Anda di halaman 1dari 26

Bio

Pertumbuhan dan Perkecambahan


• Pertumbuhan adalah suatu proses dimana
makhluk hidup mengalami pertambahan
ukuran dari segi panjang, berat, maupun
jumlah sel. Proses pertumbuhan disertai
dengan perubahan bentuk, seperti suatu
kecambah akan tumbuh menjadi tanaman
yang utuh. Pertumbuhan dapat diukur dan
dinyatakan secara kuantitatif dan bersifat
irreversibel (tidak dapat balik)
• Perkembangan adalah suatu proses menuju
kedewasaan. Proses perkembangan berjalan
sejajar dengan pertumbuhan. Perkembangan
merupakan proses yang tidak dapat diukur,
bersifat kualitatif.
Sejarah
G30 S/ PKI
Sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam
tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober.

Ketika tujuh perwira tinggi militer Indonesia dan


beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu
usaha kudeta.
Latar Belakang
• Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai
komunis yang paling besar di seluruh dunia
pada tahun 1965, tanpa menghitung partai
komunis di Tiongkok dan Uni Soviet.
• Diauditkan bahwa PKI saat itu mempunyai
lebih dari 20 juta jiwa anggota dan pendukung
• PKI juga mengawasi dan mengontrol beberapa
pergerakkan dan organisasi yaitu Pergerakan
Serikat Buruh, Barisan Tani Indonesia, Gerwani
( Gerakan Wanita Indonesia), Organsasi
Penulis dan Artis, Pergerakan sarjana.
Demokrasi Terpimpin
• Pada bulan Juli 1959 Sukarno menjalankan sistem Demokrasi
Terpimpin, dimana seluruh keputusan dan pemikiran
berpusat pada pemimpin negara. Presiden Sukarno
membubarkan parlemen dan membentuk MPRS dan DPAS.
• Sistem Demokrasi Terpimpin ini disambut hangat oleh PKI
dan menganggap mempunyai kuasa untuk mengakomodasi
persekutuuan konsepsi yang sedang kisruh di Indonesia,
yaitu antara ideologi nasionalisme, agama dan komunisme
disingkat dengan NASAKOM.
• Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara
kepemimpinan PKI dan kaum burjuis nasional gagal
memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi negara.
Alhasil pendapatan ekspor menurun, cadang devisa
menurun, inflansi terus menaik dan terjadi banyak korupsi
birokrat. Akibatnya terjadi demonstrasi dimana-mana
Angkatan Kelima
• Pada awal tahun 1965 Presiden Sukarno atas saran dari
PKI memutuskan mendirikan Angkatan Kelima (setelah
AURI, ALRI, ADRI, dan Kepolisian) dan terlepas dari
ABRI. Angkatan Kelima didirikan untuk pertahanan dan
keamanan Republik Indonesia, Angkatan Kelima ini
diambil dari kalangan buruh dan petani yang sudah
dilatih.
• Keputusan ini menimbulkan konflik yang semakin
memanas, karena ABRI tidak setuju dan mencurigai PKI
hendak melakukan kudeta pada Presiden Sukarno. Hal
ini menimbulkan fikiran saling curiga-mencurigai antara
militer dan PKI dan ini merupakan salah satu penyebab
insiden Gerakan 30 September.
Isu Sakitnya Bung Karno
• Sejak tahun 1964 sampai menjelang
meletusnya G30S telah beredar isu sakit
parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan
kasak-kusuk dan isu perebutan kekuasaan
apabila Bung Karno meninggal dunia. Namun
menurut Subandrio, Sekjen Kemenlu saat itu.
Aidit, Pimpinan PKI tahu persis bahwa Bung
Karno hanya sakit ringan saja, jadi hal ini
bukan merupakan alasan PKI melakukan
tindakan tersebut.
Isu Masalah Tanah dan Bagi Hasil
• Pada tahun 1960 ditetapkan Undang-Undang Pokok Agraria
(UU Pokok Agraria) dan Undang-Undang Rokok Bagi Hasil
(UU Bagi Hasil) yang sebenarnya adalah kelanjutan dari
Panitia Agraria yang didirikan tahun 1948.
• Meskipun undang-undangnya sudah ada namun
pelaksanaannya di daerah tidak dijalankan sehingga
menimbulkan konflik kembali antara petani penggarap dan
pihak pemilik tanah yang takut terkena UU Pokok Agraria,
konflik itupun membuat aparat keamanan turun tangan.
• Peristiwa yang semakin parah akibat konflik ini antara lain
peristiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara, peristiwa Aksi
Sepihak di Klaten an sebagainya. Selain itu ditambah
dengan konflik antara PKI dan Nadhatul Ulama,
Muhammadiyah di Jawa Barat, Jawa Timur dan berbagai
provinsi lainnya.
Faktor Malaysia
• Pada tahun 1963, Malaysia yang masih
berbentuk Negara Federasi Malaysia adalah
salah satu faktor dalam peristiwa Gerakan 30
September. Konfrontasi atau Ketegangan yang
terjadi antara Indonesia-Malaysia merupakan
salah satu penyebab dari kedekatan Bung Karno
dengan PKI, penyebab tentara bergabung
dalam Gerakan 30 September dan penyebab
mengapa PKI menculik petinggi Angkatan
Darat.
Faktor Amerika Serikat
• Amerika Serikat pada waktu itu sedang terlibat
dalam perang Vietnam dan berusaha sekuat
tenaga agar Indonesia tidak jatuh ke
tangan komunisme. Peranan badan intelejen
Amerika Serikat (CIA) pada peristiwa ini sebatas
memberikan 50 juta rupiah (uang saat itu)
kepada Adam Malik dan walkie-talkie serta obat-
obatan kepada tentara Indonesia. Politisi Amerika
pada bulan-bulan yang menentukan ini
dihadapkan pada masalah yang membingungkan
karena mereka merasa ditarik oleh Sukarno ke
dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia ini.
• Salah satu pandangan mengatakan bahwa peranan Amerika
Serikat dalam hal ini tidak besar, hal ini dapat dilihat dari
telegram Duta Besar Green ke Washington pada tanggal 8
Agustus 1965 yang mengeluhkan bahwa usahanya untuk
melawan propaganda anti-Amerika di Indonesia tidak
memberikan hasil bahkan tidak berguna sama sekali. Dalam
telegram kepada Presiden Johnson tanggal 6 Oktober, agen
CIA menyatakan ketidakpercayaan kepada tindakan PKI
yang dirasa tidak masuk akal karena situasi politis Indonesia
yang sangat menguntungkan mereka, dan hingga akhir
Oktober masih terjadi kebingungan atas pembantaian
di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali dilakukan oleh PKI
atau NU/PNI.
• Pandangan lain, terutama dari kalangan korban dari insiden
ini, menyebutkan bahwa Amerika menjadi aktor di balik
layar dan setelah dekret Supersemar Amerika memberikan
daftar nama-nama anggota PKI kepada militer untuk
dibunuh. Namun hingga saat ini kedua pandangan tersebut
tidak memiliki banyak bukti-bukti fisik.
Faktor Ekonomi
• Ekonomi masyarakat Indonesia sejak terjadinya
ganyang Malaysia sangat rendah, terjadi kenaikan
inflasi hingga 650% dan membuat harga makanan,
kebutuhan pokok semuanya melambung drastis. Hal ini
mengakitbatkan lunturnya kepercayaan rakyat kepada
Presiden Sukarno dan PKI.
• Akibat infalasi yang meninggi ini, membuat rakyat
menderita dengan hanya mengkonsumsi bonggol
pisang, umbi-umbian, gaplek dan bahan makanan tidak
sehat lainnya.
• Faktor ekonomi ini salah satu penyebab marahnya
rakyat atas pembunuhan yang terjadi di lubang buaya,
dan kebencian rakyat terhadap PKI.
Terjadinya Peristiwa 30 September –
1 Oktober
Isu Dewan Jenderal
• Sebelum terjadi gerakan 30 september itu, sudah
beredar isu dengan adanya Dewan Jenderal yang
menyatakan bahwa beberapa petinggi Angkatan
Darat ingin mengkudeta kekuasaan Presiden
Sukarno.
• Menanggapi isu yang berdar, Presiden Sukarno
disebut-sebut memerintahkan pasukan pengawal
istana (Cakrabirawa) untuk menangkap dan
membawa mereka untuk di adili. Namun
sayangnya, sebelum operasi penangkapan
tersebut terjadi sudah ada oknum-oknum yang
lebih dahulu membunuh mereka di lubang buaya.
Isu Dokumen Gilchrist
• Dokumen Gilchrist yang diambil dari nama duta besar Inggris
untuk Indonesia Andrew Gilchrist beredar hampir bersamaan
waktunya dengan isu Dewan Jenderal.
• Dokumen ini, yang oleh beberapa pihak disebut sebagai
pemalsuan oleh intelejen Ceko di bawah pengawasan Jenderal
Agayant dari KGB Rusia menyebutkan adanya "Teman Tentara
Lokal Kita" yang mengesankan bahwa perwira-perwira Angkatan
Darat telah dibeli oleh pihak Barat. Kedutaan Amerika Serikat
juga dituduh memberikan daftar nama-nama anggota PKI
kepada tentara untuk ditindaklanjuti. Dinas intelejen Amerika
Serikat mendapat data-data tersebut dari berbagai sumber,
salah satunya seperti yang ditulis John Hughes, wartawan The
Nation yang menulis buku "Indonesian Upheaval", yang
dijadikan basis skenario film "The Year of Living Dangerously", ia
sering menukar data-data apa yang ia kumpulkan untuk
mendapatkan fasilitas teleks untuk mengirimkan berita.
Korban
Berikut ini nama-nama korban yang terbunuh dari gerakan 30 September di lubang
buaya:
• Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando
Operasi Tertinggi)
• Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
• Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang
Perencanaan dan Pembinaan)
• Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
• Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang
Logistik)
• Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan
Darat)
Diatas adalah keenam nama perwira tinggi Angkatan Darat yang terbunuh
dan dibuang ke Lubang Buaya di Pondok Gede, Jakarta. Mayat mereka ditemukan pada
3 Oktober. Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang merupakan sasaran utama pada
peristiwa ini berhasil selamat setelah memanjat halaman rumahnya, namun
putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan dia, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean
tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
• Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II
dr.J. Leimena)
• Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
• Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta
Pasca Kejadian
• Pasca pembunuhan beberapa perwira TNI AD, PKI mampu
menguasai dua sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di
Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi yang
terletak di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI, PKI
menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September
yang ditujukan kepada para perwira tinggi anggota “Dewan
Jenderal” yang akan mengadakan kudeta terhadap
pemerintah. Diumumkan pula terbentuknya “Dewan
Revolusi” yang diketuai oleh Letkol Untung Sutopo.
• Di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI melakukan
pembunuhan terhadap Kolonel Katamso (Komandan Korem
072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel Sugiyono (Kepala Staf
Korem 072/Yogyakarta). Mereka diculik PKI pada sore hari 1
Oktober 1965. Kedua perwira ini dibunuh karena secara
tegas menolak berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pada
tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan sekretaris jenderal PKI
Aidit menanggapi pembentukan Dewan Revolusioner oleh
para "pemberontak" dengan berpindah ke Pangkalan
Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari
perlindungan.
• Pada tanggal 6 Oktober Sukarno mengimbau rakyat untuk
menciptakan "persatuan nasional", yaitu persatuan antara
angkatan bersenjata dan para korbannya, dan penghentian
kekerasan. Biro Politik dari Komite Sentral PKI segera
menganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi
massa untuk mendukung "pemimpin revolusi Indonesia"
dan tidak melawan angkatan bersenjata. Pernyataan ini
dicetak ulang di koran CPA bernama "Tribune".
• Pada tanggal 12 Oktober 1965, pemimpin-pemimpin Uni-
Soviet Brezhnev, Mikoyan dan Kosygin mengirim pesan
khusus untuk Sukarno: "Kita dan rekan-rekan kita
bergembira untuk mendengar bahwa kesehatan anda telah
membaik...Kita mendengar dengan penuh minat tentang
pidato anda di radio kepada seluruh rakyat Indonesia untuk
tetap tenang dan menghindari kekacauan...Imbauan ini
akan dimengerti secara mendalam."
• Pada tanggal 16 Oktober 1965, Sukarno melantik Mayjen
Suharto menjadi Menteri/Panglima Angkatan
Darat di Istana Negara.
• Dalam sebuah Konferensi Tiga Benua di Havana di
bulan Februari 1966, perwakilan Uni-Sovyet berusaha
dengan segala kemampuan mereka untuk menghindari
pengutukan atas penangkapan dan pembunuhan
orang-orang yang dituduh sebagai PKI, yang sedang
terjadi terhadap rakyat Indonesia. Pendirian mereka
mendapatkan pujian dari rejim Suharto. Parlemen
Indonesia mengesahkan resolusi pada tanggal 11
Februari, menyatakan "penghargaan penuh" atas
usaha-usaha perwakilan-perwakilan dari Nepal,
Mongolia, Uni-Sovyet dan negara-negara lain di
Konperensi Solidaritas Negara-Negara Afrika, Asia dan
Amerika Latin, yang berhasil menetralisir usaha-usaha
para kontra-revolusioner apa yang dinamakan
pergerakan 30 September, dan para pemimpin dan
pelindung mereka, untuk bercampur-tangan di dalam
urusan dalam negeri Indonesia."
Pembantaian dan Pembunuhan PKI
• Pasca 30 September, semua anggota, pendukung dan
simpatisan PKI dibunuh dan dimasukkan ke kamp-kamp
tahanan lalu disiksa dan diintrogasi. Pembunuhan-
pembunuhan terjadi di Jawa Tengah (bulan Oktober),
Jawa Timur (bulan November) dan Bali (bulan
Desember).
• Pada akhir 1965, sekitar 500.000 dan satu juta anggota-
anggota dan pendukung-pendukung PKI telah menjadi
korban pembunuhan tanpa adanya perlawanan sama
sekali. Regu-regu militer yang didukung dana
CIA menemukan semua anggota dan pendukung PKI
yang sudah dibantai keji.
Supersemar
• Pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Sukarno
memberikan Suharno kekuatas tanpa batas
melalui Surat Perintah Sebelas Maret. Didalam
surat ini berisikan bahwa Presiden Sukarno
mempersilahkan Suharto untuk mengambil
langkah-langkah yang sesuai demi
mengembalikan ketenangan dan keamanan.
Kekuatan tanpa batas ini digunakan oleh Suharto
untuk menjadikan PKI sebagai partai
terlarang. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya,
Sukarno dipertahankan sebagai presiden tituler
diktatur militer itu sampai Maret 1967.
Untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan revolusi maka
pada taggal 30 September diperingati sebagai Hari
Peringatan Gerakan 30 September (G-30-S/PKI) dan hari
berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian
Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai