Tugas SS
Tugas SS
DISUSUN OLEH :
Krisma Handayani Br. Sitepu AAB 117 005
Senta Manita Br. Ginting AAB 117 006
Grensi Betanada Br. Karo AAB 117 007
Evi Elfriani Br. Siregar AAB 117 016
Desri Cristiani Sinaga AAB 117 033
Susan Rostina Harianja AAB 117 067
Ari Suria Kencana Sembiring AAB 114 086
Andika Putra Ginting AAB 114 100
Suku Batak merupakan
salah satu suku bangsa Indonesia
yang berasal dari Sumatera Utara.
Nama Batak merupakan sebuah
tema kolektif untuk
mengidentifikasikan beberapa
suku bangsa yang bermukim dan
berasal dari Tapanuli dan
Sumatera Timur.
MACAM-MACAM ETNIS DALAM
SUKU BATAK
adalah salah satu suku dari sekian
Suku Batak Toba, adalah satu etnik
banyak Rumpun Batak yang telah
dari sekian banyak rumpun Batak
lama hidup dalam suatu komunitas di
yang terdapat di Sumatra. Wilayah
kabupaten Mandailing-Natal,
pemukiman suku Batak Toba
penyebaran juga terdapat di
meliputi kabupaten Toba Samosir
kabupaten Padang Lawas, kabupaten
yang terdiri dari Balige, Laguboti,
Parsoburan dan sekitarnya. 1 5 Padang Lawas Utara, dan sebagian
kabupaten Tapanuli Selatan.
Dalam sistem ini, seseorang diharuskan kawin dengan orang lain yang berasal dari keluarganya
sendiri.
Dalam sistem ini seseorang diharuskan kawin dengan orang lain yang berasal dari kalan berlainan.
Dengan kata lain orang yang berasal dari suku atau klan yang sama atau semarga dilarang untuk
berhubungan.
Sistem ini tidak mengharuskan adanya perkawinan di dalam klan yang sama ataupun perkawinan
2. Mangabing
Mangabing dalam arti perkawinan adat batak toba adalah anak laki-laki
melarikan seorang gadis, untuk menjadi istrinya. Didalam melarikan ini biasanya si gadis
tersebut tidak menyukai laki-laki tersebut menjadi suaminya. Akan tetapi kadang dalam
bentuk ini orang tua dari wanita tersebut sudah menyetujui bahwa laki-laki tersebut boleh
menjadi suami dari borunya/putrinya.
3. Maningkat rere
Perkawinan antara seorang laki-laki dengan adik istrinya, dikarenakan istrinya
sudah meninggal dunia. Dalam bentuk perkawinan seperti sinamot tidak perlu lagi oleh
keluarga si wanita karena istri yang kedua ini adalah menggantikan kedudukan kakanya.
.
4. Pareakhon
Perkawinan seperti ini adalah suatu perkawinan antara adik laki-laki suami yang
meninggal dengan wanita istri dari suami tersebut (jandanya). Didalam bentuk
perkawianan ini tidak perlu lagi membayar sinamot, karena si janda masih dianggap
keluarga si suami.
5. Mangalop tungkot
Perkawinan ini terajadi apabila salah satu keluarga yang sudah lama kawin, tetapi
belum mempunyai keturunan sama sekali, maka untuk melanjutkan keturunan, maka atas
persetujuan istri pertama si suami diperbolehkan mencari istri lagi, tetapi dapat juga dari
keluarga lain. Apabila ini terjadi maka sinamot tetap di serahkan oleh pihak dari keluarga
laki-laki kepada keluarga si wanita.
6. Maroroan
Suatu perkawinan dimana anak laki-laki maupun perempuan masih anak-anak,
tetapi meskipun demikian penyerahan sinamot harus tetap dilakukan keluarga laki-laki
kepada keluarga pihak perempuan.
Martandang
Mangalehon tanda
Marhusip
Maningkir lobu
Martnggo raja
Upacara Perkawinan
Kemudian setelah pesta baru si wanita
dibawa ke kediaman si laki-laki. Dan pada pesta inilah
diberikan Jambar adat bagi yang berhak
menerimanya. Upacara perkawinan yang dimaksud
disini adalah upacara dimana dipertemukannya
pengantin pria dan calon pengantin wanitanya.
Bagi masyarakat toba peresmian
perkawinan dapat dilakukan ditempat pihak laki-laki
dan dapat dilakukan juga ditempat keluarga wanita.
Kalau upacara dilakukan ditempat laki-laki, maka
setelah upacara perkawinan digereja siwanita dibawa
kerumah keluarga laki-laki. Perkawinan ini dikenal
dengan istilah NA TINARUHONI SANGGUL. Semua
pembagian jambar (bagian adat) bagi yang berhak
serahkan pada pesta tersebut. Dan apabila pesta
perkawinan dilakukan ditempat kelurga wanita, maka
setelah pesta pernikahan maka kedua pengantin
dibawa kerumah orangtua si wanita. Upacara seperti
ini dikenal
Mebat atau Paulak Une
Mebat atau paulak une artinya adalah setelah kira-kira satu
minggu, maka kedua pengantin dengan beberapa keluarganya datang
kerumah orangtua siwanita. Sebelum mebat ini dilakukan orang tua
dari si wanita belum boleh berkunjung kerumah putrinya. Pada
kesempatan ini biasanya adalah kesempatan untuk kedua orang tua
untuk memberikan nasehat-nasehat kepada kedua suamu-istri
tersebut.
Dalam pernikahan secara adat Suku Karo dikenal 3 tahapan umum yang
dilakukan dalam melaksanakannya. Didalam 3 tahapan umum ini akan dibagi lagi
menjadi sub tahapan.
Adapun tahapan pernikahan yang dilakukan secara adat Suku Karo secara
umum adalah sebagai berikut:
5. Persadan Tendi
Pelaksanaan Persadan Tendi dilakukan pada saat makan malam sesudah
siangnya dilakukan Kerja Adat bagi pengantin pria dan wanita. Dalam pelaksaan Persadan
Tendi ini akan disiapkan makanan bagi kedua pengantin yang tujuannya adalah untuk
memberi tenaga baru bagi pengantin. Pengantin akan diberi makan dalam satu piring
yang sudah siapkan.
6. Ngulihi Tudung
Ngulih tudung dilaksanakan setelah 2-4 hari setelah hari Pesta Adat
berlalu. Orang tua pihak laki-laki kembali datang kerumah Orang tua pihak
perempuan (biasanya pihak orang tua laki-laki membawa makanan dan lauk).
Dalam prosesi Ngulihi Tudung dilakukan untuk mengambil kembali pakaian-pakaian
adat pihak laki-laki yang mungkin ada tertinggal di Desa pihak perempuan disaat
pesta adat digelar.
7. Ertaktak
Pelaksanaan ini dilakukan di rumah pihak kalimbubu (pihak perempuan)
pada waktu yang sudah ditentukan, biasanya seminggu setelah kerja adat. Disini
dibicarakanlah uang keluar saat pergelaraan pesta adat dilaksanakan. Dibicarakan
pula tenang pengeluaran kerja adat yang sudah dibayar terlebih dahulu oleh pihak
anak beru, sembuyak dan juga Kalimbubu. Setelah acara Ertaktak dilaksanakan,
maka semua pihak baik Kalimbubu, Sembuyak, dan Anak Beru akan makan
bersama-sama.