Anda di halaman 1dari 28

EKONOMI MAKRO

Dina Eka Pranata


Muhammad Hidayat Reftalani
Muhammad Qurais Akbar
Rosanina Maryani
Sahid Supriyanto
Saidina Ali

Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Eka Sri Y, M.T.
ALUR PRESENTASI
ENERGI DALAM EKONOMI MAKRO

KETERKAITAN ENERGI DENGAN NON-ENERGI PADA OUTPUT

PERANAN ENERGI DALAM PENERIMAAN NEGARA

KETERKAITAN ENERGI DENGAN NERACA PEMBAYARAN

DAMPAK ENERGI TERHADAP INFLASI


ENERGI DALAM
EKONOMI MAKRO
APA ITU EKONOMI MAKRO ??
“ekonomi makro secara umum
membahas berbagai hal yang
berkaitan dengan
perekonomian nasional suatu
negara, termasuk kerangka
kebijaksanaan yang diambil.
Topik yang dibahas dalam
ekonomi makro bersifat
menyeluruh (agregat), berbeda
dengan ekonomi mikro”
Kurva penawaran agregat adalah
kurva yang menjelaskan output
barang dan jasa yang diproduksi
Place your screenshot here
oleh semua perusahaan dalam satu
negara beserta tingkat harga
nasional diperoleh dari
keseimbangan antara permintaan
dan penawaran agregat.

Permintaan agregat didefinisikan sebagai jumlah barang yang diminta


dalam satu perekonomian.
Sementara penawaran agregat didefinisikan sebagai jumlah barang
yang ditawarkan dalam satu perekonomian.
Sistem hak milik pribadi sangat menonjol di
Amerika Serikat maka seorang pemilik yang
Peranan energi dalam konteks makro cenderung bersifat spesfik dan sesuai
dengan kebijaksanaansecara kebetulan
serta keadaan tanahnya
ekonomi dipakai
makro suatu negara. untuk
kegiatan memproduksi minyak berhak
memperoleh royalti sebesar 12,5 % dari
produksi kotor minyak. Produsen minyak juga
masih harus membayar pajak sesuai dengan
kebijaksaan fiskal yang berlaku. Sistem seperti
itu jarang dijumpai di negara-negara produsen
CONTOH minyak, yang sebagian besar terdiri dari negara
berkembang, yang kebanakan produksi
minyaknya diatur negara lewat perusahaan
negara yang ditunjuk.
• KETERKAITAN
ENERGI
DENGAN NON-
ENERGI PADA
OUTPUT
• Energi dalam penawaran agregat
merupakan bagian kecil dari non
Energi yang dampak substitusinya
satu sama lain menarik untuk
dibahas.
• Penawaran agregat dalam Gambar
Place your screenshot here (2.25) merupakan sisi persediaan
dari keseimbangan harga nasional
dengan output, dalam hal ini
digunakan Produk Domestik Bruto
(PDB).

• Non-energi adalah input di luar energi dalam penawaran agregat seperti modal (K) dan tenaga
kerja (L).
• Masalah substitusi, baik energi mensubstitusi non-energi ataupun sebaliknya, menjadi penting
dalam menghasilkan PDB (Produk Domestik Bruto).
• Elastisitas substitusi (σ) adalah seberapa besar non-energi dapat menstubstitusi energi dalam
menghasilkan PDB yang akan mempengaruhi bentuk isoquant dan tingkat kenaikan PDB.
Pada σ = 0, perbandingan input energi dan
non-energi tidak mungkin berubah.
Komposisinya pada penawaran agregat
tetap. Dalam gambar ditunjukkan dengan
isoquant PDB1 dan isoquant PDB yang lain
pun akan mengikuti pola yang sama.
Pengurangan input energi tidak dapat
digantikan oleh peningkatan input non-energi
dan, apabila dilakukan, PDB yang dihasilkan
akan lebih rendah.

Pada σ = 1 lebih fleksibel walaupun


perbandingan input energi dan non-energi
masih terbatas pada penawaran agregat.
Dalam gambar ditunjukkan isoquant PDB2
dan isoquant PDB yang lain pun akan
mengikuti pola yang sama. Isoquant PDB
dapat dikembangkan dengan fungsi
Gambar diatas adalah kurva input energi produksi Cobb-Douglas. Pengurangan
pada sumbu X dan input non-energi pada input energi dapat digantikan oleh
sumbu Y dengan berbagai isoquant PDB peningkatan input non-energi secara
yang tergantung elastisitas substitusinya.
terbatas.
Pada σ = ∞ terjadi substitusi sempurna. Perbandingan input energi dan
non-energi dapat berubah sempurna, komposisinya pada penawaran
agregat sangat fleksibel. Dalam gambar ditunjukkan isoquant PDB I3 dan
isoquant PDB yang lain pun akan mengikuti pola yang sama. Pengurangan
input energi dapat digantikan sepenuhnya oleh input non-energi dan PDB
yang dihasilkan tidak mengalami perubahan.
Peran energi dalam makroekonomi dapat ditentukan dari
kerangka tersebut, namun perlu diperhatikan elastisitasnya
dalam jangka pendek dan jangka panjang. Ketersediaan
energi dalam jangka pendek masih dibatasi oleh teknologi,
sehingga kemampuan substitusinya juga terbatas. Bila
elastisitas substitusinya kecil, maka pengurangan input
energinya akan memberi dampak negatif pada sistem
ekonomi dan mengakibatkan tingkat PDB mengalami
penurunan. Sedangkan elastisitas substitusi dalam jangka
panjang dapat diperbaiki menjadi lebih besar, sehingga
substitusi non-energi tidak akan mempengaruhi tingkat PDB.
σ=0
Pengurangan input energi tidak dapat digantikan oleh peningkatan input non-energi.
Bila dilakukan maka kurva AS0 akan bergeser jauh ke atas AS1 . pada posisi itu tingkat
harga nasional akan meningkat tinggi dari P0 ke P1 dan PBD akan turun banyak dari Y0
menjadi Y1.

σ=1
Perbandingan input energi dan non-energi berada pada penawaran agregat terbatas.
Pengurangan input energi dapat digantikan oleh peningkatan input non-energi secara
terbatas dan, bila lakukan, PBD yang dihasilkan akan turun lebih rendah. Kurva AS0 akan
bergeser menjadi AS2.Y0 akan turun, tetapi tidak sampai ke Y1. Penurunan itu hanya
sampai pada Y2 dan P0 akan naik tidak sampai P1 tetapi tetap pada P2.

σ=∞
Akan terjadi subsitusi sempurna yaitu perbandingan input energi dan non-energi
dapat berubaha sempurna. Pengurangan input energi dapat digantikan sepenuhnya oleh
input non-energi. Kurva AS0 berhimpit dengan AS3 dan PBD yang dihasilkan akan
tetap. Y3 tetap pada Y0 dan P0 pun tetap
• PERANAN ENERGI DALAM
PENERIMAAN NEGARA
Penerimaan negara dari pengelolaan energi primer di sisi eksploitasi dan
produksi (hulu-upstream) dilakukan lewat pembagian keuntungan dengan
produsen energi dan penjualan energi dan penjualan produk energi sekunder
kepada konsumen akhir (hilir-downstream).
Dimana cadangan energi yang sudah ditemukan dan diproduksi
menghasilkan rente ekonomi yang diterima negara dan produsen energi.
Besarnya rente ekonomi yang diserahkan kepada negara biasanya dituangkan
dalam perjanjian kerja dengan produsen energi. Penyerahan rente ekonomi
perusahaan negara yang diberi tugas mengelola sumber daya energi diatur
secara tersendiri.
Sektor migas saat ini masih menjadi tumpuan penerimaan negara,
walaupun sudah tampak diversifikasi ekonomi untuk tidak lagi tergantung
pada migas. Namun yang pasti penerimaan dari migas memungkinkan
Indonesia membiayai pembangunan ekonominya. Penerimaan Indonesia dari
minyak dan gas bumi terhadap penerimaan total sejak awal PELITA I terus
eningkat. Peningkatan itu mencapai sekitar 60 persen pada awal tahun 1980-an
Pajak Energi di Negara Produsen dan Negara Konsumen
Di sebagian besar negara produsen energi yang masuk kategori negara
berkembang, pajak konsumsi energi merupakan salah satu sumber
pendapatan negara. Tetapi besarnya kalah jauh dibandingkan dengan pajak
yang ditetapkan negara konsumen energi.
Indonesia sendiri menerapkan value added tax atau pajak pertambahan nilai
pada harga negara di titik konsumen. Dengan alasan memperbaiki
lingkungan yang masuk akibat pemanfaatan energi, pajak yang dikenakan
negara-negara konsumen energi kepada konsumen akhir terlihat cukup
besar.
Rente ekonomi yang diambil dalam sistem rantai energi minyak bumi dimulai
sejak produksi sampai dengan konsumen akhir. Negara produsen energi
hanya mendapatkan 1/5 dari rente ekonomi yang diambil negara-negara
konsumen energi.
Adanya isu lingkungan membuat pajak energi dari pajak karbon yang
diterapkan negara konsumen cenderung memperbesar pendapatan negara
konsumen. Memang dapat dipertanyakan apakah pendapatan dari pajak itu
benar digunakan untuk menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan energi atau hanya meningkatkan pendapatan negara
konsumen untuk kepentingan yang lain.
• KETERKAITAN ENERGI
DENGAN NERACA
PEMBAYARAN
NERACA PEMBAYARAN

neraca perdagangan
neraca modal
dan jasa
(current account) (capital account)
Energi oleh negara produsen dapat diekspor sehingga
menghasilkan devisa. Sebagian lagi digunakan untuk kebutuhan
domestik. Kebutuhan energi domestik akan terus menerus
meningkat seiring dengan kegiatan ekonomi negara bersangkutan.
Selama masih menjadi pengekspor (X > 0), atau masih ada sisa
yang dapat diekspor, neraca perdagangannya akan positif.

Indonesia, Cina, dan Amerika Serikat adalah contoh negara


pengekspor sekaligus pengimpor energi. Pos energi termasuk
dalam ekspor (X) dan impor energi dimasukkan dalam impor (M).

Ekspor dan impor energi minyak, gas bumi, batubara, BBM, LPG,
dan listrik merupakan bagian dari total neraca perdagangan
nasional. Panas bumi dan tenaga air tidak dapat diekspor, tetapi
energi sekunder yang dihasilkan dalam bentuk listrik dapat
diekspor. Energi sekunder lain seperti BBM dan LPG juga dapat
diekspor dan menghasilkan devisa
Tabel Harga Jual BBM Dengan dan Tanpa Pajak di
Beberapa Negara (per liter)
berdasarkan nilai tukar 1 dolar AS = Rp 2.256)
ASUMSI
Energi dalam batasan tertentu juga terkait dengan neraca modal
lewat kegiatan pengembangan dan pemanfaatan energi. Sesuai
dengan karakteristik energi yang penuh resiko, padat modal,
serta menggunakan teknologi tinggi, maka pengembangannya
dilakukan oleh penanam modal asing atau perusahaan
multinasional.

Investasi asing langsung (foreign direct investment) di Indonesia untuk


minyak, gas bumi, batubara, panas bumi dan pembangkit listrik dilakukan
oleh perusahaan multnasional. Investasi pengembangan energi sekunder
yang terbesar untuk sistem kelistrikkan merupakan bagian dari neraca
modal pemerintah. Pembiayaannya sebagian besar menggunakan dana
pinjaman lembaga donor internasional.
Persamaan sederhana neraca pembayaran atau Balance
of Payment (BOP) untuk waktu tertentu

BOP = (X – M) + (Kin – Kout) ……… 2.25

(X – M) adalah neraca perdagangan dan jasa, sementara (Kin – Kout)


adalah neraca modal pemerintah dan swasta. Masing-masing neraca
mengadung kontribusi sector energy dan non-energi. Kin adalah
besarnya modal yang masuk, sedangkan Kout adalah besarnya
modal yang keluar.
Kontribusi ekspor minyak dalam BOP sebagian besar Negara pengekspor
minyak sedemikian besar, sehingga naik turunnya ekspor minyak dapat
mengakibatkan surplus atau deficit pada BOP.

Besarnya nilai ekspor minyak tergantung pada jumlah minyak


yang di ekspor (barel per hari) dan harga minyak dunia (dolar AS
per barel).

Fluktuasi harga minyak dapat terjadi secara drastis yang berakibat


langsung pada fluktuasi nilai ekspor Negara produsen minyak. Sebaliknya,
jumlah minyak ekspor sebagian ada yang dijual di pasar tunai sehingga dapat
menimbulkan ketidakpastian, tetapi sebagian besar sudah memiliki pasar yang
pasti sehingga fluktuasi dapat diperkirakan sebelumnya.
beberapa pendekatan teoritis yang dapat menjelaskan jika
terjadi penurunan drastic ekspor minyak dan defisit BOP,
dengan mengambil persamaan 2.25 dan rumus makro
ekonomi sederhana :

Y = C + G + I + (X – M) atau (X –M) = Y – (C + G + I)

BOP = Y – (C + G + I) + (Kin – Kout)


BOP dapat disempurnakan dengan melakukan berbagai
langkah diluar perbaikan nilai impor sebagai berikut.

• Pertama, meningkatkan produksi nasional (Y)


dengan pengeluaran (C + G + I) dan (Kin – Kout)
tetap.
• Kedua, menekan pengeluaran (C + G + I) dengan Y
dan (Kin – Kout) tetap
• Ketiga, meningkatkan neraca modal (Kin – Kout)
dengan Y dan (C + G + I) tetap.
• Keempat, kombinasi ketiga langkah tersebut.
Salah satu cara meningkatkan produksi nasional
adalah melakukan devaluasi atau, pada sistem
ekonomi dengan kurs mengambang, melepaskan
mata uang terdepresiasi pada dolar Amerika.

Sebagian besar negeri pengekspor minyak mendapat devisa minyak


cukup besar. Namun keadaan itu terganggu pada tahun 1986 ketika
harga minyak di pasar dunia mulai jatuh. Ekspor mereka mengalami
penurunan drastis. Di sisi lain, komoditi di luar minyak belum siap
merosost drastis, mereka terpaksa harus melakukan devaluasi atau
mendepresiasikan mata uang terhadap dolar Amerika untuk
mengamankan BOP.
• DAMPAK ENERGI
TERHADAP INFLASI
Inflasi dapat terjadi karena tarikan permintaan
agregat (demand pull inflation) akibat kenaikan
pengeluaran agregat konsumsi (C), Investasi
(I), dan Pemerrintah

Energi terkait langsung dengan inflasi terutama


karena energi (E) sebagai faktor produksi agregat
dalam SA. Perubahan harga energi akan memberi
dampak inflasi lewat cost pull inflation.

Dampak terhadap inflasi lebih banyak terlihat dalam kenaikan harga


energi yang digunakan langsung oleh konsumen akhir. Kenaikan
harga energi terutama didorong oleh kenaikan biaya produksi
sehingga untuk mempertahankan tingkat keuntungan tertentu perlu
dilakukan penyesuaian harga.
• TERIMA KASIH

ADA
PERTANYAAN ?
KESIMPULAN
 Ekonomi makro merupakan ilmu yang mempelajari beberapa hal
seperti pertumbuhan ekonomi, aras (level) output nasional, neraca
pembayaran, anggaran belanja, inflasi, dan sebagainya.
 Elastisitas substitusi (σ) adalah seberapa besar non-energi dapat
menstubstitusi energi dalam menghasilkan PDB yang akan
mempengaruhi bentuk isoquant dan tingkat kenaikan PDB.
 Penerimaan negara dari pengelolaan energi primer di sisi eksploitasi
dan produksi (hulu-upstream) dilakukan lewat pembagian
keuntungan dengan produsen energi dan penjualan energi dan
penjualan produk energi sekunder kepada konsumen akhir (hilir-
downstream).
 Perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
maupun penawaran agregat otomatis mengubah tingkat harga
nasional

Anda mungkin juga menyukai