Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Eka Sri Y, M.T.
ALUR PRESENTASI
ENERGI DALAM EKONOMI MAKRO
• Non-energi adalah input di luar energi dalam penawaran agregat seperti modal (K) dan tenaga
kerja (L).
• Masalah substitusi, baik energi mensubstitusi non-energi ataupun sebaliknya, menjadi penting
dalam menghasilkan PDB (Produk Domestik Bruto).
• Elastisitas substitusi (σ) adalah seberapa besar non-energi dapat menstubstitusi energi dalam
menghasilkan PDB yang akan mempengaruhi bentuk isoquant dan tingkat kenaikan PDB.
Pada σ = 0, perbandingan input energi dan
non-energi tidak mungkin berubah.
Komposisinya pada penawaran agregat
tetap. Dalam gambar ditunjukkan dengan
isoquant PDB1 dan isoquant PDB yang lain
pun akan mengikuti pola yang sama.
Pengurangan input energi tidak dapat
digantikan oleh peningkatan input non-energi
dan, apabila dilakukan, PDB yang dihasilkan
akan lebih rendah.
σ=1
Perbandingan input energi dan non-energi berada pada penawaran agregat terbatas.
Pengurangan input energi dapat digantikan oleh peningkatan input non-energi secara
terbatas dan, bila lakukan, PBD yang dihasilkan akan turun lebih rendah. Kurva AS0 akan
bergeser menjadi AS2.Y0 akan turun, tetapi tidak sampai ke Y1. Penurunan itu hanya
sampai pada Y2 dan P0 akan naik tidak sampai P1 tetapi tetap pada P2.
σ=∞
Akan terjadi subsitusi sempurna yaitu perbandingan input energi dan non-energi
dapat berubaha sempurna. Pengurangan input energi dapat digantikan sepenuhnya oleh
input non-energi. Kurva AS0 berhimpit dengan AS3 dan PBD yang dihasilkan akan
tetap. Y3 tetap pada Y0 dan P0 pun tetap
• PERANAN ENERGI DALAM
PENERIMAAN NEGARA
Penerimaan negara dari pengelolaan energi primer di sisi eksploitasi dan
produksi (hulu-upstream) dilakukan lewat pembagian keuntungan dengan
produsen energi dan penjualan energi dan penjualan produk energi sekunder
kepada konsumen akhir (hilir-downstream).
Dimana cadangan energi yang sudah ditemukan dan diproduksi
menghasilkan rente ekonomi yang diterima negara dan produsen energi.
Besarnya rente ekonomi yang diserahkan kepada negara biasanya dituangkan
dalam perjanjian kerja dengan produsen energi. Penyerahan rente ekonomi
perusahaan negara yang diberi tugas mengelola sumber daya energi diatur
secara tersendiri.
Sektor migas saat ini masih menjadi tumpuan penerimaan negara,
walaupun sudah tampak diversifikasi ekonomi untuk tidak lagi tergantung
pada migas. Namun yang pasti penerimaan dari migas memungkinkan
Indonesia membiayai pembangunan ekonominya. Penerimaan Indonesia dari
minyak dan gas bumi terhadap penerimaan total sejak awal PELITA I terus
eningkat. Peningkatan itu mencapai sekitar 60 persen pada awal tahun 1980-an
Pajak Energi di Negara Produsen dan Negara Konsumen
Di sebagian besar negara produsen energi yang masuk kategori negara
berkembang, pajak konsumsi energi merupakan salah satu sumber
pendapatan negara. Tetapi besarnya kalah jauh dibandingkan dengan pajak
yang ditetapkan negara konsumen energi.
Indonesia sendiri menerapkan value added tax atau pajak pertambahan nilai
pada harga negara di titik konsumen. Dengan alasan memperbaiki
lingkungan yang masuk akibat pemanfaatan energi, pajak yang dikenakan
negara-negara konsumen energi kepada konsumen akhir terlihat cukup
besar.
Rente ekonomi yang diambil dalam sistem rantai energi minyak bumi dimulai
sejak produksi sampai dengan konsumen akhir. Negara produsen energi
hanya mendapatkan 1/5 dari rente ekonomi yang diambil negara-negara
konsumen energi.
Adanya isu lingkungan membuat pajak energi dari pajak karbon yang
diterapkan negara konsumen cenderung memperbesar pendapatan negara
konsumen. Memang dapat dipertanyakan apakah pendapatan dari pajak itu
benar digunakan untuk menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan energi atau hanya meningkatkan pendapatan negara
konsumen untuk kepentingan yang lain.
• KETERKAITAN ENERGI
DENGAN NERACA
PEMBAYARAN
NERACA PEMBAYARAN
neraca perdagangan
neraca modal
dan jasa
(current account) (capital account)
Energi oleh negara produsen dapat diekspor sehingga
menghasilkan devisa. Sebagian lagi digunakan untuk kebutuhan
domestik. Kebutuhan energi domestik akan terus menerus
meningkat seiring dengan kegiatan ekonomi negara bersangkutan.
Selama masih menjadi pengekspor (X > 0), atau masih ada sisa
yang dapat diekspor, neraca perdagangannya akan positif.
Ekspor dan impor energi minyak, gas bumi, batubara, BBM, LPG,
dan listrik merupakan bagian dari total neraca perdagangan
nasional. Panas bumi dan tenaga air tidak dapat diekspor, tetapi
energi sekunder yang dihasilkan dalam bentuk listrik dapat
diekspor. Energi sekunder lain seperti BBM dan LPG juga dapat
diekspor dan menghasilkan devisa
Tabel Harga Jual BBM Dengan dan Tanpa Pajak di
Beberapa Negara (per liter)
berdasarkan nilai tukar 1 dolar AS = Rp 2.256)
ASUMSI
Energi dalam batasan tertentu juga terkait dengan neraca modal
lewat kegiatan pengembangan dan pemanfaatan energi. Sesuai
dengan karakteristik energi yang penuh resiko, padat modal,
serta menggunakan teknologi tinggi, maka pengembangannya
dilakukan oleh penanam modal asing atau perusahaan
multinasional.
Y = C + G + I + (X – M) atau (X –M) = Y – (C + G + I)
ADA
PERTANYAAN ?
KESIMPULAN
Ekonomi makro merupakan ilmu yang mempelajari beberapa hal
seperti pertumbuhan ekonomi, aras (level) output nasional, neraca
pembayaran, anggaran belanja, inflasi, dan sebagainya.
Elastisitas substitusi (σ) adalah seberapa besar non-energi dapat
menstubstitusi energi dalam menghasilkan PDB yang akan
mempengaruhi bentuk isoquant dan tingkat kenaikan PDB.
Penerimaan negara dari pengelolaan energi primer di sisi eksploitasi
dan produksi (hulu-upstream) dilakukan lewat pembagian
keuntungan dengan produsen energi dan penjualan energi dan
penjualan produk energi sekunder kepada konsumen akhir (hilir-
downstream).
Perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
maupun penawaran agregat otomatis mengubah tingkat harga
nasional