Anda di halaman 1dari 31

[Journal Reading]

Radiological Findings in Young Children Investigated of


Tuberculosis in Mozambique

Annisa Rusfiana 1618012039


Nisa Arifa 1718012219
Ridho Pambudi 1618012035
Wahidatur Rohmah 1618012154

Dokter Pendidik Klinis:


Dr. Karyanto, Sp. Rad

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


RSUD PROVINSI Dr. H. ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Tuberculosis (TB) adalah suatu


penyakit infeksi menular yang
disebabkan bakteri Mycobacterium
tuberculosis, yang dapat menyerang
berbagai organ, terutama paru-paru
Patogenesis
TB primer

M. Tuberculosis
masuk melalui
saluran napas
Sembuh dengan tidak
meninggalkan cacat
Bersarang di sama sekali (restitution
jaringan paru ad integrum)
(sarang/afek
primer)
Sembuh dengan Perkontinuitatum
meninggalkan sedikit
Terlihat peradangan
bekas (antara lain
saluran limfe
sarang Ghon, garis
menuju hilus
fibrotik, sarang
(limfadenitis lokal) Secara bronkogen
perkapuran di hilus)

Kompleks primer
(afek primer + Menyebar dengan cara : Secara hematogen dan
limfadenitis lokal) limfogen
Patogenesis
TB Post Primer

Diresopsi kembali, dan


sembuh kembali dengan
Tuberkulosis tidak meninggalkan
menahun cacat Mungkin meluas
kembali dan
menimbulkan sarang
pneumonik baru.
Sarang tadi mula mula
sarang dini meluas, tapi segera
(segmen apikal terjadi proses
lobus penyembuhan dengan
penyebukan jaringan Dapat pula memadat
superior/lobus fibrosis. dan membungkus diri
inferior) (encapsulated) 
tuberkuloma.

Sarang pneumonik
meluas, membentuk
Sarang Kaviti bisa pula menjadi
jaringan keju (jaringan
bersih dan menyembuh
pneumonik kaseosa). Kaviti akan
yang disebut open
kecil) muncul dengan
healed cavity
dibatukkannya jaringan
keju keluar.
Klasifikasi
Pemeriksaan BTA Riwayat pengobatan
• Kasus baru
• Tuberkulosis Paru BTA (+)
• Kasus kambuh (relaps)
• Minimal 2 dari 3 spesimen dahak
menunjukkan hasil BTA positif • Infeksi sekunder
• Satu spesimen dahak BTA (+) dan kelainan • Infeksi jamur
radiologik  gambaran tuberkulosis aktif • TB paru kambuh
• Satu spesimen dahak BTA (+) dan biakan(+) • Kasus pindahan (Transfer In)
• Kasus Gagal
• Tuberkulosis Paru BTA (-) • Kasus kronik
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali BTA (-),
• Kasus bekas TB (Kemenkes RI, 2014).
gambaran klinik dan kelainan radiologik
menunjukkan tuberkulosis aktif , serta
respons AB spektrum luas (-)
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan
BTA (-) dan biakan M.tuberculosis (+)

• Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis


BTA belum diperiksa (PDPI, 2017).
Diagnosis Klinik
Gejala respiratorik:
• batuk ≥ 3 minggu
• batuk darah
• sesak napas
• nyeri dada

Gejala sistemik:
• Demam
• Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat
badan menurun.
Diagnosis Klinik (Cont’d)
Pada pemeriksaan fisik, dapat Pemeriksaan penunjang:
ditemukan: • Pemeriksaan bakteriologik
• suara napas bronkial, amforik, • Pemeriksaan darah
suara napas melemah, ronki • Uji tuberkulin
basah, tanda-tanda penarikan • Polymerase Chain Reaction
paru, diafragma dan (PCR)
mediastinum • Pemeriksaan serologi,
dengan berbagai metoda:
ELISA, Mycodot, Uji PAP,
ICT tuberculosis
• Pemeriksaan BACTEC
• Pemeriksaan cairan pleura
• Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan Radiologi
Tuberkulosis Primer

• Lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, dan paru kanan
lebih sering terkena (lobus bawah, tengah dan lingula serta segmen
anterior lobus atas).
• Temuan radiologi: limfadenopati, parenchymal disease, miliary
disease, dan efusi pleura.
• Pada paru bisa dijumpai infiltrat dan kavitas.
• Komplikasi
• Pleuritis eksudatif, akibat perluasan infitrat primer ke pleura
melalui penyebaran hematogen.
• Atelektasis akibat stenosis bronkus karena perforasi kelenjar ke
dalarn bronkus.
Tuberculosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar). Foto
toraks PA dan lateral
Tuberculosis disertai komplikasi pleuritis eksudatif dan atelektasis-
Pleuritis TB
Pemeriksaan Radiologi
Tuberkulosis sekunder/reinfeksi

• Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa atau
timbul reinfeksi pada seseorang anak yang pernah menderita
tuberculosis primer, tetapi tidak diketahui dan menyembuh sendiri.
• Temuan radiologi:
• Kavitas merupakan ciri dari tuberculosis sekunder.
• Bercak infiltrat biasanya dilapangan atas dan segmen apikal lobi
bawah. Kadang di bagian basal paru yang biasanya disertai oleh
pleuritis.
• Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis sekunder jarang
dijumpai.
Klasifikasi Tuberkulosis Sekunder,
menurut American Tuberculosis Association (ATA)

1. Tuberculosis minimal: luas sarang-sarang yang kelihatan tidak


melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks dan iga 2
depan, sarang-sarang soliter dapat berada dimana saja. Tidak
ditemukan adanya kavitas.
2. Tuberkulosis lanjut sedang (moderately advance tuberculosis): Luas
sarang-sarang yang berupa bercak infiltrat tidak melebihi luas 1 paru.
Sedangkan bila ada kavitas, diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau
bayangan sarang tersebut berupa awan-awan menjelma menjadi
daerah konsolidasi yang homogen, luasnya tidak boleh melebihi 1
lobus paru.
3. Tuberkulosis sangat lanjut (far advanced tuberculosis): Luas daerah
yang dihinggapi sarang-sarang lebih dari 1 paru atau bila ada kavitas,
maka diameter semua kavitas melebihi 4 cm.
Tuberkuloma
• Suatu sarang keju (kaseosa) yang memadat dan membungkus diri
(encapsulated)
• Tidak begitu virulen bahkan biasanya tuberkuloma bersifat tidak
aktif terutama jika batasnya licin, tegas dan dipinggirnya ada sarang
perkapuran.
Penatalaksanaan
Kategori Kasus Panduan obat Keterangan
yang dianjurkan
I - TB paru BTA +, BTA -, 2RHZE / 4RH atau
lesi luas 2 RHZE / 6 HE atau
- TB di luar paru kasus 2RHZE / 4R3H3
berat
II - Kambuh -3 RHZE / 6 RH -2 Bila streptomisin
- Gagal pengobatan RHZES lalu sesuai alergi, dapat
hasil uji resistensi diganti kanamisin
atau
-2 RHZES/1RHZE /
5R3H3E3
II -TB paru lalai berobat Sesuai lama
pengobatan
sebelumnya, lama
berhenti minum
obat dan keadaan
klinik, bakteriologik
& radiologik saat
ini (lihat uraiannya)
atau 2RHZES /
1RHZE / 5R3H3E3
III -TB paru BTA neg. lesi 2 RHZ / 4 RH atau
minimal 6 RHE atau 2RHZ /
-TB di luar paru kasus 4 R3H3
ringan
IV -Kronik Sesuai uji resistensi
atau H seumur
hidup
IV -MDR TB Sesuai uji resistensi
+ kuinolon atau H
seumur hidup
PEMBAHASAN JURNAL
RADIOLOGICAL FINDINGS OF UNILATERAL TUBERCULOUS
LUNG DESTRUCTION
Latar Belakang

Pada akhirnya, foto Oleh karena itu, jurnal ini


Diagnosis tuberkulosis
polos dada  alat berusaha mendeskripsikan
WHO pada anak memberikan
penting untuk temuan radiologi pada
memperkiraka tantangan tersendiri,
mendiagnosis anak-anak di bawah usia 3
n ada sekitar karena menampilkan
tuberkulosis tahun yang dicurigai
550.000 anak gejala yang kurang
intratoraks (TB) pada menderita TB di distrik
mengalami spesifik dan sulitnya
anak-anak kecil yang Maniça, Mozambique
tuberkulosis mengambil sampel
tidak dapat selatan, daerah dengan
pada 2013. untuk pemeriksaan
mengeluarkan prevalensi TB dan HIV
mikrobiologi.
dahaknya. yang tinggi.
Metode

Anak-anak dengan gejala suspek TB dan yang


kontak dekat dengan kasus TB BTA (+) dievaluasi.

Dokter anak lokal dan ahli radiologi pediatrik yang


tidak mengetahui semua informasi klinisnya
(blinded)  membaca proyeksi AP dan lateral yang
ditinjau oleh dua pembaca independen,
menggunakan template standar.

Penegakkan diagnosis tuberculosis melalui


pemeriksaan sputum terinduksi dan satu aspirasi
lambung dan dievaluasi dengan mikroskop dan
kultur smear.
Hasil

Terdapat total 766 kasus terduga TB dengan foto thoraks.

Terdapat 76.4% foto thoraks dapat diterima kriteria (71.9% AP dan


79.3% lateral).

Sekitar 55.1% partisipan adalah laki-laki dan 50.8% berada pada umur
12 sampai 23 bulan.

Terdapat 43 kasus TB, 13 kasus tersebut (30.2%) dikonfirmasi dengan


pemeriksaan mikrobiologi (7 dengan asam lambung, 4 apusan sputum,
dan 2 dengan asam lambung dengan apusan sputum).
CXR Characteristics

• Lesi yang paling sering ditemukan pada kasus yang dicurigai TB


dan terkonfirmasi adalah:
1. opasifikasi udara (65,1%),
2. densitas soft-tissue yang menunjukkan limfadenopati
(17,1%),
3. efusi pleura (7,0%), dan
4. kompresi saluran napas (5%).

• Temuan ini jauh lebih umum pada kasus TB dibandingkan pada


kasus non TB.
1. Opasifikasi udara (65,1%),
2. Densitas soft-tissue yang menunjukkan limfadenopati
(17,1%),
3. Efusi pleura (7,0%),
4. Kompresi saluran napas (5%).
Diskusi
Pada studi ini, lesi yang sering ditemukan pada kasus TB maupun kasus dugaan
TB adalah air space opacification, meskipun kemungkinan adanya
limfadenopati di antara kasus TB dibandingkan kasus non TB merupakan
kejadian yang tertinggi dibandingkan dengan lesi lainnya.

Temuan ini sejalan dengan pendapat ahli umum yang menyatakan bahwa
limfadenopati mediastinum /hilus adalah ciri radiologis tuberkulosis pada anak.

Namun, pengamatan limfadenopati lebih sering pada anak yang lebih muda
dibandingkan dengan remaja, hasil ini menunjukkan prevalensi yang lebih
rendah pada kasus ini diantara semua kasus.

Lesi parenkim seperti air space opacification (karena TB ataupun patologi


penyerta lainnya), bisa menghambat visualisasi kelenjar getah bening yang
membesar.
Batasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa batasan metodologis:

1. Meskipun sebagian besar pasien memiliki proyeksi AP, beberapa tidak


memiliki proyeksi lateral, mengingat peran foto lateral untuk evaluasi dari
limfadenopati.

2. Terbatasnya jumlah kasus TB yang diidentifikasi, maka status HIV ke


berbagai temuan radiologi di antara kasus TB tidak kuat, dan studi dengan
ukuran sampel yang lebih besar diperlukan.

3. Meski sudah direkomendasikan bahwa pembacaan dari dua peninjau tidak


mengetahui data klinisnya (blinded) dan ketidaksesuaian diselesaikan oleh
pembaca ketiga, ini tidak mungkin karena kendala logistik dan personil.
Terdapat kesulitan menyamakan perbedaan pendapat antar-peninjau
mengenai evaluasi limfadenopati pada anak-anak, sehingga bisa
mengurangi keakuratan temuan yang sedang dilaporkan.
Terima kasih
Dank je
Thank you
Merci
Arigato Gozaimasu
Syukron
Danke
Gracias
Gamsa Hamnida
Grazie
Obrigado
Xie-xie

Anda mungkin juga menyukai