✓ Batuk ≥ 3 minggu • Demam
✓ Batuk darah (hemoptisis) • Malaise
✓ Sesak napas • Keringat malam
✓ Nyeri dada • Berat badan menurun
• Anorexia

PEMERIKSAAN FISIS
TB Paru
Pada permulaan perkembangan penyakit • Suara napas bronkial
umumnya tidak ditemukan kelainan.
• Amforik
• Suara napas melemah
• Ronki basah
• Tanda penarikan paru, diafragma,
mediastinum
(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIK

1. Sputum BTA
2. Kultur sputum

Bahan pemeriksaan
SPUTUM BTA
• Sputum
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
• Cairan pleura
1. Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
• Liquor cerebrospinalis
2. Pagi (keesokan harinya )
• Bilasan bronkus
3. Sewaktu / spot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
• Bilasan lambung

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


Skala IUATLD (International
Union Against Tuberculosis and
Lung Disease) :

• Tidak ditemukan BTA dalam 100


lapang pandang : (-)
• 1-9 BTA dalam 100 lapang
pandang, ditulis jumlah kuman
yang ditemukan (scanty)
• 10-99 BTA dalam 100 lapang
pandang : (1+)
• 1-10 BTA dalam 1 lapang
pandang : (2+)
• >10 BTA dalam 1 lapang
pandang : (3+)

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


PEMERIKSAAN RADIOLOGI
• Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
• Pemeriksaan lain atas indikasi: foto top-lordotik, oblik, CT-scan.

• Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi aktif:


– Bayangan berawan/ nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah.
– Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular.
– Bayangan bercak milier.
– Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


Gambaran radiologik yang
dicurigai lesi TB inaktif:
• Fibrotik
• Kalsifikasi
• Kompleks ranke
• Penebalan Pleura

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


TATALAKSANA
Tahap Awal (intensif)
• Pada tahap intensif (awal) pasien
Pengobatan mendapat obat setiap hari dan
tuberculosis paru perlu diawasi secara langsung
untuk mencegah terjadinya
resistensi obat.
• Bila pengobatan tahap intensif
tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menjadi tidak
Fase Fase menular dalam kurun waktu 2
intensif (2-3 lanjutan (4 / minggu.
bulan) 7 bulan) • Sebagian besar pasien TB BTA Tahap Lanjutan
positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan. • Pada tahap lanjutan pasien
mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang
lebih lama
• Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persisten
sehingga mencegah terjadinya
(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)
kekambuhan
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) Kategori-2 (2(HRZE)S/ HRZE/
5(HR)3E3)
Obat yang dipakai: Kategori-1 (2HRZE/ 4HR) Paduan OAT ini diberikan untuk
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: Paduan OAT ini diberikan untuk pasien pasien BTA positif yang telah diobati
baru: sebelumnya:
• Rifampisin
• Isoniazid • Pasien baru TB paru BTA positif. • Pasien kambuh
• Pirazinamid • Pasien TB paru BTA negatif foto • Pasien gagal
• Ethambutol toraks positif • Pasien dengan pengobatan
• Streptomisin setelah putus berobat (default)
• Pasien TB ekstra paru

2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)


terdiri dari :
• 4 OAT dalam satu tablet, yaitu RHZE
(150/75/400/275)
• 2 OAT dalam satu tablet, yaitu RH (150/150)

3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)


• Aminoglikosida (kanamisin, amikasin, capreomycin)
• Fluorokuinolon (levofloksasin, moksifloksasisn)
• Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin
+ asam klavulanat
• Derivat rifampisin dan INH

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


PENGOBATAN SUPORTIF / SIMPTOMATIK
1. Penderita rawat jalan
a. Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin
tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk penderita
tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya) Kriteria Sembuh
b. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam. Bila perlu dapat • BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir
diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan lain. fase intensif dan akhir pengobatan) dan telah
mendapatkan pengobatan yang adekuat
2. Penderita rawat inap • Pada foto toraks, gambaran radiologik serial
a. Indikasi rawat inap : TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb : tetap sama/ perbaikan
- Batuk darah (profus) • Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah
- Keadaan umum buruk biakan negatif
- Pneumotoraks
- Empiema
- Efusi pleura masif / bilateral
- Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)
TB di luar paru yang mengancam jiwa :
- TB paru milier
- Meningitis TB
b. Pengobatan suportif / simtomatik yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis
dan indikasi rawat

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


Komplikasi
- Batuk darah
- Pneumotoraks
- Luluh paru
- Gagal napas
- Gagal jantung
- Efusi pleura
PENCEGAHAN

Pencegahan dapat dilakuka dengan cara :


• Terapi pencegahan
• Diagnosis dan pengobatan TB paru BTA positif untuk
mencegah
penularan

Terapi pencegahan :
Kemoprofilaksis diberikan kepada penderita HIV atau AIDS.
Obat yang digunakan pada kemoprofilaksis adalah Isoniazid
(INH) dengan dosis 5 mg / kg BB (tidak lebih dari 300 mg )
sehari selama minimal 6 bulan.
Lymphadenitis Tuberculosis
LYMPHADENITIS TUBERCULOSIS
1. DEFINISI
Limfadenitis tuberculosis adalah inflamasi granuloma spesifik yang bersifat kronik dengan nekrosis
kaseosa yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberculosis

(Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis,, 2014)

2. EPIDEMIOLOGI
Limfadenitis tuberculosis meningkat seiring dengan meningkatnya infeksi tuberkulosis di dunia.
Pasien lymphadentis tuberculosis hampir 35 % dari pasien tuberkulosis extraparu yang meliputi
sekitar 15% - 20% dari semua kasus infeksi tuberculosis.
(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)
PATOGENESIS LYMPHADENITIS TUBERCULOSIS
4. KLASIFIKASI LYMPHADENITIS TUBERCULOSIS

Klasifikasi Lymphadenitis Tuberculosis Berdasarkan Jones and


Campbell
1. Stage 1 : membesar,batas tegas, mobile, discrete nodes
memperlihatkan hiperplasia reaktif non spesifik
2. Stage 2 : nodul besar kenyal yang melekat pada jaringan
sekitar karena periadenitis
3. Stage 3 : perlunakan daerah sentral karena terjadi
pembentukan abses
4. Stage 4 : collar – stud abses
5. Stage 5 : pembentukan saluran sinus

(Tuberkulosis 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis)


5. DIAGNOSIS

1. Gejala klinik
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


GEJALA KLINIS
Gejala Sistemik
• Demam ringan
• Malaise
• Keringat malam
• Berat badan menurun
• Cepat lelah

PEMERIKSAAN FISIS
Pembengkakan dari kelenjar getah bening leher, mediastinum,
axilla,mesenterika, portal hepatik, perihepatik dan inguinal.

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Biopsi
• Kultur
• Pewarnaan basil tahan asam
• Uji tuberkulin
• Molekuler Test
• USG, Ct, MRI

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


TATALAKSANA

Pengobatan
Gejala Sistemik
lymphadenitis
tuberculosis • Demam ringan
• Malaise
• Keringat malam
• Berat badan menurun
Fase Fase • Cepat lelah
intensif (2 lanjutan (10
bulan) bulan)
2 RHZE 10 RH

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


DAFTAR PUSTAKA
Bonaffini, P.A., et al . 2011. Imaging features in pulmonary and extra-pulmonary tuberculosis. European
Society of Radiology. DOI: 10.1594/ecr2011/C-0985.
Heemskerk, D., Caws, M., Marais, B., Farrar, J. 2015. Tuberculosis in Adults and Children.
London: Springer; 2015. ISBN-13: 978-3-319-19131-7. From
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK344402/. Accessed 20 Mei 2016.
Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. ISBN: 978-
602-235-733-9.t
RISKESDAS 2013.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai