(= radang kornea)
berdasar lokasi dpt dibagi :
• Keratitis Pungtata
Keratitis yg berkumpul di daerah membran Bowman, dg infiltrat
bercak-bercak halus.
• KERATITIS VIRAL
1. Keratitis Herpetik
– epitelial (dendritik) : pembelahan virus di dlm epitel → tukak
kornea superfisial
– stromal (diskiformis) : reaksi imunologik → radang.
– Terapi : Idoxuridine (IDU, toksik) fl 1% / 1jam ,salep o,5% / 4jam.
Vibrabin salep. Trifluorotimidine (TFT). Acyclovir salep 3% /4jam
(ES minimal)
4. Keratitis Disiformis
Profunda superfisial.
Berupa reaksi alergi / imunologik thd virus herpes
simpleks.
KERATITIS ALERGI
1. Keratokonjungtivitis flikten
– Gejala klinis : Hiperemia konjungtiva, kurangnya air
mata, menebalnya epitel kornea, panas, gatal. Papul
dan Pustula pd kornea / konjungtiva. “Flikten” : benjolan
putih keabuan , berbatas tegas dg / tanpa
neovaskularisasi ke arah benjolan tsb. Bilateral, dimulai
dari limbus.
– Terapi : steroid. Pd anak-anak ec. Gizi buruk.
2. Ulkus Fliktenular
– Benjolan abu-abu pd kornea : ulkus fasikular, flikten
multiple, ulkus cincin. Terapi : steroid, sistemik.
3. Keratitis fasikularis
• Tukak kornea akibat flikten yg menjalar ke sentral disertai
fasikulus pembuluh darah.
• Wander phlychten : jalur pembuluh darah baru di kornea.
4. Keratokonjungtivitis vernal
– Cobble stone pd konjungtiva tarsa.
• Keratitis Lagoftalmus
– Mata tidak bisa menutup sehingga konjungtiva terpapar trauma dan
kornea menjadi kering. Terapi : mengatasi kausa dan air mata
buatan.
• Keratitis Neuroparalitik
– Kelainan saraf trigeminus sehingga terdapat kekeruhan kornea dan
kekeringan kornea. Kornea kehilangan daya tahan terhadap iritasi
dari luar. Gejala : jarang berkedip, silau, tidak nyeri.
• Keratokonjungtivitis Sika
– Keringnya permukaan kornea dan konjungtiva, oleh
karena :
• Defisiensi komponen lemak dan air mata
• Defisiensi kelenjar air mata
• Defisiensi komponen musin
• Penguapan yg berlebihan
• Parut kornea
Gejala : mata gatal, seperti berpasir, silau. Sekresi mukus
berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, erosi kornea.
Pemeriksaan : TES Schirmer, Tes Zat warna Rose Bengal
konjungtiva, Tear film break up time.
Terapi : air mata buatan, lensa kontak, penutupan pungtum
lacrimal.
KERATITIS BAKTERIAL
• Bakteri :
Streptococcus, Pseudomonas, Enterobacteriaceae (termasuk Klebsi
ella, Enterobacter, Serratia, dan Proteus), dan Staphylococcus sp.
• Penyebab: Pemakaian kontak lensa berlebihan, kontaminasi solutio
kontak lensa atau pengobatan tetes mata, penurunan status
imunologis sebagai akibat dari malnutrisi, alkohol, dan diabetes lalu
penyakit permukaan okular yang terjadi apabila mekanisme
pertahanan tubuh melemah seperti pada keadaan penyakit kornea
pasca herpes, trauma, keratopati bulosa, pajanan kornea, mata
kering, dan kehilangan sensasi pada kornea. Defisiensi air mata,
malposisi dari kelopak mata (entropion dengan trikiasis dan
lagoftalmus) dan pemakaian steroid topikal jangka panjang disinyalir
juga dapat merusak sel epitel.
• Terdapat 2 tipe jamur yaitu molds dan ragi. Molds (filamen jamur)
terbagi atas septa (penyebab tersering keratitis jamur) dan non-
septa. Mereka menghasilkan koloni-koloni yang bergabung menjadi
hifa. Ragi membentuk pseudohifa. Penyebab tersering infeksi jamur
adalah Fusarium, Aspergillus(filamen jamur) dan Candida (ragi).
Trauma organik adalah penyebab tersering keratitis oleh jamur
berfilamen, sedangkan imunosupresi atau gangguan epitel kornea
kronik umumnya menyebabkan keratitis jamur ragi. Gangguan
pertahanan kornea dapat menyebabkan infeksi Candida. Kolonisasi
fungi di stroma akan berlanjut menuju lapisan yang lebih dalam dan
sulit untuk mendapatkan spesimen untuk diagnostik dan
tatalaksana.
• Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan KOH 10% pada
kerokan kornea yang menunjukkan adanya hifa, dan kultur pada
agar saboroud.
• Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air
mata, sumbatan saluran lakrimal)
• Oleh faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena
trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada muka
• Kelainan lokal pada kornea, meliputi edema kornea kronik, keratitis
exposure (pada lagoftalmos, anestesi umum, koma), keratitis karena
defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superficialis virus
• Kelainan sistemik, meliputi malnutrisi, alkoholisme, sindrom Steven-
Johnson, sindrom defisiensi imun (AIDS, SLE)
• Obat-obatan penurun sistem imun, seperti kortikosteroid, obat anestesi
lokal
• Gejala subjektif berupa eritema kelopak mata
dan konjungtiva, sekret mukopurulen, merasa
ada benda asing di mata, pandangan kabur,
bintik putih pada kornea pada lokasi ulkus, mata
berair, silau, nyeri. Infiltat yang steril dapat
menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat
pada perifer kornea dan tidak disertai dengan
robekan lapisan epitel kornea.
• Ketajaman penglihatan
• Tes refraksi
• Tes air mata
• Pemeriksaan slit-lamp
• Keratometri (pengukuran kornea)
• Respon refleks pupil
• Goresan ulkus untuk analisa atau kultur
• Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
• Komplikasi dari ulkus kornea adalah perforasi kornea, uveitis,
endoftalmitis.
Bedah
2. Granulomatosa akut
• Sarkoiditis
• Sifilis
• TBC, virus, jamur (histoplasmosis), parasit (toksoplasmosis)
• Gejala subjektif :
– Nyeri
– Fotofobia
– Mata merah dg penglihatan dekat menurun ringan
– Berair.
– Gejala awal : mata merah tidak berair, penglihatan bintik-bintik hitam
beterbangan.
Objektif :
Akut : Miopisasi, Pupil kecil, Hifema, Hipopion.
Non-granulomatosa : keratic presipitat
Granulomatosa : “mutton fat deposit”, benjolan Koeppe & Busacca.
Fler dan efek Tyndal pd Bilik mata depan
Sinekia posterior
Kronis : edema makula, katarak.
TIO menurun, jk meningkat berarti ada gangguan aliran keluar cairan bola
mata akibat perlengketan pd sudut bilik mata.
• Terapi :
– SEGERA! utk. mencegah Kebutaan.
– Obati gigi yg bolong.
– Steroid tetes mata (siang), salep (malam). Steroid
sistemik dosis tuggal seling sehari yg tinggi kemudian
diturunkan sampai dosis efektif.
– Jk terjadi Glaukoma Sekunder : Acetazolamide.
Sindrom VOGT
KOYANAGI- HARADA
Gejala :
Etiologi : 1. Infeksi
2. Imunologi
INFEKSI
a. Endogen : hematogen
b. Eksogen : reaksi terhadap benda asing, trauma tembus bola mata
Endoftalmitis fakoanafilaktik
= Endoftalmitis unilateral ataupun bilateral yang merupakan reaksi uvea
granulomaosa terhadap lensa yang mengalami ruptur. (pada anamnesa ditanyakan
riwayat penyakit katarak sebelumnya).
Penyakit autoimun terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat jaringan tubuh
tidak mengenali jaringan lensa yang tidak terletak
di dalam kapsul. (Reaksi antigen antibodi).
Pd katarak hipermatur, massa lensa akan keluar dari kapsul sehingga menimbulkan
reaksi makrofag : Glaukoma fakolitik.
Objektif
- Oedem Palpebra Superior
- Kemosis konjungtiva dan hiperemis
- Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva
- Oedem kornea
- Kornea keruh
- keratik presipitat
- Bilik mata depan keruh
- Hipopion
- Kekeruhan vitreus
- Refleks putih pd fundus sprt pada retinoblastoma
• Terapi :
– Antibiotik topikal dan sistemik : Ampisilin 2g/hari, Kloramfenikol
3g/hari.
– Stafilokok : Basitrasin (topikal), Metisilin (subkonjungtiva & IV).
– Pnemokok, Streptokok, Neisseria : Penisilin G (top Subkonj &
IV)
– Pseudomonas, Gram - : Gentamisin, Tobramisin, Karbesilin (top
Subkonj & IV)
Penyulit : Panoftalmitis.
PANOFTALMITIS
• Objektif :
– Konjungtiva oedema
– Bilik mata dg hipopion
– Kornea keruh
– Refleks putih di dalam fundus oculi
• Terapi :
– Antibiotik sistemik dosis tinggi
– Enukleasi bulbi
– Eviserasi bulbi
OFTALMIKA SIMPATIKA
Peradangan BILATERAL dg penglihatan menurun & mata merah ec.
Trauma tembus atau bedah mata intraokular.
Terapi :
– Steroid topikal, periokular steroid injeksi, steroid sistemik, siklopegik.
Kontrol 3-6bln. Bila tidak mempan, diberi obat anti supresi.
– Bedah mata : Enukleasi. Pd mata dg visus 0.
GLAUKOMA AKUT
• Gejala subjektif :
– Melihat halo / pelangi
– Kelopak mata bengkak
– Sakit kepala hebat
– Mual, muntah
– Penglihatan buram
– Fotofobia
• Objektif :
– Injeksi siliar
– Palpebra hiperemis
– Oedem cornea
– TIO meningkat
– Iris sembab meradang & sinekia anterior perifer
– Optic disc oedem & hiperemis
– CoA dangkal
• Terapi :
– Menurunkan TIO : manitol (IV), acetazolamide
– Topikal : ß-blocker (timolol, betaxolol),
pilocarpin (miotikum)
– Iridektomi perifer
– trabekulotomy