OKSIGEN TERLARUT Baru
OKSIGEN TERLARUT Baru
LINGKUNGAN
LAUT
ANALISIS OKSIGEN TERLARUT,
BOD, DAN COD
DALAM AIR LAUT
KELOMPOK II
Musdalipa (H311 15 006)
Triswono Ramadhan Zarkoni (H311 15 016)
Sahrianna (H311 15 018)
Meitha Putri Dauntasik (H311 15 318)
Andi Ma’gattang Gafur (H311 15 322)
Annisa Maulida Alimuddin (H311 15 520)
Pengantar
Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat berdaya guna, yang mampu melarutkan zat-zat lain
dalam jumlah yang lebih besar daripada zat cair lainnya. Sifat ini dapat dilihat dari banyaknya
unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air laut. Air laut juga mengandung sejumlah besar
gas-gas udara terlarut.
Gas oksigen khususnya sangat penting, karena sangat dibutuhkan bagi kehidupan organisme
air. Umumnya gas ini banyak dijumpai di lapisan permukaan, oleh karena itu oksigen yang
berasal dari udara di dekatnya dapat secara langsung larut (berdifusi) ke dalam air laut.
Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa
dan absorbsi atmosfer/udara.
Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen) maka kualitas air semakin baik. Oksigen
terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.
Tinjauan Umum Oksigen Terarut dalam Air Laut
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena
oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut
sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara
alami.
Kadar oksigen terlarut yang turun drastis dalam suatu perairan menunjukkan
terjadinya penguraian zat-zat organik dan menghasilkan gas berbau busuk dan
membahayakan organisme. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh
semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu,
oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam
proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan
tersebut.
(Simanjuntak, 2017; Salmin, 2015)
Tinjauan Umum Mengenai BOD (Biological Oxygen Demand)
dan COD (Chemical Oxygen Demand)
Parameter yang umum dipakai untuk mengenal adanya pencemaran adalah BOD dan COD
•Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang
diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik.
penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran
banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan
bahan organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan
kondisi yang ada di alam.
•COD (Chemical Oxigen Demand) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia. Angka COD yang tinggi, mengindikasikan
semakin besar tingkat pencemaran yang terjadi. Sedangkan BOD (Biological Oxygen Demand)
adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri/mikroorganisme untuk
menguraikan bahan pencemar dalam kondisi baku. Oleh karena itu nilai BOD dan COD
yang tinggi menunjukkan air tercemar berat.
(Ali dkk. 2013; Salmin, 2015)
Penentuan Oksigen
Terlarut, BOD & COD
Perairan dari Beberapa
Penelitian
Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi Sebagai
Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan
Telah banyak dilakukan penelitian tentang pengaruh air buangan industri dan limbah penduduk
terhadap organisme perairan, terutama pengaruhnya terhadap ikan. Akibat yang ditimbulkan antara
lain dapat menyebabkan kelumpuhan ikan, karena otak tidak mendapat suplai oksigen serta kematian
karena kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat
oksigen yang terlarut dalam darah. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat
dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia, sepeti oksigen terlarut (Dissolved Oxygen
= DO) dan kebutuhan oksigen biologis (Biological OxygenDemand = BOD). Tulisan ini lebih
Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu:
Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak digunakan untuk menentukan kadar
oksigen terlarut.
2. Metoda elektrokimia
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan
2. Metoda elektrokimia
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk
menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe
oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO
meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara
keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap
oksigen.
Dengan cara pengenceran pengukuran BOD didasarkan atas kecepatan degradasi biokimia
bahan organik yang berbanding langsung dengan banyaknya zat yang tidak teroksidasi pada saat
tertentu.
Selama penentuan oksigen terlarut, baik untuk DO maupun BOD, diusahakan seminimal
mungkin larutan sampai yang akan diperiksa tidak berkontak dengan udara bebas. Khusus untuk
penentuan BOD, sebaiknya digunakan botol sampel BOD dengan volume 250 ml dan semua
isinya dititrasi secara langsung. Perhitungan kadar DO nya :
Sungai Metro yang berada di Kecamatan Sukun, Kota Malang masih dimanfaatkan oleh
masyarakat yang berada di sekitar sungai. tempat pembuangan sampah dan air limbah
domestik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan sungai yang dilakukan
oleh masyarakat tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air sungai. Hasil
pemantauan kualitas air yang dilakukan oleh Perum Jasa Tirta tahun 2001, Sungai Metro
telah mengalami penurunan kualitas air terutama disebabkan salah satunya oleh air limbah
domestic. Hasil analisis status mutu air pada lokasi stasiun pemantauan kualitas air di
Jembatan Metro kondisi kualitas air cemar ringan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka
tujuan penelitian dalam penelitian ini mengkaji kondisi kualitas air sungai dan status mutu
air Sungai Metro, serta kesesuaiannya terhadap baku mutu air sesuai peruntukannya.
dengan baku mutu air sesuai kelas air. Berdasarkan peruntukannya, Sungai Metro merupakan golongan air kelas III, maka
hasil pemantauan parameter fisika (suhu dan TSS) dan kimia (pH, DO, COD, BOD) pada masing-masing stasiun
pengamatan dalam penelitian ini, selanjutnya dibandingkan dengan baku mutu air kelas III yang terdapat pada Perda
Provinsi Jatim No. 2 Tahun 2008. Hasil analisa terhadap masing-masing parameter adalah sebagai berikut:
1. DO
Hasil pemantauan parameter DO pada setiap stasiun pengamatan menunjukan terjadi penurunan dari stasiun 1 ke
stasiun 3. Nilai DO pada stasiun 1 sebesar 3,6 mg/l kemudian menurun pada stasiun 2 sebesar 3,2 mg/l dan semakin
Hasil pemantauan parameter COD pada setiap stasiun pengamatan menunjukan terjadinya
peningkatan dari stasiun 1 ke stasiun 3. Nilai COD pada stasiun 1 sebesar 11,11 mg/l, pada stasiun 2
Nilai BOD pada stasiun 1 sebesar 4,7 mg/l, stasiun 2sebesar 6,1 mg/l dan pada stasiun 3 sebesar
6,25 mg/l.
Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen Terlarut di Perairan Kema,
Sulawesi Utara
Distribusi suhu, salinitas dan oksigen terlarut di suatu perairan sangat berpengaruh pada
berbagai aspek parameter lain, seperti reaksi kimia dan proses biologi. Penelitian mengenai
kondisi suhu, salinitas dan oksigen terlarut di perairan Kema, Sulawesi Utara dilakukan pada
bulan April dan Mei 2010. Hasilnya menunjukkan suhu berkisar antara 28,2 - 32,5 oC dengan
rata-rata (30,1±1,11 oC), salinitas antara 28,0-33,0o/oo dengan rata-rata (31,7±1,36o/oo) dan
oksigen terlarut antara 3,46-6,25 ppm dengan rata-rata (4,73±0,76 ppm). Sebaran nilai suhu,
salinitas dan kadar oksigen terlarut cukup bervariasi. Bervariasinya suhu, salinitas dan
oksigen terlarut di perairan ini dipengruhi oleh fakktor eksternal antara lain cuaca, angin dan
arus. Kondisi suhu, salinitas dan oksigen terlaut perairan ini masih tergolong normal dan baik
untuk kehidupan biota laut. (Patty, 2013)
Metode Penelitian
Parameter oseanografi yang diamati adalah suhu air laut, salinitas dan oksigen terlarut.
Sampel air laut diambil dari lapisan permukaan pada 14 stasiun pengamatan. Penentuan posisi
masing-masing stasiun penelitian dilakukan dengan menggunakan handportable GPS
(Geographical Positioning System). Pengukuran parameter oseanografi dilakukan secara in
situ. Suhu air laut diukur dengan menggunakan thermometer GMK-910T, salinitas diamati
dengan menggunakan Atago hand refractometer. Kadar oksigen terlarut ditentukan dengan
cara metoda elektrokimia menggunakan alat DO meter AZ 8563 dan nilainya dinyatakan
dalam ppm. Data suhu, salinitas dan oksigen terlarut yang telah diperoleh kemudian disajikan
dalam bentuk sebaran melintang dengan perangkat lunak Golden Software Surfer versi 8. Dari
hasil tersebut dapat dianalisis kondisi sebaran parameter secara horizontal pada lokasi
penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Suhu
Hasilnya menunjukkan suhu berkisar antara 28,2 - 32,5 oC dengan rata-rata
(30,1±1,11 oC)
Salinitas
Hasilnya menunjukkan salinitas antara 28,0-33,0o/oo dengan rata-rata (31,7±1,36o/oo)
Oksigen Terlarut
Kadar oksigen terlarut pada bulan April berkisar antara 3,46-4,99 ppm dengan rata-
rata 4,22±0,34 ppm. Sedangkan pada bulan Mei berkisar antara 4,03-6,25 ppm dengan
rata-rata 5,25±0,72 ppm. Perbedaan rata-rata kadar oksigen antara bulan April dan Mei
adalah 1,03 ppm. Kadar oksigen terlarut bulan April dan Mei cukup bervariasi dengan nilai
koefisien variasi (CV) masing-masing 8,12% dan 13,73%.
Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen Utilization di Perairan Teluk
Klabat, Pulau Bangka
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi lingkungan dan distribusi oksigen
terlarut serta Apparent Oxygen Utilization (AOU) perairan Teluk Klabat, Pulau Bangka. Contoh
air laut diambil dari 20 stasiun penelitian dengan menggunakan Botol Nansen di perahu nelayan
dan Botol Niskin di Kapal Riset Baruna Jaya VII pada 3 kedalaman yaitu pada lapisan permukaan
(0 m); 5 meter dan dekat dasar. Kadar oksigen terlarut ditentukan dengan titrasi Jodometri
berdasarkan metode Winkler. Hasil analisa oksigen terlarut menunjukkan kadar oksigen terlarut
di lapisan permukaan (0 m); 5 m dan dekat dasar masing-masing berkisar antara 3,54 - 4,08
mL/L; 3,22 - 3,58 mL/L; 2,97 - 3,30 mL/L. Kadar ini terus menurun dengan bertambahnya
kedalaman. Berdasarkan nilai suhu dan salinitas yang diperoleh telah dihitung daya larut
“apparent oxygen utilization” (AOU) dan derajat kejenuhan oksigen pada lapisan permukaan. Di
lapisan permukaan sampai dekat dasar diperoleh kisaran nilai AOU yaitu – 1,07 sampai 0,09
mL/L dengan nilai AOU yang negatip diperoleh sebanyak 4% sedangkan positif 96% di lapisan
permukaan. Dari hasil penelitian diperoleh konsentrasi oksigen terlarut yang belum menunjukkan
dampak negatif terhadap lingkungan perairan.
(Simanjuntak, 2007)
Metode Penelitian
Contoh air laut diambil dari 20 stasiun di perairanTeluk Klabat, Pulau Bangka pada bulan Juni-Juli 2003 yaitu
di permukaan (0 m), 5 m dan dekat dasar. Yang dimaksud dengan kriteria dekat dasar dalam tulisan ini adalah contoh
air laut yang diambil pada setiap stasiun penelitian dengan botol Nansen dengan jarak 1 meter dari atas dasar
perairan dengan kedalaman laut minimum 6 meter untuk 2 lapisan yaitu permukaan dan dekat dasar. Pengambilan
contoh air laut dilakukan dengan menggunakan botol Nansen, perahu nelayan dan botol Niskin Kapal Riset Baruna
Jaya VII. Contoh air yang sudah diambil segera diawetkan dengan larutan MnCl2 dan azida (NaOHKJ). Kadar
oksigen terlarut dianalisis dengan cara titrasi berdasarkan metode Winkler dalam satuan ml/l. Kelarutan oksigen,
derajat kejenuhan dan AOU (Apparent OxygenUtilization) dihitung berdasarkan pendekatan empiris Alekin (dalam
Sapulete & Birowo, 1989) berdasarkan data temperatur dan salinitas yang terukur.
Hasil dan Pembahasan
Distribusi oksigen terlarut
a. Distribusi horizontal
Distribusi oksigen terlarut dalam air permukaan (0m) berkisar antara (3,54-4,08 ml/l) lebih tinggi dibandingkan dengan di
kedalaman dekat dasar (2,97- 3,30 ml/l). Secara keseluruhan kadar oksigen terlarut di perairan ini berkisar antara
2,97-4,08 ml/l dengan rata-rata 3,44 ml/l.
b. Distribusi vertikal
Berkurangnya kadar oksigen terlarut dengan bertambahnya kedalaman di perairan Teluk Klabat, Pulau Bangka terlihat dari
selisih rata-rata kadar oksigen terlarut pada setiap kedalaman yaitu di lapisan permukaan sampai 5 m (3,79 - 3,47 ml/l =
0,32 ml/l) dan pada kedalaman 5 m - dekat dasar (3,47 - 3,06 ml/l = 0,41 ml/l). Selisih kadar oksigen terlarut yang lebih
besar (0,41 ml/l) ditemukan pada kedalaman 5 meter sampai kedalaman dekat dasar, sedangkan selisih yang lebih kecil
(0,32 ml/l) ditemukan di lapisan permukaan sampai kedalaman 5 m
AOU (Apparent Oxygen Utilization)
Nilai AOU (Apparent Oxygen Utilization) adalah perkiraan kasar tentang pemakaian kadar oksigen terlarut
oleh biota dan oksidasi zat-zat organik. Kisaran nilai negatif AOU di lapisan permukaan, 5 meter dan dekat
dasar masing-masing - 0,43 - (0,09 ml/l); -0,73 - (-0,35 ml/l) dan -1,07 - (-0,58 ml/l). Hal yang menarik adalah
ditemukan hanya 2 stasiun yang mempunyai nilai AOU negatif di lapisan permukaan yaitu pada Stasiun 14 (-
0,43 ml/l dan 18 (-0,02 ml/l). Sedangkan selebihnya ditemukan nilai AOU yang negatip di semua stasiun pada