Penelitian
Oleh :
Nur Ayutia Dupaginta P23139016029
Nurhayati P23139016030
Nurul Izzah Samara P23139016031
A. Pengertian Bahan dan Instrumen Penelitian
Sensitivity
Adalah kemampuan suatu alat
ukur mendeteksi besarnya
perubahan variabel tertentu.
Makin peka suatu alat akan
semakin mampu mendeteksi
sekecil apapun perubahan yang
terjadi
B. Validitas Instrumen Penelitian
Validitas pengukuran dikenal ada dua jenis :
1. Validitas Internal adalah gambaran sejauh mana efek yg diobservasi memang
benar berasal dari intervensi, terkait desain penelitian.
Ancaman : history, maturasi, pengujian ulang, instrumentasi, seleksi diferensial,
mortalitas atau drop out.
2. Validitas Eksternal adalah gambaran sejauh mana hasil penelitian dapat
disimpulkan berdasarkan jumlah dan cara pengambilan sampel yang dilakukan
Ancaman : interaksi uji awal dan perlakuan, interaksi seleksi dan perlakuan,
pengaturan terlalu spesifik, dan perlakuan ganda.
Pembagian validitas pengukuran :
1. Validitas konstruk → menunjukkan apakah alat ukur mampu menterjemahkan aspek teoritis
seseuatu yg ingin diukur
Contoh : Proses induksi hasil pengukuran
2. Validitas isi → menunjukkan apakah pertanyaan sebagai alat ukur benar mewakili karakter
sesuatu yg ingin diukur
Contoh : Kepuasan harus mewakili semua aspek kepuasan
3. Validitas kriteria → menunjukkan apakah alat ukur dapat digunakan untuk memprediksi sesuatu
dengan tepat
Contoh : Demam dapat diprediksi sebagai keluhan malaria
`
Contoh :
• Si “A” memiliki berat badan 68kg saat ditimbang dengan menggunakan
timbangan standar.
• Di sebuah mall si “A” melakukan penimbangan dan hasilnya berat badannya
75kg. Karena kurang percaya dengan hasil tersebut, esok harinyha si A
melakukan penimbangan lagi di timbangan yang sama di mall tersebut dan
beratnya tetap 75kg.
• Kesimpulan: timbangan di mall memiliki reliabilitas yang baik, tetapi
validitasnya buruk.
Penilaian reliabilitas instrumen
• Teknik test-retest
instrumen penelitian dicobakan dua kali pada reponden yang sama dengan instrumen
yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisiennya korelasi
antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi product moment
positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
• Teknik belah dua (split half method)
Metode belah dua menggunakan formula Spearman Brown, cara ini hanya dapat dikenakan
pada instrumen pengukuran dengan jumlah sampel genap. Caranya adalah dengan
mengelompokkan hasil pengukuran menjadi kelompok ganjil genap. Lakukan korelasi
jumlah skor antara kelompok ganjil dan genap menggunakan formula korelasi product
moment sesuai dengan karakteristik data yang diperoleh.
• Teknik bentuk pararel (pararel method) atau ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama.
Misalnya, berapa tahun pengalaman anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan tersebut ekuivalen
dengan tahun berapa anda mulai bekerja di lembaga ini? Pengujian dilakukan dengan dua instrumen
yang berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkolerasikan antara
data instrumen yang satu dengan instrumen ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka
instrumen dapat dinyatakan reliabel.
• Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan Internal Consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali
saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat
digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat
dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR20, KR21Q dan Anova Hoyt.
• Reliabilitas instrumen dengan skala interval
Digunakan nilai rerata, simpangan baku dan koefisien korealasi (standar deviasi dibagi rerata).
Pengukuran yang reliabel akan mempunyai nilai koefisien korelasi yang sempit.
Contoh: pengukuran kadar kolesterol dengan instrumen A dan gold standar terhadap responden
yang diukur masing-masing 25 dengan hasil sebagai berikut. Instrumen A : rerata 190, simpangan
baku 1,92, koefisien variasi 1,92/190 koefisien variasi 4,12/190 = 0,2. jadi instrumen A lebih reliabel
karena koefisien variasinya lebih kecil.
• Reliabilitas instrumen dengan skala nominal
Nilai Kappa digunakan untuk menentukan kesesuaian antara para pemeriksa. Nilai Kappa yang baik
0,8 – 1, nilai cukup 0,6 – 0,8 dan nilai kurang lebih kecil 0,6.
Contoh : dua dokter diminta membaca hasil rontgen paru terhadap 40 pemuda, dengan hasil sebagai
berikut.
Dokter A Dokter B Jumlah
Positif Negatif
positif 20 6 26
negatif 8 14 22
Jumlah 28 20 48
Kesesuaian nyata = (20 + 14) / 48 x 100% = 70,8%
Kesesuaian karena peluang = (26 x 28) / 48 + (22 x 20) / 48 x 100% = 24,32%
Kesesuaian bukan karen apeluang = 70,8% - 24,3% = 46,5%
Potensi kesesuaian bukan karena peluang =100% - 46,5% = 53,5%
Kappa = 46,5 / 53,5 = 0,87
Validitas dan reliabilitas pengukuran berkaitan dengan empat unsur, yaitu: instrumen,
prosedur pengukuran, pengukur (peneliti) dan benda yang diukur (responden).
Meningkatkan validitas dan reliabilitas pengukuran dapat dilakukan dengan :
1. Pembakuan/ peneraan alat ukur
2. Pembakuan prosedur pengukuran dengan cara membuat SOP (standar operational
prosedur) untuk meningkatkan hasil pengukuran pad apenelitian multi center
3. Pelatihan tenaga pengukur/ pewawancara dilakukan dengan baik
4. Pengendalian lingkungan yang mempengaruhi hasil pengukuran menjadi sesuatu
yang penting
5. Responden yang tahu dirinya menjadi obyek penelitian akan berbeda dengan yang
tidak tahu
6. Otomatis instrumen dapat meningkatkan presisi dan mengurangi variasi hasil
pengukuran, sehingga hasilnya lebih baik
D. Kuesioner
Kuisioner adalah instrumen penelitian yang berisi rangkaian pertanyaan
mengenai sesuatu hal untuk mendapatkan informasi penting dari responden
dengan cara wawancara atau angket.
Tujuan Kuisioner:
1. Memperoleh informasi akurat dari responden
2. Memberikan struktur agar wawancara berjalan dengan lancar dan berurutan
3. Memberikan formart standar pencatatan fakta, komentar dan sikap
4. Memudahkan pengolahan data
Tipe kuesioner berdasarkan bentuk pertanyaan:
1. Terstruktur dengan jawaban tertutup (closed ended questions), bila responden atau
variabel yang dikumpulkan besar, sehingga wawancara harus lebih singkat
2. Semi terstruktur dengan jawaban semi terbuka (semi open ended questions), bila
responden atau variabel yang dikumpulkan tidak terlalu besar, sehingga wawancara
dapat lebih lama
3. Tidak terstruktur dengan jawaban terbuka (open ended questions), bila variabel yang
dikumpulkan sedikit tetapi mendetail dan mendalam, misalnya pada wawancara
mendalam
Kelebihan kuesioner adalah peneliti dapat menentukan sistematika isi dan urutan
pertanyaan, data dapat dikumpulkan dalam waktu relatif singkat, dan data yang
terkumpul dapat dicek keberadaannya.
Kekurangan kuesioner adalah tidak memberikan keleluasaan pewawancara untuk
mengubah susunan pertanyaan agar sesuai dengan alam pikiran/ pengetahuan
responden, dan tidak dapat memberikan jawaban yang mendalam.
pertimbangan dalam penyusunan kuesioner
3. Multiple choice, yaity pertanyaan dengan satu pilihan dari banyak jawaban.
"apakah pekerjaan saudara saat ini? "
4. Skala penilaian numerik, dimana responden menjawab dengan memberikan angka
yang menunjukkan nilai. Nilai biasanta mempunyai 5 atau 10 tingkatan , 1 terburuk
dan 5 atau 10 terbaik. Disebut juga rating question, yaitu pertanyaan dengan jawaban
melingkari skala 1 sampai 10.
"seberapa puaskah saudara terhadap pelayanan apotek RSUD ini? “
5. penggunaan kata sifat, dimana responden menjawab dengan memilih kata sifat
terhadap produk, orang dsb
“manakah pertanyaan dibawah ini yang mewakili perasaan saudara
Nomor Introvert Ekstrovert
1 Tradisional Modern
2 Ambisius Santai
3 Intelek Praktis
4 Luwes Modis
6. pertanyaan ranking (Rank Order), dimana responden diminta
mengurutkan berdasarkab yang paling penting kedua penting dst
“Dalam pembelian obat bebas, faktor apakah yang paling penting
menurut saudara, urutkab berdasarkan ranking mulai nomor 1
(terpenting) sampai nomor 4 (kurang penting)”.