NAMA KELOMPOK :
CAESILIA KHAIRUNISA
FITRIANI RAHMAWATI
PEMBIMBING :
DR. HANNA HIDAJAT SP.AN, KIC, KAKV
Anestesi umum merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral
disertai hilangnya kesadaran (reversible).
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknik anestesi, penemuan obat-obatan yang lebih efektif serta
aman melalui berbagai penelitian, didapatkan hasil bahwa obat-obatan anestesi intravena selain
digunakan untuk keperluan induksi, dapat digunakan juga sebagai rumatan untuk menggantikan
rumatan dengan anestesi inhalasi. Teknik ini disebut total intravenous anesthesia (TIVA).
TIVA bertujuan mencapai kondisi anestesi yang imbang melalui penyuntikan obat tunggal atau
kombinasi beberapa macam obat.
Indikasi Pemberian Anestesi Intravena
1. Obat induksi anastesi umum
2. Obat tunggal untuk anastesi pembedahan singkat
3. Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang kuat
4. Obat tambahan anastesi regional
5. Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan SSP
Obat anestesi intravena setelah berada di dalam vena, obat-obat ini akan diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi sistemik.
Obat anestesi yang ideal memiliki sifat:
1) hipnotik dengan onset cepat serta mengembalikan kesadaran dengan cepat segera
sesudah pemberian dihentikan;
2) analgetik;
3) amnesia;
4) memiliki antagonis;
5) cepat dieliminasi;
6) depresi kardiovaskular dan pernafasan tidak ada atau minimal;
7) farmakokinetik tidak dipengaruhi atau minimal terhadap disfungsi organ.
Obat-obatan Premedikasi
Analgesik narkotik
Morfin ( amp 1cc = 10 mg), dosis 0,1 mg/kgBB
Farmakokinetik: morfin diabsorbsi diusus. Setelah pemberian dosis tunggal, sebagian
morfin mengalami konjugasi dengan asam glukoronat dihepar, sebagian keluar dalam
bentuk bebas dan 10 % tidak diketahui. Eksresi morfin terutama melalui ginjal, sebagian
kecil ditinja dan keringat.
Farmakodinamik: morfin memiliki efek analgetik dan narkose terhadap susunan saraf
pusat. Morfin menimbulkan rasa kantuk, tidak dapat berkonsentrasi sukar berfikir, apatis
dan aktivitas motorik berkurang.
Dosis dan sediaan. yang biasa digunakan ialah garam HCl, garam sulfat, atau fosfat
alkaloid morfin, dengan sediaan 1 amp 10mg/ml.
Efek samping. Morfin menyebabkan idiosinkrasi dan alergi yaitu menyebabkan mual
dan muntah terutama pada wanita, urtikaria, eksantem, dermatitis kontak, pruritus dan
bersin. Pada intoksikasi akut, pasien akan tertidur sopor atau koma jika intoksikasi cukup
berat. Frekuensi nafas terlambat, 2-4x/menit, pernafasan Cheyne Stokes, sianotik, muka
merah agak kebiruan, sampai terjadi syok, dan pin point pupils.
Petidin ( amp 2cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBB
Farmakokinetik: kadar puncak dalam plasma biasanya dicapai dalam 45 menit dan
kadar yang dicapai sangat bervariasi antar individu. Setelah pemberian secara IV, kadar
dalam plasma menurun secara cepat dalam 1-2 jam pertama, kemudian penurunan
berlangsung dengan lambat. Kurang lebih 6% petidin terikat dengan protein dalam
plasma. Petidin dimetabolisme didalam hati, dihidrolisis menjadi asam meperidinat yang
selanjutnya mengalami konjugasi. Masa paruhnya ± 3 jam.
Farmakodinamik: petidin atau meperidin bekerja pada reseptor μ. Pada susunan saraf
pusat petidin menimbulkan analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas, dan efek sentral
lain.
Dosis. Meperidin HCl tersedia dalam bentuk tablet 50mg dan 100mg dan ampul 2ml/100
mg. Pemberian petidin biasanya peroral atau IM. Pemberian IV menimbulkan reaksi
lebih sering dan lebih berat. Pemberian 50-100mg petidin secara parenteral menghilang
kan nyeri sedang atau hebat pada sebagian besar pasien.
Efek samping. Berupa pusing, berkeringat, euforia, mulut kering, mual, muntah,
perasaan lemah, gangguan penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop dan sedasi. Pada
pasien dengan penyakit hati dan orang tua, dosis obat harus dikurangi karena terjadinya
perubahan disposisi obat. Bila obat diberikan bersama antipsikosis, hipnotik sedatif, dan
obat-obat lain penekan SSP, dosis obat juga harus dikurangi.
Fentanyl ( fl 10cc = 500 mg), dosis 1-3µgr/kgBB
Farmakokinetik. Farmakokinetik fentanil bervariasi pada tiap individu. Setelah
pemberian melalui bolus intravena, konsentrasi plasma turun dengan cepat (waktu paruh
distribusi sekitar 13 menit). Waktu paruh berkisar antara 3-4 jam dan dapat memanjang
hingga 7-8 jam pada beberapa pasien. Fentanil dimetabolisir oleh hati dengan
N-dealkilasi dan hidroksilasi, metabolik dapat didapatkan di darah dalam 1-2 menit
setelah pemberian. Sisa metabolisme dieksresikan di urin dalam beberapa hari.
Farmakodinamik. Fentanil bekerja pada reseptor spesifik di otak dan medulla spinalis
untuk menurunkan rasa nyeri dan respons emosional terhadap nyeri. Sistem
kardiovaskuler. Kardiovaskular cenderung tidak mengalami perubahan signifikan setelah
pemberian fentanil, namun kadang dalam dosis besar dapat menyebabkan bradikardi
yang memerlukan terapi atropin.
Dosis. Fentanil dosis 1-3µg/kgBB memiliki efek analgetik yang hanya berlangsung 30
menit, karena itu hanya digunakan dalam pembedahan dan tidak untuk pasca bedah.
Dosis besar 50-150µg/kgBB digunakan untuk induksi dan pemeliharaan anestesi dengan
kombinasi dengan benzodiazepine dan anestetik inhalasi dosis rendah pada bedah
jantung selain itu juga dapat mencegah peningkatan kadar gula, katekolamin plasma,
ADH, rennin, aldosteron dan kortisol.
Efek samping. Efek yang kurang disukai akibat pemberian fentanil adalah kekakuan
otot punggung yang sebenarnya dapat dicegah dengan pemberian pelumpuh otot.
Analgesik non narkotik
Ketorolac
Ketorolac merupakan antigonis poten dengan efek antiinflamasi sedang. Absorbsi oral
dan intramuskular berlangsung cepat mencapai puncak dalam 30-50 menit.
Biaavailabilitas oral 80% dan hampir seluruhnya terikat protein.
Ketorolak IM sebagai analgesik pasca bedah memperlihatkan efektivitas sebanding
morfin/petidin dosis umum. Masa kerja lebih panjang dan efek samping lebih ringan.
Dosis IM 30-60mg, IV 15-30 mg. Efek sampingnya berupa nyeri ditempat suntikan,
gangguan saluran cerna, kantuk, pusing , dan sakit kepala. Karena ketorolac sangat
selektif menghambat COX-1, maka obat ini tidak dilanjur dipakai lebih dari 5 hari karena
kemungkinan tukak lambung.
Hipnotik
Ketamin ( fl 10cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBB
Pentotal (amp 1cc = 1000 mg), dosis 4-6 mg/kg
BB
Sedatif
Obat-obat Anestesi Umum Intravena
PROPOFOL
Waktu paruh 24-72 jam. Dosis induksi cepat menimbulkan sedasi (30-45 detik)
durasi berkisar antara 20-75 menit
Setelah pemberian bolus intravena, konsentrasi dalam plasma berkurang dengan
cepat dalam 10 menit pertama (waktu paruh 1-3 menit) kemudian diikuti bersihan
lebih lambat dalam 3-4 jam (waktu paruh 20-30 menit)
Kedua fase ini menunjukkan distribusi dari plasma dan ambilan oleh jaringan yang
cepat
Propofol menghambat metabolisme obat oleh sitokrom p450 menyebabkan
perlambatan klirens dan durasi yang memanjang pada pemberian bersama dengan
fentanyl, alfentanil dan propanolol
Farmakodinamik
Sistem Saraf Pusat Sistem Kardiovaskuler
Dosis induksi : pasien kehilangan kesadaran Induksi bolus 2-2,5 mg/kg menyebab
dengan cepat akibat ambilan obat lipofilik kan depresi pada jantung dan pembuluh
yang cepat oleh SSP dosis yang kecil darah dimana tekanan dapat turun.
dapat menimbulkan efek sedasi Hal ini disebabkan oleh efek dari propofol
Pada pemberian dosis induksi (2mg/kgBB) yang menurunkan resistensi vascular
pemulihan kesadaran berlangsung cepat. sistemik sebanyak 30%.
Dapat menyebabkan perubahan mood tapi Pernafasan spontan (dibanding nafas
tidak sehebat thiopental. kendali) serta pemberian drip melalui infus
Propofol penurunan aliran darah ke otak (dibandingkan dengan pemberian melalui
dan konsumsi oksigen otak menurunkan bolus) mengurangi depresi jantung.
tekanan intrakranial dan tekanan intraokular
sebanyak 35%
Sistem Pernafasan
Apnoe paling banyak didapatkan pada pemberian propofol dibanding obat intravena
lainnya berlangsung selama 30 detik
Dapat memanjang dengan pemberian opioid sebagai premedikasi atau sebelum
induksi dengan propofol menurunkan frekuensi pernafasan dan volume tidal.
Efek ini biasanya bersifat sementara namun dapat memanjang pada penggunaan
dosis yang melebihi dari rekomendasi atau saat digunakan bersamaan dengan
respiratory depressants.
Dosis
Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum, pada
pasien dewasa dan pasien anak – anak usia lebih dari 3 tahun.
Dosis yang dianjurkan untuk induksi :
- pasien lebih dari 3 tahun dan kurang dari 55 tahun adalah 2-2.5 mg/kgBB
- pasien lebih dari 55 tahun, pasien lemah atau dengan ASA III/IV: 1-1.5 mg/kgBB.
Untuk pemeliharaan dosis yang dianjurkan :
- pasien lebih dari 3 tahun dan kurang dari 55 tahun adalah 0.1-0.2 mg/menit/kgBB
- pasien lebih dari 55 tahun, pasien lemah atau dengan ASA III/IV: 0.05-0.1 mg/menit/
kgBB
Dosis dapat menimbulkan sedasi adalah 0.1-0.15 mg/kgBB sebagai dosis inisial
dengan dosis pemeliharaan yang dianjurkan pada pasien lebih dari 3 tahun dan
kurang dari 55 tahun adalah 0.025-0.075 mg/menit/kgBB dan untuk pasien lebih dari
55 tahun, pasien lemah atau dengan ASA III/IV: 0.02-0.06 mg/menit/kgBB.
Efek Samping
Sistem pernafasan.
Efek utama ialah depresi pernafasan karena efek langsung ke pusat pernafasan dan
penurunan sensitivitas terhadap kadar CO2 sehingga PCO2 akan meningkat dan pH
darah akan naik. Efek ini akan bertambah jelas apabila sebelumnya diberikan opioid
atau obat depresan yang lain.
Dosis
Dosis induksi yang lambat 2-6mg/kgBB, sedangkan untuk induksi yang cepat 3-4 mg/kgBB
dibagi dalam 2-4 dosis.
Untuk pasien bedah saraf dengan peningkatan tekanan intracranial 1.5-3.5 mg/kgBB
dengan ventilator mekanik yang mendukung dan pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal dengan GFR kurang dari 10ml/menit dapat diberikan 75% dari dosis normal dengan
interval yang sama dengan dosis normal
Tiopental dapat digunakan untuk:
1. induksi pada anestesi umum;
2. operasi atau tindakan yang singkat, contohnya: reposisi fraktur, insisi, jahit luka, tindakan gi
nekologi keci seperti curettage;
3. Sedasi pada analgesi regional;
4. mengatasi kejang-kejang pada eklampsia, tetanus, epilepsi, dan lain-lain
Efek Samping
o rasa sakit
o Bengkak
o kemerah-merahan
o dapat terjadi nekrosis.
Onset kerja ketamin pada pemberian intravena lebih cepat dibandingkan pemberian
intramuskular.
Onset pada pemberian intravena adalah 30 detik sedangkan dengan pemberian
intramuskular membutuhkan waktu 3-4 menit, tetapi durasi kerja juga didapatkan
lebih singkat pada pemberian intravena (5-10 menit) dibandingkan pemberian
intramuskular (12-25 menit).
Metabolisme terjadi di hepar dengan bantuan sitokrom P450 di reticulum
endoplasma halus menjadi norketamine yang masih memiliki efek hipnotis namun
30% lebih lemah dibanding ketamine, yang kemudian mengalami konjugasi oleh
glukoronida menjadi senyawa larut air untuk selanjutnya diekskresikan melalui urin
Farmakodinamik
Sistem pernafasan.
Depresi pernafasan kecil sekali dan hanya sementara, kecuali dosis terlalu besar dan
adanya obat-obat depressan sebagai premedikasi.
Ketamin menyebabkan dilatasi bronkus dan bersifat antagonis terhadap efek
konstriksi bronkus oleh histamin, sehingga baik untuk penderita asma dan untuk
mengurangi spasme bronkus pada anesthesia umum yang masih ringan
Dosis
Dosis yang dianjurkan untuk induksi pada pasien dewasa adalah 1-4mg/kgBB atau
1-2mg/kgBB dengan lama kerja 15-20 menit,
Melalui infus dengan kecepatan 0.5mg/kgBB/menit,
Untuk anak-anak banyak rekomendasi.
- Menurut Mace, et al dosis induksi adalah 1-2 mg/kgBB
- Menurut Harriet Lane, 0.25-0.5 mg/kgBB. Dengan dosis tambahan setengah dari
dosis awal sesuai kebutuhan.
Untuk sedasi dan analgesik dosis yang dianjurkan adalah 0.2-0.8 mg/kgBB intravena
dan untuk mencegah nyeri dosis yang dianjurkan adalah 0.15-0.25 mg/kgBB
intravena.(5) Ketamin dapat diberikan bersama dengan diazepam atau midazolam
dengan dosis 0.1mg/kgBB intravena dan untuk mengurangi salvias dapat diberikan
sulfas atropine 0.01mg/kgBB.(3)
Indikasi. Kontra Indikasi.
Ketamin dipakai baik sebagai obat tunggal maupun Ketamin tidak dianjurkan untuk diguna
sebagai induksi pada anestesi umum : kan pada :
1. untuk prosedur dimana pengendalian jalan nafas 1. Pasien hipertensi dengan tekanan
sulit, misalnya pada koreksi jaringan sikatriks darah sistolik 160mmHg dan
daerah leher diastolic 100mmHg
2. Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf 2. Pasien dengan riwayat CVD
atau radiologi (radiografi) 3. pasien dengan decompensatio
3. tindakan ortopedi, misalnya reposisi cordis. Penggunaan ketamin juga
4. pada pasien dengan resiko tinggi karena harus hati-hati pada pasien
ketamin yang tidak mendepresi fungsi vital; dengan riwayat kelainan jiwa &
5. untuk tindakan operasi kecil; operasi-operasi pada daerah
faring karena reflex masih baik.
6. di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada;
7. pasien asma.
Efek Samping
Di masa pemulihan pada 30% pasien didapatkan mimpi buruk sampai halusinasi visual
yang kadang berlanjut hingga 24 jam pasca pemberian. Namun efek samping ini dapat
dihindari dengan pemberian opioid atau benzodiazepine sebagai premedikasi.