By: FATMA SRI WAHYUNI Apa itu penyakit imuno defisiensi???
Yaitu penyakit yang disebabkan
menurunnya atau gagalnya salah satu atau lebih unsur sistem imun. Gejala klinik yg sangat menonjol:
Infeksi yang berulang atau berkeadekuat
terhadap terapi antimikroba
Interaksi antara komplemen, antibodi dan
fagosit merupakan dasar mekanisme pertahanan tubuh thd infeksi, shg gangguan dr salah satu ketiga komponen ini memberikan peluang untuk terjadinya infeksi berulang . Jenis imunodefisiensi: 1. Imunodefisiensi primer: - Kelainan atau disfungsi fagosit - Defisiensi komplemen - defisiensi limfosit B - defisiensi limfosit T - defisiensi sel induk (stem cell) - defisiensi MHC kelas II 2. Imunodefisiensi sekunder: - Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) 1. Imunodefisiensi primer
Imunodefisiensi primer pada umumnya
merupakan akibat kelainan respon imun bawaan yang dapat berupa kelainan dalam sistem fagosit dan atau komplemen atau kelainan dalam diferensiasi dan fungsi limfosit. 1. Kelainan/ disfungsi fagosit Disfungsi fagosit dpt berupa kelainan intrinsik, yg a.l. disebabkan oleh defisiensi enzim yang diperlukan untuk pembunuhan kuman, misalnya; kekurangan enzim mieloperoksidase dan laktoferin untuk proses metabolisme oksidatif. Kelainan ini disebut defisiensi granula spesifik (specific granules deficiency). Penyebabnya belum diketahui, tai diduga faktor genetik memegang peranan penting. Manifestasi klinik akibat disfungsi fagosit adalah:
a. penyakit granulomatosa kronik (CGD= chronic
granulomatous disease).
terjadinya disfungsi neutrofil yg disebabkan:
- gangguan metabolisme oksidatif akibat adanya defisiensi enzim - ketidakmampuan NADPH-oksidase untuk bereaksi dg substrat - gangguan rangsangan thd membran sel - disfungsi sistem transport elektron dalam sel b. Infeksi bakterial berulang
Baik lokal maupun sistemik, terutama infeksi
oleh: - Staphylococcus aureus - Streprococcus hemolyticus - candida Penderita sering infeksi berat tanpa peningkatan suhu dan tanpa peningkatan jumlah leukosit. 2. Defisiensi sistem komplemen
Defisiensi masing2x komponen dalam sistem
komplemen menunjukkan gejala klinik yg berbeda2x, diantara yang sering dijumpai adalah:
a. defisiensi inhibitor C1-esterase:
mengakibatkan aktifasi C1, C2 dan C4 menjadi tak terkendali. Hal ini menyebabkan penglepasan zat kinin vasoaktif oleh C2 yg berlebihan dan berakibat peningkatan permeabilitas dinding kapiler shg tjd edema. b. Defisinsi C1r, C4 dan C2 menimbulkan kegagalan dalam aktivasi C-3 convertase, kelainan ini dijumpai pd penderita SLE (systemic lupus erythematosus). Diduga hubungan antara penyakit ini dg defisiensi komplemen: ketidakmampuan pendeita untuk menyingkirkan kompleks antigen-antibodi yang tdp dalam tubuh. 3. Defisiensi limfosit B Kelainan ini dapat berupa: - kelainan intrinsik sel B - kelainan fungsi sekresi imunoglobulin (ciri utama) - kelainan fungsi sekresi Manifestasi klinik defisiensi limfosit B
Transient hypogammaglobulinnemia pada
anak2x, ditandai dengan infeksi saluran nafas berulang kali= dihubungkan defisiensi IgG. Defisiensi imunoglobulin tjd alami pd neonatus, yaitu apabila IgG yg berasal dr ibu telah menghilang, dan hal ini terutama berbahaya bagi bayi yg lahir prematur krn sistem imun yg belum berfungsi sempurna. Neonatus pada umumnya mendapat perlindungan dr Ig yg berasal dr ibu. IgA, IgM, IgD dan IgE tidak dpt melewati plasenta. Apabila dalam darah neonatus tdp peningkatan kadar IgA atau IgM, bisa jadi hal ini dibentuk sendiri oleh neonatus akibat infeksi intra uterin. Dalam waktu 3 bulan, bayi normal sudah mulai membentuk antibodi sendiri, wlp antibodi thd kapsul polisakarida bakteri tdk terbentuk dlm jumlah memadai sebelum ia berumur 2 th. Pada usia 5-6 bulan kadar IgG dalam darah bayi umumnya rendah sehingga pada usia ini bayi sangat peka thd infeksi. Ada kalanya pada usia 5-6 bulan bayi mengalami infeksi saluran nafas berulang kali dan hal ini biasanya dihubungkan dgn defisiensi IgG. Kelainan inilah yang disebut dgn transient hypogammaglobulin yg akan berubah menjadi normal secara spontan pd umur 4 th. Immunodefisiensi yg paling sering dijumpai adalh: Common variable immunodeficiency (CVID): - baru timbul setelah dewasa - ditandai dengan infeksi yg berulang - limfosit B tidak mampu tdk mampu mensekresikan imunoglobulin yg diproduksinya. Pada defisiensi imunoglobulin selektif: limfosit B tidak mampu memproduksi imunoglubulin kelas tertentu, atau imunoglobulin tertentu yg diproduksi tidak berfungsi semstinya. Yang paling sering dijumpai adalah defisiensi IgA, dengan ciri infeksi saluran nafas atau saluran cerna.
Umumnya pd kelainan ini tdk dijumpai kelainan
imunoglobulin kelas lain, seringkali masih nampak sel B dgn sIgA. Ini berarti bahwa sel B masih mampu memproduksi IgA ttp tdak mensekresikannya.
Diduga hal ini disebabkan defisiensi komponen
sekretorik atau mungkin juga defisiensi sel T- penolong 4. Defisiensi limfosit T
Penderita dgn defisiensi limfosit T, sangat
peka terhadapinfeksi virus, jamur dan kuman yang patogenitasnya rendah. Manifestasi klinik dr defisiensi limfosit T: - Sindrom Di George - Sindrom Wiskott-Aldrich - Chronic mucocutaneous candidiasis Sindrom Di George
Ditandai dgn:
- tidak terbentuknya kelenjar thymus sama
sekali, atau pembentukan thymus yg tidak lengkap pd saat embriogenesis, shg cikal bakal limfosit tdk dpt berkembang mjd limfosit T. Sindrom Wiskott-Aldrich Dijumpai kelainan pd proses ekspresi antigen oleh makrofag, dg sindrom:
IgM serum rendah, kadar IgG normal sedang IgA
dan IgE meningkat
Jumlah sel B normal, tidak memberikan respon thd
antigen polisakarida untuk memproduksi antibodi
Mengenai usia muda dgn gejala trombositopenia,
eksim dan infeksi rekuren Chronic mucocutaneous candidiasis (Kandidiasis mukokutan kronik)
Kemampuan sel T yg kurang untuk
memproduksi MIF (migration inhibitory factor) dalam respons terhadap antigen / kandida
Infeksi jamur bisa non patogenik seperti
kandida albicans pd kulit dan selaput lendir 5. Defisiensi sel induk (stem cell) Gejalanya: merupakan kombinasi kelainan limfosit B dan limfosit T, disebabkan oleh gangguan enzim recombinase yg sangat diperlukan untuk pembentukan reseptor sel B dan sel T. Pada penderita lain dijumpai gangguan enzim adenosin deaminase pd sel B maupun T. Manifestasi klinik: - severe combined imuno deficiency (SCID) - Disgenesis retikular; defisiensi sel induk pluripoten, shg cikal bakal limfosit maupn mieloid tdk dpt berkembang. 6. Defisiensi MHC kelas II Anak yg menderita penyakit ini sering terkena infeksi berulang kali terutama pd saluran cerna. MHC; (major hystocompatibility compleks ) Perbedaan; berdasarkan distribusi di jaringan dan struktur molekulnya. MHC kelasII tdp pd permukaa sel imunokompeten: makrofag, limfosit B dan limfosit T. 2. Imunodefisiensi sekunder Golongan imunodefisiensi sekunder lebih sering dijumpai dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor etiologik, mis; - malnutrisi - infeksi virus yg bersifat sitotoksik thd sel limfosit spt yang dijumpai pada Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) - defisiensi akibat sinar X, obat2xan sitotoksik dan kortikosteroid a. malnutrisi
Malnutrisi protein / kalori :
atrofi timus dan jaringan limfoid sekunder,
depresi respons sel T thd antigen dan sel alogenik, pengurangan sekresi limfokin, gangguan respons thd uji kulit hipersentivitas tipe lambat b. infeksi – Infeksi virus, bakteri dapat menekan sistem imun – Malaria dan rubela kongenital : defisiensi antibodi – Kehilangan imunitas seluler terjadi pd penyakit campak, mononukleosis, hepatitis virus, sifilis, bruselosis, lepra, tuberkulosis milier dan parasit c. obat, trauma, tindakan kateterisasi d. penyinaran – Dosis tinggi menekan seluruh jaringan limfosit – Dosis rendah menekan aktivitas sel Ts e. penyakit berat – Menyerang jaringan limfoid : penyakit Hodgkin, mieloma multiple, leukemia, limfosarkoma – Uremia menekan sistem imun – GGK dan diabetes defek fagosit sekunder f. kehilangan imunoglobulin – Pada nefrotik sindrom, diare, luka bakar g. stress AIDS Disebabkan oleh HIV (human imunodeficiency virus). Penularannya:
- di Afrika: melalui hubungan
heteroseksual, tetapi di bagian dunia lain penularan terutama tjd melalui hub homoseksual - antara pecandu obat bius intravena - ibu HIV positif ke janin melalui transmisi fetusmaternal. Kelainan imunologik ditandai dgn:
Penurunan jumlah dan fungsi limfosit T
penolong (CD4) Unsur yang paling penting dan sentral dalam patogenesis AIDS adalah gangguan pada sel T penolong (CD4), khususnya yg tergolong T helper inducer, baik jumlah maupun fungsinya. Diduga antigen CD4 yg terdapat pd permukaan sel T penolong merupakan reseptor bagi HIV. Shg HIV dapat melekat dan masuk ke dalam sel dan merusaknya. Krn itu pada penderita ditemukan penurunan jumlah limfosit CD4, sedangkan CD8 normal atau meningkat. Penurunan ratio CD4/CD8 pada AIDS biasanya ireversibel. Pada AIDS juga dijumpai gangguan fagosit (imunoseluler pada AIDS tidak terbatas pd sel limfoid. Monosit dan makrofag dapat terinfeksi oleh HIV, bahkan sel ini mrpk reservoir yg stabil bagi virus, krn sel ini mempunyai masa hidup yg lama dan menyediakan dirinya untuk replikasi virus scr terus menerus. Sel ini baru dapat memusnahkan virus kalau dibantu oleh limfokin yg diproduksi oleh sel T. Pada AIDS ternyata jumlah sel B juga bertambah, namun imunoglubulinnyg dihasilkan tdk berfungsi sbgmn mestinya. AIDS merupakan penyakit yang fatal. Kematian biasanya disebabkan pneumonia, dan 30 % disebabkan oleh gangguan sistem syaraf. Diagnosis ditegakkan dgn menentukan anti- HIV dalam serum dgn cara ELISA yang dikonfirmasi dgn cara Western Blott.