Anda di halaman 1dari 16

 Mesin Diesel adalah sejenis mesin pembakaran dalam

yang mengandalkan kompresi (Compression Ignition),


dimana bahan bakar dinyalakan oleh suhu tinggi gas
yang dikompresi, dan bukan oleh alat berenergi lain
(seperti busi).
 Bahan bakar masuk ke dalam silinder atau ruang
pembakaran dalam bentuk kabut melalui Nozzle.
 Pada langkah kompresi, udara murni ini dimampatkan
hingga menghasilkan panas yang cukup untuk
menyalakan bahan bakar yang diinjeksikan kedalam
ruang bakar (silinder) motor.
 Injeksi terjadi sebelum TMA, diusahakan agar
tekanan maksimum terletak pada sudut engkol
yang diinginkan. Selang injeksi kira-kira 20 atau
25 derajat putaran engkol.
 Injeksi awal dan selang waktu injeksi yang
pendek pada mesin Diesel, akan meningkatkan
tekanan maksimum dan Efisiensi Thermal.
 Motor diesel sangat cocok bekerja dengan
Supercharger karena suhu dan tekanan udara
yang masuk tidak menimbulkan masalah.
 Daya merupakan fungsi dari volume silinder,
mep dan putaran.
 Peningkatkan daya tidak dilakukan dengan
memperbesar silinder tetapi dengan cara :
a) meningkatkan kecepatan
b) meningkatkan MEP (Mean Effective
Pressure) dengan menaikkan densitas udara
dalam silinder).
Keunggulan motor Diesel dibandingkan
pembakaran yang lain adalah :
 Motor Diesel lebih irit dalam pemakaian bahan
bakar dengan motor bensin, motor diesel lebih
efisien 20-30%.
 Motor Diesel lebih kuat dan mempunyai daya
tahan yang lebih lama.
 Motor Diesel lebih besar tenaganya sehingga
motor Diesel dapat menjadi motor penggerak
(primover).
 Motor Diesel tidak dipengaruhi oleh cuaca.
Kelemahan / Kekurangannya antara lain :
 Perbandingan tenaga terhadap berat motor
masih lebih besar dibandingkan motor
bensin.
 Motor Diesel tetap lebih sukar dihidupkan
pertama kali dibandingkan motor bensin.
 Harga inisial (dasar) motor Diesel lebih mahal
karena motor Diesel lebih kompleks dan lebih
berat dibandingkan motor bensin.
Process 6-1 : - Tekanan konstan
- Intake valve terbuka
- Exhaust valve tertutup

w6-1 = Po(v1 – v6)


Process 1-2 : - Isentropic compression
- Semua Valve tertutup
▪ T2 = T1(v1/v2)k-1 = T1(V1/V2)k-1 = T1(rc)k-1
▪ P2 = P1(v1/v2)k = P1(V1/V2)k = P1(rc)k
▪ V2 = VTDC
▪ q1-2 = 0
▪ w1-2 = (P2v2 – P1v1)/(1-k) = R(T2 – T1)/(1-k)
= (u1 – u2) = cv(T1 –T2)
Process 2-3 : Combustion
- Tekanan konstan
- Semua Valve tertutup

▪ Q2-3 = Qin = mfQHV ηc = mmcp (T3 – T2) = (ma + mf) cp (T3 – T2)
▪ QHV ηc = (AF + 1) cp (T3-T2)
▪ q2-3 = qin = cp (T3 – T2) = (h3 – h2)
▪ w2-3 = q2-3 – (u3 – u2) = P2 (v3 – v2)
▪ T3 = Tmax

Cut off ratio : perubahan volume setelah combustion.


β = V3/V2 = v3/v2 = T3/T2
Process 3-4 : Ekspansion Stroke
- Isentropic
- semua Valve tertutup

▪ q3-4 = 0
▪ T4 = T3 (v3/v4)k-1 = T3 (V3/V4)k-1
▪ P4 = P3 (v3/v4)k = P3 (V3/V4)k
▪ w3-4= (P4v4 – P3v3)/(1-k) = R(T4 – T3)/(1-k)
= (u3 – u4) = cv(T3–T4)
Process 4-5 : Constant-volume Heat Rejection
(Exhaust Blowdown)
- Exhaust Valve terbuka
- Intake Valve tertutup
▪ v5 = v4 = v1 = vBDC
▪ w4-5 = 0
▪ Q4-5 = Qout = mm cv (T5 – T4) = mm cv (T1 – T4)
▪ q4-5 = qout = cv (T5 – T4) = (u5 – u4) = cv (T1 – T4)
Process 5-6 : Constant-pressure Exhaust Stroke
- Exhaust valve terbuka
- Intake valve tertutup
w5-6 = Po (v6 – v5) = Po (v6 – v1)

Thermal efficiency :
(ηt)DIESEL = [wnet]/[qin] = 1 – ([qout]/[qin])
= 1 – [cv (T4 – T1)/cp (T3 – T2)]
= 1 – (T4 – T1)/[kT3 – T2)]
Thermal Efficiency :

(ηt)DIESEL = 1 – (1/rc)k-1[(βk – 1)/{k(β – 1)}]

Dimana : rc = compression ratio


k = cp / cv
β = cutoff ratio

Anda mungkin juga menyukai